Kisah Menara Air Prujakan, Jadi Ikon Kota Cirebon dan Pernah Berjasa Penuhi Kebutuhan Warga
Menara air ini masih berdiri kokoh dan jadi cagar budaya di Cirebon.
Menara air ini masih berdiri kokoh dan jadi cagar budaya di Cirebon.
Sebuah menara air di wilayah Prujakan, Kecamatan Pekalipan menjadi ikon lain di Kota Cirebon, Jawa Barat.
Walau tidak sebesar dan setinggi tandon yang ada di Jalan Tuparev, namun bangunan ini memiliki usia yang lebih tua.
Dulunya, menara air Prujakan pernah berjasa bagi pemenuhan kebutuhan air bersih warga di Kota Cirebon. Bentuknya juga mencolok, karena terbuat dari struktur baja yang besar.
Kini bangunan tersebut sudah tidak difungsikan, dan menjadi salah satu peninggalan sejarah yang menarik untuk diketahui. Berikut selengkapnya.
Dikutip dari laman Cirebon History, pembangunan menara air raksasa ini diketahui berlangsung pada tahun 1937.
Saat itu pemerintah kota berupaya untuk menyediakan kebutuhan air bersih bagi warga setempat, terutama saat musim kemarau.
Selain itu, tandon besar tersebut juga berjasa memenuhi keperluan air di wilayah pelabuhan.
Pembangunannya diprakarsai oleh Gemeente Raad Dewan Kotapraja Cirebon, dan direalisasi oleh dinas pekerjaan umum lokal di masa itu.
Seperti terlihat, bangunan menara air Prujakan menjadi yang paling tinggi di Pekalipan. Belum ada bangunan yang menandingi ketinggiannya yang mencapai 25,64 meter.
Strukturnya tersusun atas empat tiang baja berukuran besar, yang diikat secara menyilang dengan baja ukuran sedang.
Di bagian atas, penampung besar beratap piring plat baja dengan diameter 14,80 dan ditempatkan.
Tangki ini diketahui mampu menampung hingga 875 meter kubik air atau sekitar 8.000 liter.
Karena Kota Cirebon berada di pinggir laut Jawa, maka tidak memiliki sumber air bersih. Untuk mengisi tandon tersebut, pengelola mengambil pasokan air dari wilayah Cipaniis di Kabupaten Kuningan. Karena berbahan baja, maka suhu air bisa terjaga dan tetap berkualitas baik saat dialirkan ke masyarakat.
(Gambar: Instagram Disbudpar Kota Cirebon)
Tandon raksasa ini telah berjasa memenuhi kebutuhan air warga Cirebon sampai sekitar 1960-1980-an. Setelahnya menara sudah tidak difungsikan karena mulai berkarat dan kini menjadi cagar budaya sesuai SK Menteri tgl. 22-06-2010.
Sebagai penggantinya, Pemerintah Kota Cirebon membangun menara air kedua di wilayah Tuparev pada 1961, dengan kapasitas lebih besar hingga 900 meter kubik.
Menara baru tersebut kemudian dikelola oleh PDAM setempat dan jadi ikon selamat datang di Kota Cirebon.
Dahulu terdapat kapal yang membawa hingga 5.000 pikul lada dari Cirebon
Baca SelengkapnyaBekasem terus dilestarikan selama bertahun-tahun, dan menjadi salah satu sajian menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW di Cirebon.
Baca SelengkapnyaDi masa silam Sunan Kalijaga pernah aktif berdakwah di Cirebon dan meninggalkan petilasan sekitar 1 kilometer dari terminal Harjamukti.
Baca SelengkapnyaGedung Balai Kota Cirebon menjadi ikon sejarah peninggalan kolonial Belanda di wilayah Kota Udang.
Baca SelengkapnyaKesenian ini memadukan debus dan tari topeng Cirebon.
Baca SelengkapnyaDistro ini punya misi mengenalkan seni topeng Cirebon
Baca SelengkapnyaCak Imin mengatakan tujuan kegiatan ke Cirebon ini sebagai bentuk mencari dukungan
Baca SelengkapnyaBanyak yang punya hajat dan dipermudah jalannya setelah berdoa di sini.
Baca SelengkapnyaPemberontakan yang ia pimpin menjadi pemberontakan besar terhadap Belanda yang pertama di Pulau Jawa.
Baca Selengkapnya