
Mengulik Tari Iyo-Iyo, Tarian Sakral Ungkapan Rasa Syukur Kepada Nenek Moyang Setelah Panen
Di Provinsi Jambi terdapat sebuah kesenian tradisional sebagai ungkapan rasa syukur kepada nenek moyang yang telah dilakukan turun-temurun.
Di Provinsi Jambi terdapat sebuah kesenian tradisional sebagai ungkapan rasa syukur kepada nenek moyang yang telah dilakukan turun-temurun.
Tiap provinsi di Indonesia tentunya memiliki kesenian tradisional yang unik dan masih percaya dengan nenek moyang atau leluhurnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kesenian tersebut bergeser menjadi tarian budaya yang terus dilestarikan.
Salah satu tarian tersebut berasal dari Provinsi Jambi yang bernama Tari Iyo-Iyo. Kesenian ini masih berunsur sakral dan terkait dengan nenek moyang mereka.
Tari Iyo-Iyo sudah ada sejak lama dan kehadirannya tak lepas dari upacara Kenduri Sko atau upacara adat yang sampai sekarang masih terlaksana tepatnya di Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh, Jambi.
Berikut ulasan Tari Iyo-Iyo dari Jambi yang dirangkum dari beberapa sumber.
Mengutip Jurnal Sendratasik Vol. 11 No. 2 tahun 2022, awal mulanya Tari Iyo-Iyo dimainkan sebagai bentuk rasa syukur terhadap nenek moyang setelah panen.
Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Kerinci masih bermata pencaharian menjadi petani dengan hasil bumi salah satunya padi. Jauh sebelum digunakan sebagai ungkapan rasa syukur, tarian ini dulunya bersifat sakral karena digunakan masyarakat untuk menyeru leluhur yang disebut dengan Nyaho.
Dalam mengungkapkan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen, mereka membawakan tarian ini dengan cara menari seperti gerakan burung elang yang sedang terbang dan diiringi dengan nyanyian sebagai bentuk menyerukan atau memanggil leluhur mereka.
Konon, menurut kepercayaan masyarakat setempat bahwa jin-jin yang ada di gunung itu dianggap sebagai nenek moyang dan mereka sangat mengagungkannya.
Seiring berjalannya waktu, pertunjukan Tari Iyo-Iyo mulai bergeser menjadi tarian yang ditampilkan saat pengangkatan Gelar Depati Ninik Mamak atau pemimpin adat.
Arti Iyo-Iyo adalah mengiya-iyakan atas keberadaan nenek moyang. Namun, kini berubah membenarkan atau menyetujui perintah yang diberikan oleh pemangku adat, orang tua yang dipercayai, yang dihormati, dan dihargai.
Perbedaan Tari Iyo-Iyo untuk pengangkatan gelar dan upacara Kenduri Sko sedikit berbeda. Saat Kenduri Sko, penarinya adalah masing-masing Depati dapat memilih 1 atau 2 anak butino yang akan menampilkan Tarian Iyo-iyo secara bersama dengan anak butino Depati lainnya.
Sedangkan saat upacara pengangkatan gelar Depati Ninik Mamak, penarinya adalah Depati itu sendiri.
Tari Iyo-Iyo dilaksanakan pada malam hari karena pengangkatan gelar Depati Ninik Mamak selalu dimulai setiap malam setelah salat isya. Pertunjukan Tari Iyo-Iyo diletakkan pada acara terakhir tepatnya di atas jam 9 malam.
Uniknya dari tarian ini adalah para penari tidak memakai pakaian adat setempat, namun memakai busana sehari-hari yang layak digunakan untuk pergi pesta. Prinsipnya adalah seragam dan kompak mulai dari warna baju, jilbab, dan kain batik yang digunakan.
Pelaksanaan Tari Iyo-Iyo juga masih menggunakan asap dari kemenyan yang disemburkan oleh seorang Hulu Balang kepada penari. Dengan pengasapan ini suasana seketika langsung berubah menjadi sakral dan penari pun semakin bersemangat melakukan gerakan.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seperti namanya, tari ini menggunakan properti mirip dengan tanduk kerbau.
Baca SelengkapnyaTari Ngebeng, kesenian tradisional khas Provinsi Jambi yang dahulu dianggap tarian tabu oleh masyarakatnya.
Baca SelengkapnyaTarian tradisional Ketuk Tilu yang berasal dari Jawa Barat ini ternyata memiliki makna sangat mendalam.
Baca SelengkapnyaTarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.
Baca SelengkapnyaTulak Bala, tradisi menolak bala dari bencana maupun wabah khas masyarakat pesisir Pantai Barat Aceh.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar.
Baca SelengkapnyaTari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu.
Baca Selengkapnya