
Raih Gelar Profesor di Usia 42 Tahun, Ini Kisah Perjalanan Dosen Unsoed yang Menginspirasi
Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka.
Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka.
Profesor Yunita Sari merupakan profesor termuda di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Dia menjadi profesor saat usianya mencapai 42 tahun.
Ibu dari dua anak itu lulus Pendidikan S1 Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2003 dan lulus Program Profesi Ners tahun 2005. Pada tahun 2005 ia menjadi dosen di Jurusan Keperawatan, Unsoed.
Tahun 2007 ia melanjutkan studi Magister-nya di Wound Care Department Universitas Tokyo, Jepang. Pada tahun 2009 ia melanjutkan studi Doktor di institut yang sama di Universitas Tokyo, Jepang.
Pada tahun 2012, Prof. Yunita pulang ke Indonesia untuk mengabdi kembali di Unsoed. Saat kembali ke Unsoed, ia berkolaborasi dengan para dosen lainnya untuk mengembangkan inovasi dalam bidang perawatan luka.
Beberapa inovasinya antara lain alat stimulasi elektris untuk perawatan luka, manset vibrator untuk perawatan luka, gel jintan hitam, dan lain-lain.
Selain itu, Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka. Salah satu buku yang ditulisnya bahkan diterbitkan oleh penerbit Springer, Jerman.
Prof Yunita mengatakan bahwa berdasarkan referensinya, angka amputasi karena luka kaki diabetes di Indonesia termasuk tinggi. Hal inilah yang membuatnya tergerak untuk menciptakan berbagai inovasi yang dapat mempercepat penyembuhan luka kronis, terutama luka diabetes.
Selama studi di Jepang, Prof. Yunita pernah mendapat internasional research grant, yaitu dari Ichiro Kanehara dan Asosiasi Perawat luka Jepang. Selain itu ia juga pernah menjadi juara I kompetisi Essay yang diselenggarakan oleh Sato Foundation, Jepang.
Saat ini, aktivitas Prof. Yunita adalah sebagai Wakil Dekan bidang Akademik FIKes Unsoed. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Bidang Publikasi Indonesian Wound Enterostomal Continence Nurse Association, bidang penjaminan mutu Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia Regional VII Jateng, Asesor Akreditasi bidang kesehatan, dan menjadi Reviewer Penelitian Nasional.
Dalam hidupnya, Prof Yunita selalu berusaha manusia yang banyak membantu orang lain. Dari suaminya, ia belajar menerapkan prinsip “Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi orang lain”.
Dari motto inilah, ia ingin menciptakan inovasi-inovasi dalam bidang perawatan luka yang harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.
Selain itu, ia ingin agar pencapaiannya menjadi guru besar menjadi inspirasi bagi kedua anaknya
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nama spesies baru paus purba ini terinspirasi sejarah Mesir kuno.
Baca SelengkapnyaBenda itu akan diteliti lebih lanjut lagi tentang struktur materinya. Banyak kemungkinan yang bisa dipelajari manusia.
Baca SelengkapnyaBeberapa bulan belakangan Universitas Sebelas Maret (UNS) diguncang isu dugaan korupsi Rp57 miliar. Tuduhan itu muncul usai gelar guru besar dua profesornya.
Baca SelengkapnyaAnda atau orang terdekat sedang membutuhkan kata-kata motivasi untuk membaca? Ulasan berikut ini bisa menjadi sumber referensi yang tepat.
Baca Selengkapnya42 Guru Besar baru yang akan dikukuhkan berlatar kepakaran ilmu yang beragam mulai agama, sosial humaniora, maupun sains.
Baca SelengkapnyaPerjuangannya menempuh pendidikan tinggi dilalui dengan kerja keras dan pengorbanan.
Baca SelengkapnyaMas Adi turut mengapresiasi acara ini sebagai wujud pengisi kemerdekaan khususnya oleh para pemuda.
Baca Selengkapnya