Trump Ngotot Ingin Kuasai Greenland karena Alasan Ini
Presiden Trump kembali menegaskan keinginan AS untuk menguasai Greenland, memicu penolakan keras dari Greenland dan Denmark.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menyatakan keinginannya agar Amerika Serikat (AS) menguasai Greenland. Pernyataan kontroversial ini disampaikan pada beberapa kesempatan, memicu reaksi keras dari pemerintah Greenland dan Denmark. Keinginan Trump ini didasari oleh pertimbangan keamanan nasional AS, mengingat posisi strategis Greenland di Arktik dan potensi sumber daya alamnya. Namun, Greenland dan Denmark tegas menolak upaya AS tersebut, menekankan hak menentukan nasib sendiri dan kedaulatan wilayah mereka.
Pernyataan terbaru Trump disampaikan pada Senin, 24 Maret 2025, setelah para pemimpin Greenland mengkritik rencana kunjungan delegasi tinggi AS ke wilayah tersebut. Trump mengklaim telah berkomunikasi dengan warga Greenland yang menginginkan perubahan, tanpa memberikan detail lebih lanjut. Ia menyatakan, "Greenland mungkin akan menjadi bagian dari masa depan AS dan penting bagi keamanan nasional negara tersebut." Pernyataan ini langsung mendapat kecaman dari Perdana Menteri Greenland, Mute Egede, yang menyebut rencana kunjungan delegasi AS sebagai provokasi.
Penolakan terhadap keinginan AS untuk menguasai Greenland bukan hal baru. Pada Desember 2024, Egede telah secara tegas menyatakan bahwa Greenland 'tidak dijual' dan menolak keinginan Trump. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh anggota parlemen Greenland. Sikap ini konsisten dengan penolakan Greenland terhadap segala bentuk intervensi dan upaya pengambilalihan wilayahnya oleh negara lain.
Sikap Tegas Greenland dan Denmark
Greenland dengan tegas menolak klaim Trump yang dianggap sebagai intervensi dan kurang menghargai hak-hak Greenland. Mereka menekankan otonomi dan hak menentukan nasib sendiri, serta menolak upaya AS untuk menguasai wilayahnya. Greenland menegaskan kemandiriannya dan keterbukaan terhadap kemitraan dagang global, tanpa harus melalui Denmark. Mereka memandang posisi Greenland di antara negara-negara besar Arktik sebagai kesempatan untuk menjalin kolaborasi yang menguntungkan.
Denmark, sebagai negara yang memiliki kedaulatan atas Greenland, juga telah menyatakan penolakan terhadap keinginan Trump. Meskipun Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menyatakan keinginannya untuk berdiskusi dengan Trump, ia meyakini Trump tidak akan merebut Greenland dengan paksa. Sebelumnya, Denmark telah mengajukan proposal peningkatan keamanan di Greenland kepada tim Trump, termasuk peningkatan kehadiran militer AS, melalui pesan pribadi. Langkah ini diduga sebagai upaya Denmark untuk mencegah potensi perebutan Greenland secara paksa oleh AS.
Greenland, pulau terbesar di dunia, telah menjadi wilayah otonom Denmark sejak 1979. Letaknya yang strategis di antara Samudra Arktik dan Atlantik, serta keberadaan pangkalan militer AS di sana, menjadikan Greenland sangat penting secara geopolitik. Keinginan Trump untuk menguasai Greenland menimbulkan pertanyaan tentang motivasi sebenarnya di balik ambisi AS terhadap Greenland. Apakah ini murni demi kepentingan keamanan nasional, atau ada agenda politik dan ekonomi lain yang tersembunyi?
Motivasi AS dan Reaksi Internasional
Berbagai spekulasi beredar mengenai motivasi AS dalam menginginkan Greenland. Ada yang menduga ini terkait dengan keinginan untuk menguasai sumber daya alam Greenland, memperkuat posisi strategis di Arktik, atau bahkan sekadar penegasan kekuatan AS di panggung dunia. Pernyataan Trump telah memicu reaksi beragam dari komunitas internasional. Banyak pihak mengkritik pernyataan tersebut sebagai bentuk intervensi dan ancaman terhadap kedaulatan Greenland dan Denmark.
Pernyataan Trump yang disampaikan dalam pidato di hadapan sidang gabungan Kongres, "Kami membutuhkan Greenland demi keamanan nasional dan bahkan keamanan internasional," mengungkapkan ambisi AS yang kuat. Ia menambahkan, "Kami sedang bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat untuk mencoba mendapatkannya, tetapi kami benar-benar membutuhkannya untuk keamanan dunia internasional, dan saya pikir kami akan mendapatkannya dengan satu apa pun, kami akan mendapatkannya." Pernyataan tegas dan terkesan memaksa ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai metode yang akan digunakan AS untuk mencapai tujuannya.
Meskipun Trump menyatakan dukungannya kepada rakyat Greenland, dengan mengatakan, "Kami sangat mendukung hak Anda untuk menentukan masa depan sendiri, dan jika Anda memilihnya, kami akan menyambut Anda sebagai bagian dari Amerika Serikat," pernyataan tersebut dinilai sebagian pihak sebagai upaya manipulasi dan pengabaian atas hak menentukan nasib sendiri oleh Greenland.
Pernyataan Trump juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana AS akan melanjutkan upayanya untuk mendapatkan Greenland, mengingat penolakan tegas dari Denmark dan Greenland sendiri. Ke depan, situasi ini akan terus memantau perkembangan hubungan AS-Denmark dan masa depan Greenland. Pernyataan Trump telah meningkatkan ketegangan geopolitik di Arktik dan menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana negara-negara lain akan merespon ambisi AS di kawasan tersebut. Greenland, yang selama ini menikmati otonomi di bawah Denmark, kini berada di bawah sorotan internasional dan harus menghadapi tekanan politik yang signifikan. Peristiwa ini juga menjadi pengingat pentingnya menghormati kedaulatan negara dan hak menentukan nasib sendiri bagi setiap bangsa.
Alasan utama Trump menginginkan Greenland berada di bawah kendali AS adalah keamanan nasional. Ia menekankan pentingnya lokasi strategis Greenland dan potensi sumber daya mineralnya. Pernyataan ini menggarisbawahi kepentingan ekonomi dan militer Greenland dalam konteks strategi keamanan nasional AS. Namun, pernyataan ini juga memicu kekhawatiran mengenai potensi konflik diplomatik dengan Denmark, negara yang memiliki kedaulatan atas Greenland sejak 1953. Keinginan Trump untuk menguasai Greenland telah meningkatkan ketegangan internasional. Ia bahkan tidak menutup kemungkinan penggunaan tindakan ekonomi atau militer untuk mencapai tujuannya, dengan dalih melindungi 'dunia bebas'. Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik dan pelanggaran hukum internasional. Sikap tegas Trump ini menunjukkan keseriusannya dalam mengejar ambisi geopolitiknya di kawasan Arktik. Sebelumnya, Trump telah menyatakan bahwa memiliki Greenland merupakan 'kebutuhan mutlak' bagi keamanan ekonomi AS. Ia bahkan membandingkan ambisinya ini dengan 'kesepakatan besar' di bidang real estat.