Bidan di Takalar Terekam CCTV Curi Barang di Supermarket, Diduga Alami Kleptomania
Polisi mengimbau agar masyarakat tidak memperkeruh suatu peristiwa melalui media sosial.
Seorang bidan berinisial AS (33) terekam kamera pengawas saat mencuri sejumlah barang di sebuah supermarket di kawasan Pasar Sentral Takalar, Sulawesi Selatan. Insiden yang terjadi pada Rabu (14/5) pukul 13.40 Wita tersebut viral di media sosial dan menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat.
Kapolsek Pattalasang, Iptu Ahmad Saleh, mengonfirmasi bahwa peristiwa itu terjadi di Toko Tani Berkah Sejahtera. AS diketahui datang bersama kerabatnya untuk berbelanja kebutuhan acara aqiqah.
“Kerabatnya sudah membayar barang yang dibeli. Tapi berdasarkan rekaman CCTV, terlihat AS menyembunyikan sejumlah barang ke dalam celananya sebelum keluar dari toko,” ujar Ahmad saat dikonfirmasi, Minggu (18/5).
Petugas toko yang menyadari hal tersebut langsung menghentikan AS sebelum keluar dari toko. Setelah diminta mengeluarkan barang-barang yang disembunyikan, diketahui ada enam item yang dicuri, termasuk produk kosmetik.
Meski tertangkap basah, kasus ini tidak berlanjut ke ranah hukum. Pemilik toko memilih menyelesaikan masalah secara kekeluargaan setelah pelaku mengakui perbuatannya dan menyatakan permintaan maaf.
“Pihak korban sudah memaafkan dan mereka membuat surat pernyataan untuk menyelesaikannya secara damai,” jelas Ahmad.
Ahmad menambahkan, dari hasil pemeriksaan sementara, AS diduga mengidap kleptomania, yakni gangguan mental yang mendorong seseorang mencuri tanpa motif ekonomi.
“Pelaku mengaku ini pertama kali dilakukan. Tidak ada tekanan ekonomi, jadi kemungkinan besar karena gangguan kleptomania,” ujarnya.
Sebelumnya, sebuah video berdurasi sekitar satu menit yang memperlihatkan pelaku diamankan warga dan karyawan toko beredar luas di media sosial. Dalam video tersebut, pelaku tampak mengeluarkan barang-barang dari balik roknya setelah diminta oleh seorang pria yang memegangi rambutnya.
Kepolisian mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak menyebarkan ulang konten yang dapat memperkeruh suasana atau mempermalukan pihak-pihak terkait.
