LPG 3 Kg Bikin Penjual Seblak di Depok Kesal, Tutup Warung Demi Berjam-jam Antre
Sri harus keliling mendatangi sejumlah agen untuk mendapatkan LPG 3 kg.

Berbagai keluhan diungkapkan warga saat antre membeli gas LPG 3 kilogram (kg) atau gas melon. Pasalnya mereka harus antre berjam-jam hingga keliling ke sejumlah pangkalan untuk bisa membeli satu tabung gas melon.
Hal ini karena gas melon hanya dijual di tingkat pangkalan saja, dan tidak boleh dijual di tingkat pengecer atau warung.
Ini membuat warga kesulitan karena jarak pangkalan dengan rumah tidak selalu dekat. Berbeda ketika gas melon dijual di tingkat pengecer, warga lebih mudah membeli gas.
Keluhan banyak dilontarkan penjual makanan kecil seperti penjual gorengan dan seblak. Mereka menjadi harus antre berjam-jam untuk beli gas dan menyebabkan tidak bisa jualan.
"Ini saya ninggal warung. Saya jualan seblak," kata Sri, penjual seblak di Sukmajaya, Depok, Selasa (4/2).
Dia sudah mendatangi dua pangkalan dan semuanya habis. Di pangkalan ketiga dia baru bisa ikut antre. Dia mengaku kesal karena harus antre hingga satu jam untuk membeli gas melon. Sri terpaksa meninggalkan warung usahanya.
"Ini udah tempat ketiga yang saya datangi. Yang dua tadi habis semua," ujarnya.
Menurutnya, harga di pangkalan memang lebih murah Rp3.000. Tapi risikonya dia harus menutup warungnya. Dia pun memilih beli gas di pengecer dengan harga Rp22.000 tapi tidak antre.
"Nih coba saya ninggal jualan jadinya. Emang si harganya lebih murah di pangkalan tapi antrenya satu jam. Itu kan saya bisa jualan harusnya dapat uang, ini malah antre gas jadi enggak bisa jualan. Perkara beda Rp3.000 saya mending beli di warung (pengecer) samping rumah," ungkapnya kesal.
Sama halnya dengan keluhan Rahma, penjual kue rumahan. Dia pun ikut antre dengan puluhan warga lainnya di pangkalan. Dia mengaku kesulitan membeli gas sejak kemarin. Selain harus antre panjang, untuk membeli pun harus dilengkapi dengan kartu tanda penduduk (KTP).
"Bawa KTP, dulu mah enggak pakai KTP. Ini antre di pangkalan. Di warung udah enggak ada. Dari rumah ke pangkalan 10 menit. Susah banget karena saya usaha bikin kue jadi repot," katanya.
Dia berharap agar penjualan gas bisa normal seperti sebelumnya. Terlebih selisih harga antara pangkalan dengan pengecer hanya Rp3.000.
"Maunya seperti dulu beli di warung. Sama aja sih selisih enggak jauh, mending di pengecer walaupun tinggi yang penting ada gasnya, pangkalan kan enggak 24 jam jadi ngehambat. Saya mah enggak masalah beda Rp3.000 tapi di warung ada, enggak jauh-jauh nyari," harapnya.