Kesenian Tradisional

Rombongan penari Ledek akan berkeliling desa di Klaten untuk mencari tanggapan. Biasanya warga akan menanggap agar usahanya lancar ataupun hajatnya terkabul.

Keberadaannya sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat agraris petani.

Sebuah bentuk kesenian tradisional rakyat Melayu ini menciptakan ruang bagi berkumpulnya masyarakat dari berbagai kelas.

Kesenian banyak ditemukan di daerah Kalimantan Timur dari suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung sebagai lambang kegembiraan dan juga ramah tamah.

Bulu dan tengkorak berasal dari hewan domba Australia asli, sehingga tampak nyata.

Ciri khas dari tarian ini adalah gerakannya yang diubah, dalam artian ada yang maju, mundur, ke kiri, atau ke kanan.

Tarian ini bukan hanya menjadi hiburan semata, melainkan juga ditampilkan dalam acara-acara resmi dan festival budaya Melayu di Bitan dan Kepulauan Riau.

Tarian ini memadukan gerak tari dengan ketangkasan dalam bermain Doll.

Bungong Jeumpa sudah dianggap sebagai simbol kebanggaan dan menjadi identitas Provinsi Aceh.

Lagu yang diiringi dengan petikan gitar akustik ini membawa nuansa romantik, melankolis, dan naturalistik yang berakar dari karya sastra atau Rejung.

Sebuah ritual yang dikemas dalam kesenian tari tradisional ini ditampilkan khusus saat tamu-tamu penting sedang melakukan kunjunga di daerah Nias.

Ritual ini rutin dilakukan setiap tahunnya pada bulan Muharam yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat.

Musik bagi Suku Kaili merupakan hal yang sakral dalam upacara pengobatan, begitu juga dengan alat musiknya yang memiliki nama unik.

Alat musik yang satu ini masuk dalam kategori alat musik tiup.

Tari Erai-Erai dibawakan oleh remaja pada saat acara pernikahan atau ketika panen hasil bumi.

Bak pasangan Romeo dan Juliet, Jaka dan Hasnah saling mencintai dan sudah berkomitmen untuk membangun rumah tangga.

Sebuah barang limbah apabila dimanfaatkan secara serius, ternyata bisa menghibur masyarakat.

Tari tradisional klasik dari Lampung Timur ini dibawakan oleh penari pria dan wanita dengan iringan musik kolintang yang terbuat dari bahan perunggu.

Kesenian khas pesisir bagian timur Aceh ini mengandung nilai-nilai filosofis tentang agama Islam, dakwah, hingga nilai Sufistik.

Sebuah kesenian tradisional dari Minangkabau ini sangat kental dengan unsur magis dan supranatural.