Melihat Uniknya Arsitektur Gedung Balai Kota Cirebon, Bentuknya Mirip Anjungan Kapal
Gedung Balai Kota Cirebon menjadi ikon sejarah peninggalan kolonial Belanda di wilayah Kota Udang.
Gedung Balai Kota Cirebon menjadi ikon sejarah peninggalan kolonial Belanda di wilayah Kota Udang.
Keberadaan Balai Kota Cirebon di kawasan Jalan Siliwangi Nomor 84, Kecamatan Kejaksan begitu menarik perhatian.
Pasalnya bentuk bangunan ini terbilang unik dan tak biasa.
Bangunan yang mirip anjungan kapal ini memiliki nilai sejarah yang kuat.
Saat ini, gedung Balai Kota Cirebon menjadi ikon sejarah peninggalan kolonial Belanda di wilayah Kota Udang.
Mengutip laman Kemdikbud, peletakan pertama pondasi bangunan ini dilakukan pada 1926.
Saat itu status Kota Cirebon ditingkatkan untuk kepentingan perekonomian dan pemerintahan dari sebuah kota pelabuhan di Hindia Belanda. Saat itu Kota Cirebon menempati posisi kota terbesar ke-4 di Pulau Jawa.
Pembangunannya diprakarsai oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Stadsgemeente Cheribon, Jesskoot, dengan perancangnya bernama H.P. Hamdl dan C.F.H. Koll. Pengerjaan gedung ini berlangsung selama satu tahun sampai September 1927.
Jika dilihat dari depan Jalan Siliwangi, bangunan Balai Kota Cirebon ini begitu megah. Padahal saat itu teknologi pembangunan masih belum sebagus sekarang.
Bangunan ini memiliki struktur persegi yang tersusun atas batu bata merah, batu pegunungan, perekat kapur, kayu jati, dan lantai ubin serta marmer.
Gambar: Tropen Museum
Bangunan ini memiliki gaya art deco, yakni sebuah metode pendirian bangunan secara dekoratif dan modern. Ciri utamanya adalah terdapatnya penggabungan bentuk kubisme, futurism, dan konstruktivisme.
Pada 1920-an, art deco menjadi gaya arsitektural bangunan paling populer di dunia, karena menggambarkan bentuk masa depan dengan konsep ragam hias, namun simple.
Hal menarik lainnya dari bangunan ini adalah bentuknya yang mirip anjungan kapal karena Cirebon identik dengan kota pelabuhan.
Seperti terlihat, terdapat bentuk susunan persegi yang semakin ke atas semakin mengecil. Ini disebut sebagai replika anjungan kapal yang berhiaskan udang sebagai simbol kota.
Bangunan dua ini menghadap ke arah timur, dan terdiri dari bangunan utama (voorrit portico) dan ruang khusus untuk rapat (raadzaal).
Dari lantai dua, keindahan laut Cirebon juga bisa terlihat dengan sangat jelas.
Jika saat ini gedung tersebut dikenal sebagai bangunan pusat pemerintahan, namun tidak dengan masa awal setelah didirikan. Dulunya gedung ini difungsikan sebagai Raadhuis atau gedung dewan perwakilan kota Cirebon.
Fungsinya pun masih beragam, mulai dari pertemuan, gedung pesta, hingga gedung pelaksanaan pemerintahan.
Namun di masa pendudukan Jepang, pemerintah setempat mengubahnya menjadi gedung Wali Kota Cirebon sebagai pusat pemerintahan pada saat itu.
Mengutip Instagram Disbudpar Kota Cirebon, Gedung Wali Kota Cirebon ini menjadi salah satu bangunan terindah di sana.
Jika dilihat saat malam hari, hiasan lampu warna-warni begitu mempercantik sekeliling gedung. Belum lagi adanya hiasan kaca patri. Ini juga menyimbolkan kepatuhan terhadap Ratu Wilhelmina yang menjadi pemimpin tertinggi kerajaan Belanda saat itu.
Lokasi gedung ini juga strategis karena dekat dengan alun-alun dan stasiun kereta api. Bangunan Gedung Wali Kota Cirebon jadi ikon yang bisa dinikmati keindahannya sebagai peninggalan Belanda.
Menara air ini masih berdiri kokoh dan jadi cagar budaya di Cirebon.
Baca SelengkapnyaDahulu terdapat kapal yang membawa hingga 5.000 pikul lada dari Cirebon
Baca SelengkapnyaPada abad pertengahan, wilayah Inggris pernah dijajah orang-orang Normandia dari Prancis.
Baca SelengkapnyaAda semangat perjuangan dan keislaman masyarakat Cirebon di balik bendera Macan Ali.
Baca SelengkapnyaMotif pembunuhan karena pelaku merasa sakit hati kerap dijelekkan di hadapan rekan-rekan korban.
Baca SelengkapnyaPada masa kejayaannya, pabrik tenun terkenal di Mojokerto punya sekitar 3.000 karyawan. Kini, bangunannya yang megah terbengkalai.
Baca SelengkapnyaStasiun yang dibangun pada masa perang ini punya arsitektur khusus. Ada terowongan baja tahan ledakan bom.
Baca SelengkapnyaKapal kayu ini dulunya merupakan bagian dari armada sungai yang mengangkut warga di kota kuno Romawi.
Baca SelengkapnyaANIEM mulai membangun jaringan listrik di Kota Yogyakarta pada tahun 1914, tepatnya di kawasan hunian orang Eropa di Kotabaru
Baca Selengkapnya