Dedi Mulyadi Ngamuk Alat Berat tidak Ada di Lokasi Kali 'Ini Kontraktornya Enggak Bagus'
Dedi Mulyadi murka lihat kontraktor tak hadir di proyek kali Babelan.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan sidak ke bantaran kali di Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat belum lama ini. Alih-alih puas melihat konstruksi pengerukan di sepanjang kali pasca banjir, Dedi justru dibuat naik darah.
Saat melihat kondisi di lapangan, terlihat kali dalam kondisi terlantar dan tanpa ada pekerjaan apapun. Padahal anggaran dan kontraktor telah ditentukan.
Dedi pun mendapat laporan dari warga bahwa jumlah alat berat yang dikerahkan jauh dari kata cukup.
"Kalau ini kerjaannya sudah selesai belum?" tanya Dedi.
"Belum pengerukan," jawab seorang warga.
"Hah sini belum ada pengerukan Pak? Kemarin kan mesinnya ada di situ?" ucap Dedi.
"Di sana yang kerja mesinnya banyak ada dua unit," balas warga lainnya.
"Dua unit? Saya yang enggak ada proyeknya aja bisa ngerahin mesin sampai tujuh. Enggak ada duitnya loh belum ada alokasinya. Ini yang sudah ada anggarannya saya sudah minta 30 dikerahin oleh pimpinan proyeknya," ucap Dedi Mulyadi.

Ngamuk ke Kontraktor
Melihat proyek pengerukan kali semakin tak terurus, Dedi Mulyadi menelepon seseorang yang bertugas mengurusi proyek tersebut. Dedi merasa kecewa lantaran proyek tidak lekas diselesaikan.
"Kan waktu itu saya nengok tuh sama bapak dan rombongan di pinggir sungai, di lokasi sekarang tuh mesinnya kok enggak ada kan di situ juga pekerjaannya belum selesai?" ucap Dedi Mulyadi.
Dedi semakin marah saat mendengar jawaban penanggung jawab proyek bahwa proyek akan dilanjutkan usai rapat dengan menteri.
"Oh iya pak nanti dilanjut Pak setelah rapat hari senin pak dengan pak menteri Pak," jawab penanggung jawab proyek.
"Kan itu proyek pak. Proyek kan tinggal diterusin? Saya ngasih contoh aja pak ini pengabdian pada negara loh pak pada masyarakat. Saya ini ngerahin mesin-mesin sekarang ngerukin yang kewajiban dari apa namanya kewajiban dari pjt itu sebenarnya tanpa proyek," balas Dedi Mulyadi.
Menanggapi hal tersebut, pihak penanggung jawab proyek juga mengaku telah tegas terhadap pihak kontraktor untuk segera menurunkan alat ke proyek.
"Saya sudah neken ke kontraktornya Pak," ucap penanggung jawab.
"Loh kenapa kontraktornya malas begitu Pak?" jawab Dedi Mulyadi.
"Iya makanya kemarin saya lapor pimpinan juga pak kontraktor belum nurunin alat sudah dua Hari pak. Sudah lapor juga pak ke pimpinan pak," balas penanggung jawab.
Merasa tak beres dengan pihak kontraktor, Dedi mengaku kecewa dan meminta untuk mengakhiri kerjasama dengan pihak kontraktor.
"Ya kalau dapetin kontraktor yang model ginian kerja sama sama tentara aja pak," kata Dedi.

Sebut Kontraktor Tidak Bagus
Dedi Mulyadi mendapat kabar bahwa kontraktor proyek tersebut baru saja diperpanjang. Sehingga ada beberapa proses administrasi yang harus dikerjakan sebelum proyek dimulai kembali.
"Kemarin mereka kan kontraknya sebenarnya sampai akhir 2024 Pak kita perpanjang 1 tahun, nah perpanjang 1 tahun ini kan jaminan lahannya baru dapat nih pak makanya secara administrasi mereka menunggu yang rapat kita dengan pak menteri hari Senin bapak," kata penanggung jawab.
Meski begitu, Dedi Mulyadi mengaku tak puas dengan sistem birokrasi yang ada. Ia pun meminta agar proyek tetap berjalan tanpa perlu administrasi yang rumit.
"Iya tapi kan harusnya pak dari sisi aspek sosial, ini banjir kalau dihadapin sama administrasi terus enggak akan beres-beres pak perlu ada tindakan-tindakan yang berani," tambahnya.
"Saya juga sifatnya sama dengan bapak makanya saya lapor langsung ke bapak nah cuma kan balik lagi ini si kontraktornya pak kemarin sudah saya tekan ada jaminan dari gubernur masa enggak berani," jawab penanggung jawab.
Dedi Mulyadi pun meminta agar pihak kontraktor diblacklist dan tidak lagi dipakai dalam proyek selanjutnya.
"Ini kalau enggak mau ngerjain di blacklist aja kontraktor kayak ginian pak enggak usah dipakai lagi pak," kata Dedi Mulyadi.
"Iya pak saya sudah lapor pimpinan juga pak," kata penanggung jawab.