Mengenal Syawalan Morodemak, Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Demak saat Lebaran
Walaupun pesisir Demak diterjang banjir rob sekalipun, tradisi itu tetap digelar

Walaupun pesisir Demak diterjang banjir rob sekalipun, tradisi itu tetap digelar.

Mengenal Syawalan Morodemak, Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Demak saat Lebaran
Masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Demak, Jawa Tengah memiliki cara unik dalam merayakan lebaran. Pada hari ke-7 lebaran, mereka menggelar sebuah tradisi bernama “Syawalan Morodemak”.

Syawalan Morodemak merupakan sebuah ritual sedekah laut yang digelar di Pantai Morodemak, Kecamatan Bonang. Dalam acara ini, warga beserta perangkat adat setempat melarung gunungan tumpeng berisi berbagai jenis makanan.
Dilansir dari Demakkab.go.id, tradisi itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur terutama warga nelayan yang kesehariannya mencari nafkah di tengah laut.

Sebelum dilarung, gunungan tumpeng didoakan terlebih dahulu. Setelah itu barulah prosesi pelarungan dimulai. Dalam proses ini, gunungan tumpeng diberangkatkan dari tempat pelelangan ikan (TPI) menuju tengah laut.

Dulu, prosesi pelarungan menyertakan kepala kerbau. Namun dalam beberapa tahun belakangan, pelarungan kepala kerbau sudah tak lagi dilakukan karena masih menjadi pembahasan para tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Pemerataan Ekonomi
Pada tahun 2018, prosesi larung tumpeng itu dilaksanakan di lima lokasi yaitu Pantai Morodemak Kecamatan Bonang, Pantai Onggojaya Kecamatan Wedung, TPI Desa Bungo Kecamatan Wedung, Pantai Glagahwangi Istambul Kecamatan Karangtengah, dan Pantai Morosari Kecamatan Sayung.
Adanya prosesi pelarungan di lima lokasi itu diharapkan akan memberikan dampak pada pemerataan perkembangan ekonomi. Apalagi tradisi itu biasanya akan menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara bila dikemas secara baik, apik, dan unik. Tradisi inipun juga bisa menyedot para pelaku usaha dari dalam maupun luar daerah.
“Dengan adanya syawalan ini, banyak pedagang yang datang. Sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama warga di sekitar lokasi syawalan,” ungkap Bupati Demak saat itu, HM Natsir, dikutip dari Jatengprov.go.id.
Tetap Digelar di Tengah Banjir Rob
Walaupun terjadi banjir rob di pesisir Demak, tradisi Syawalan Morodemak tetap digelar. Bila hal ini terjadi, para pengunjung syawalan diimbau untuk datang lebih awal. Biasanya banjir rob menggenang antara jam 2 siang hingga jam 7 malam dengan ketinggian 0,8-1 meter.

Lebih enaknya, pengunjung bisa datang menggunakan sepeda motor. Setelah sampai di Margolinduk, perjalanan dilanjutkan menggunakan perahu sampai dekat balai desa Purworejo.