Mengenal Tari Toga, Tarian Kuno Warisan Kerajaan Siguntur dari Sumatra Barat
Tari Toga, tarian kuno warisan kerajaan siguntur dari Sumatra Barat.
Gerakan pada tari toga ini mirip dengan tari tradisional dari Minang dan juga Melayu.
Mengenal Tari Toga, Tarian Kuno Warisan Kerajaan Siguntur dari Sumatra Barat
Asal Usul Tari Toga
Tari toga yang berarti tari larangan lahir pada zaman Kerajaan Siguntur. Kerajaan ini masih ada kaitannya dengan Kerajaan Minangkabau dan Kerajaan Malayu Dharmasraya di zaman Hindu-Buddha.
Tarian ini menjadi salah satu pertunjukan seni yang masih dipakai ketika masa Kerajaan Hindu-Buddha beralih ke Kerajaan Islam pada tahun 1673.
-
Di mana contoh musik tradisional Sumut? • Arumba merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang berasal dari Jawa Barat • Angkulung adalah alat musik asal Jawa Barat • Basa-Basi adalah alat musik yang bentuknya seperti terompet asal Sulawesi Selatan • Gamelan Jawa alat musik gamelan yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta
-
Apa itu Tari Sintung? Kesenian ini diperkirakan setua pesantren di kampung Parongpong, Kecamatan Rubaru. Pesantren yang didirikan sekitar abad XVIII. Para santri di pesantren Parongpong, Kecamatan Rubaru ini diajarkan kesenian Sintung.
-
Apa keunikan Tari Turuk Langgai? Tarian Turuk Langgai merupakan tarian yang gerakannya menyerupai hewan di hutan atau di lingkungan yang mereka tempati. Tarian ini juga menjadi bagian dari sebuah ritual dan juga melibatkan roh-roh halus.
-
Siapa pencipta Tari Sulintang? Melalui tangan dingin Raden Tjetje Soemantri, tari Sulintang ini lahir.
-
Dari mana asal Tari Sintung? Sejarah Mengutip situs resmi Pemkab Sumenep, Tari Sintung ini berasal dari Asia Tengah, yaitu semenanjung Arabia.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
Gerakan pada tari toga ini mirip dengan tari tradisional dari Minang dan juga Melayu.
Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tari toga menjadi salah satu tarian resmi kerajaan dan ditampilkan pada saat upacara penobatan raja atau batagak gala, pesta perkawinan raja, upacara turun mandi anak raja, perayaan kemenangan pertempuran, hingga media mencari jodoh putri raja.
Hilang Saat Penjajahan
Pada 1908, pasukan Belanda berhasil masuk ke wilayah Siguntur. Dengan terpaksa para raja di sana harus mengakui kedaulatan Belanda.
Sejak saat itu, beberapa kebudayaan dan aktivitas kesenian asli Siguntur pun hilang, salah satunya tari toga yang namanya semakin tenggelam.
Sejak kedatangan Belanda, tari toga hilang bak ditelan bumi. Seiring berjalannya waktu, kesenian ini hanya digambarkan melalui tradisi lisan saja, tanpa adanya pertunjukan secara visual.
Pada tahun 1989, tari toga kembali hidup berkat Tuan Putri Marhasnida yang merupakan adik sepupu dari raja Sultan Hendri Tuanku Bagindo Ratu.
Proses kelahiran kembali tari toga tidak berjalan mulus. Pasalnya, para penari dan pendendang sudah banyak sudah wafat, sehingga Putri Marhasnida cukup kesulitan.
Berkat Seorang Kakek
Tari toga akhirnya bisa kembali bangkit berkat seorang kakek berusia 80 tahun. Konon, dirinya merupakan mantan pendendang yang masih hafal seluruh dendang yang dibawakan dalam tari toga.
Kakek tersebut sering berdendang saat batobo atau membersihkan kebun atau menyabit sawah secara bersama-sama mulai dari 30 sampai 60 orang. Si pendendang selalu Ia diminta untuk terus berdendang sambil bekerja agar orang-orant tak bosan.
Proses Pelaksanaan Tari Toga
Melansir dari pariwisataindonesia.id, pertunjukan tari toga sendiri memerlukan tiga unsur, yakni pendendang yang berjumlah 6 orang, pemusik sebagai pengiring yang berjumlah 6 orang., dan penari berjumlah 6 orang.
Biasanya para pemusik akan menggunakan alat musik tradisional seperti momongan, konang, gong, canang, dan gendang.