Pernah Jadi Ikon Uang Kertas Pecahan Rp500, Ini Sisi Menarik Gedung BI di Cirebon
Ini keunikan gedung Bank Indonesia cabang Cirebon yang sudah berdiri sejak 1866
Ini keunikan gedung Bank Indonesia cabang Cirebon yang sudah berdiri sejak 1866
Jika melintasi Jalan Yos Sudarso nomor 5, Kota Cirebon, Anda akan mendapati sebuah gedung bergaya romawi kuno yang masih berdiri. Bangunan ini merupakan kantor cabang Bank Indonesia yang sudah berusia 158 tahun.
Cirebon memang menyimpan banyak bangunan bersejarah, salah satunya gedung Bank Indonesia. Berdirinya perusahaan perbankan, mampu mengangkat wilayah pesisir laut utara Jawa Barat itu menjadi sebuah kota pelabuhan dan perdagangan yang berkembang pesat di masa silam.
Jika melihat dari kacamata sejarah, gedung Bank Indonesia Cirebon memiliki banyak kisah menarik, salah satunya pernah menjadi ikon di uang pecahan Rp500. Berikut selengkapnya.
Dalam laman bi.go.id, disebutkan bahwa bangunan tersebut mulanya merupakan merupakan cabang dari De Javasche Bank.
De Javasche Bank merupakan hak octrooi atau hak istimewa yang didapatkan dari Kerajaan Belanda. Di sini, bank tersebut memiliki kewenangan sebagai pencetak uang.
Sebelumnya, banyak para pengusaha Eropa yang tergabung ke dalam VOC merasa terbantu melalui sistem sirkulasi uang yang diberlakukan.
Karena perekonomian mulai menyebar di nusantara, dibangunlah gedung-gedung bank termasuk di Cirebon yang pada 6 Agustus 1866 merupakan cabang De Javasche Bank yang ke-5 dengan nama Agentschap van De Javasche Bank te Cheribon.
Setelah diresmikan, bank ini menjalankan fungsinya sebagai pengedar uang, penjamin para pengusaha dengan emas sampai pendanaan bagi warga yang membutuhkan.
Pemimpinnya adalah P.J. Janssens, seorang notaris berkebangsaan Belanda serta posisi komisaris dan wakil komisaris diisi oleh J.W. Peter dan P. van Waasdjik.
Adanya gedung bank ini membantu pertumbuhan ekonomi di Kota Cirebon, terlebih setelah terbentuknya otonomi khusus kota gementee Cheribon yang terbentuk pada 1 April 1906. Ketika itu, Cirebon yang sebelumnya dipimpin kasultanan, menjadi kotapraja.
Walaupun mengalami pemugaran secara berkala, namun struktur utama bangunan bergaya romawi kuno masih terus dipertahankan. Terlihat pilar besar dengan jendela dan pintu yang lebar.
Warna utama bangunan juga khas gedung kolonial, yakni putih cerah yang terdapat di seluruh unsur bangunan.
Sisi menarik di arsitektur sebenarnya terdapat pada menara kubahnya, di mana bentuk ini adalah satu-satunya di Indonesia dengan kubah tunggal.
Pada 1920-an, gedung ini diperbaiki dan disempurnakan untuk pengembangan De Javasche Bank.
Biro arsitek yang digunakan adalah F.D. Cuypers & Hulswit, dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung DJB Cirebon ini dilakukan oleh Jan Marianus Gerritzen, anak Direktur M.J. Gerritzen, pada 21 September 1919.
Kala itu desainnya diubah menjadi dua lantai, karena pengembangan perbankan yang semakin pesat. Gaya bangunan khas Belanda lantas diperindah yang dapat dilihat sampai sekarang.
Mengutip YouTube Cirebon Heritage, gedung ini sempat tiga kali berganti nama sebelum resmi menjadi Bank Indonesia di tahun 1950-an.
Pertama, gedung ini bernama De Javasche Bank yang berlangsung selama masa kolonial Belanda. Saat masuk pemerintahan Jepang, namanya kembali diubah menjadi Hanpo Kaihatsu Genko.
Terkait perubahan fungsi dan nama ke Bank Indonesia terjadi pada 1953, melalui Undang-Undang Pokok Bank Indonesia dan masih berlaku sampai sekarang.
Sebelumnya gedung Bank Indonesia Cirebon ini pernah masuk ke dalam uang kertas pecahan Rp500.
Mengutip laman Pemda Cirebon, saat itu uang pecahan tersebut beredar pada 1988.
Gedung digambarkan secara utuh, tiga dimensi dari depan.
Di uang itu, gedung Bank Indonesia Cirebon beriringan dengan gambar Rusa Timor (Cervus Timorensis) di sisi depan lembaran uang.
Bank pelat merah tersebut akan membangun gedung perkantoran di kawasan Nusantara, Kalimantan Timur.
Baca SelengkapnyaJelang Idul Fitri, banyak orang mulai menukarkan uang baru ke bank.
Baca SelengkapnyaPeristiwa ini terjadi di kawasan Tanjung Lengkong Kel. Bidaracina Kec. Jatinegara, Jakarta Timur, Jum'at (26/4) sore
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaNantinya, layanan bus listrik BRT ini akan terintegrasi dengan terminal tipe A eksisting di Bandung, semisal Terminal Leuwi Panjang dan Cicaheum.
Baca Selengkapnya'Saya suami istri, dimintai ongkos Rp500.000 buat berdua. Padahal biasanya cuma Rp100.000."
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat yang ingin menukarkan uang melalui pelayanan tersebut harus membawa indentitas seperti kartu tanda penduduk (KTP).
Baca SelengkapnyaIDR adalah singkatan dari Indonesian Rupiah, yaitu mata uang resmi Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebelum menukar uang rupiah masyarakat terlebih dahulu melakukan pemesanan tukar uang melalui aplikasi Pintar atau melalui laman penukaran uang BI.
Baca Selengkapnya