Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
jatengSebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Kabupaten Demak memiliki tradisi sedekah bumi yang dikenal dengan nama Apitan. Tradisi dinamakan “Apitan” karena dilaksanakan setiap bulan Apit, yaitu sebelum bulan besar dalam penanggalan Jawa atau bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Islam.
Mengutip Demakkab.go.id, Apitan atau sedekah bumi digelar sebagai ikhtiar masyarakat Demak serta ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah di tahun sebelumnya.
Selain itu, pada acara tersebut mereka berharap bisa terhindar dari musibah dan mara bahaya serta diberi hasil panen yang melimpah lagi.
- Serunya Kerapan Kerbau Tradisi Petani di Lumajang Jelang Masa Tanam
- Mengenal Syawalan Morodemak, Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Demak saat Lebaran
- Mengenal Tradisi Gunungan Ketupat di Nganjuk, Warga Kompak Sedekah dan Saling Memaafkan saat Lebaran
- Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
- VIDEO: Prabowo Keras "Ada yang Ngaku-Ngaku Seolah Bung Karno Milik Satu Partai Saja!"
- Kejagung Ungkap Pengakuan Mengejutkan Mantan Gubernur Babel, Tidak Tahu Potensi Kekayaan Timah
Keseruan tradisi itu terlihat dalam sebuah reportase dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (22/5). Dalam video liputan, terlihat warga saling berebut hasil bumi yang berada di gunungan itu.
Tanpa menunggu lama, empat gunungan hasil pertanian dan laut yang berada di halaman Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Demak, jadi rebutan warga.
Tak memandang tua ataupun muda, mereka merebut aneka sayur dan hasil tangkapan laut yang menghiasi gunungan. Hasil rebutan gunungan akan dimasak di rumah. Warga percaya bahwa sajian dalam gunungan akan membawa berkah.
“Ini mau saya masak oseng-oseng. Harapannya baik semua. Biar selamat, panjang umur, bagas waras,” kata Sujinah, warga Desa Surodadi.
Ada Hasil Tangkapan Laut
Gunungan di Desa Surodadi terbilang cukup unik. Hal ini dikarenakan di sana ada hasil tangkapan laut seperti kerang, ikan tengiri, kepiting, hingga ikan bandeng.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga digelar guna mempertahankan warisan budaya leluhur. Hal itulah yang diungkap Kepala Desa Surodadi, Supriyanto.
“Kami mengajak masyarakat untuk merasa memiliki kegiatan tersebut. Biar kegiatan tersebut tidak punah. Kalau kita selaku pemerintah desa hanya mencarikan sponsor atau biaya utuh dari pemerintah desa, maka masyarakat tidak merasa memiliki. Sehingga nanti pada saat kepemimpinan kami berubah ke pemimpin baru, maka program dari kegiatannya akan berubah. Saya takut budaya ini akan hilang,”
kata Supriyanto dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur. Puncaknya adalah membawa gunungan berkeliling desa diiringi badut wayang.