5 Kesalahan Orangtua yang Bisa Membuat Pertengkaran Anak Menjadi Sengit
Lima kesalahan orangtua dalam menangani pertengkaran anak seperti membandingkan, bisa memperburuk hubungan saudara. Hindari dengan adil dan empati.

"Berikan saja pada saudaramu dan hentikan pertengkaran ini agar Ibu bisa tenang." Kalimat ini mungkin pernah terucap dari mulut banyak orangtua ketika menghadapi pertengkaran anak-anak mereka. Namun, tahukah Anda bahwa cara seperti ini justru bisa memperburuk hubungan antar saudara? Rose Jacob, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Dubai, menceritakan pengalamannya saat anak kembarnya yang berusia lima tahun bertengkar memperebutkan sebuah gelang. Karena lelah, Jacob meminta salah satu anaknya untuk mengalah dan memberikan gelang tersebut kepada saudaranya.
Bertahun-tahun kemudian, anaknya mengungkapkan bahwa insiden itu bukanlah hal yang terjadi sekali saja. Itu adalah pola yang terus berulang selama masa kecil mereka. Setiap kali mereka bertengkar, Jacob cenderung mencari cara cepat untuk mengakhiri konflik tanpa benar-benar memahami akar masalahnya. "Itu adalah salah satu penyesalan terbesar saya. Dalam upaya saya untuk menghentikan pertengkaran, saya justru menyakiti kedua anak saya. Tidak heran pertengkaran mereka begitu sengit saat kecil," ungkap Jacob.
Seperti dijelaskan oleh para terapis anak di Dubai, orangtua sering kali tanpa sadar terjebak dalam kesalahan-kesalahan yang bisa memperdalam jurang permusuhan antar saudara. Mulai dari membanding-bandingkan, tidak menetapkan batasan yang jelas, hingga bermain favorit. "Bahasa, kata-kata, dan nada suara sangat berarti bagi anak-anak saat mereka tumbuh. Pengalaman-pengalaman ini membentuk mereka secara mendalam. Sebagai orangtua, Anda memiliki kekuatan untuk meredam persaingan sebelum itu menjadi bola salju," jelas Victoria Lauren, seorang psikolog anak yang berbasis di Dubai.
Lalu, bagaimana cara memastikan bahwa Anda tidak memperkeruh persaingan antar anak? Dilansir dari Gulf News, berikut adalah lima kesalahan umum yang sering dilakukan orangtua dan cara menghindarinya.
1. Terjebak dalam Perbandingan: “Kenapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?”

Dalam keadaan lelah, orangtua sering kali membandingkan anak-anak mereka tanpa menyadari dampak jangka panjangnya. Ucapan seperti “Coba lihat kakakmu, dia rajin belajar, kenapa kamu tidak bisa seperti dia?” dapat menanamkan rasa tidak cukup baik dalam diri seorang anak dan memperburuk hubungan dengan saudaranya.
Lauren menjelaskan bahwa perbandingan ini, meskipun terdengar sepele, bisa membuat anak merasa tidak dihargai dan membangun kebencian terhadap saudara kandungnya. Alih-alih membandingkan, orangtua sebaiknya fokus pada keunikan dan potensi masing-masing anak.
Cara menghindarinya: Jika anak terlihat kurang termotivasi dibanding saudara mereka, coba cari tahu penyebabnya. Mungkin mereka kesulitan memahami materi pelajaran, merasa terbebani, atau kurang percaya diri. Dengan memahami akar permasalahan, orangtua bisa membantu mereka dengan cara yang lebih efektif dan membangun rasa percaya diri mereka.
2. Tidak Menetapkan Batasan yang Jelas: “Terserah, lakukan apa yang kalian mau.”
Setelah seharian bekerja atau mengurus rumah, menghadapi pertengkaran anak mungkin terasa melelahkan. Banyak orangtua akhirnya memilih untuk membiarkan anak-anak menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa bimbingan. Namun, psikolog Lakshmi Narayan mengingatkan bahwa tanpa aturan yang jelas, persaingan antar saudara dapat berkembang menjadi permusuhan yang lebih serius.
“Tanpa batasan yang tegas, anak-anak bisa merasa bahwa aturan tidak berlaku sama untuk semua orang. Hal ini bisa memicu perasaan ketidakadilan dan memperburuk hubungan mereka,” jelas Narayan.
Cara menghindarinya: Tetapkan aturan yang konsisten dan adil bagi semua anak. Misalnya, aturan tentang waktu penggunaan gawai, pembagian tugas rumah, atau cara memperlakukan satu sama lain. Yang paling penting, terapkan aturan tersebut secara konsisten tanpa membedakan antara satu anak dengan yang lain.
3. Secara Tidak Sadar Memperlakukan Anak dengan Favoritisme

Setiap orangtua tentu berusaha bersikap adil, tetapi terkadang mereka tanpa sadar memiliki ikatan yang lebih kuat dengan salah satu anak. Hal ini bisa terjadi karena kesamaan kepribadian, minat yang serupa, atau karena salah satu anak lebih membutuhkan perhatian emosional pada waktu tertentu. Sayangnya, perlakuan yang tidak seimbang ini dapat memicu persaingan yang tidak sehat.
Narayan menekankan pentingnya membangun hubungan yang setara dengan setiap anak. “Anak-anak memiliki kebutuhan emosional yang berbeda. Apa yang membuat satu anak merasa dihargai, mungkin tidak memiliki efek yang sama bagi anak lainnya. Sebagai orangtua, penting untuk memahami kebutuhan emosional masing-masing anak dan memastikan mereka merasa dicintai secara setara,” jelasnya.
Cara menghindarinya: Luangkan waktu berkualitas secara individu dengan setiap anak. Tidak harus dalam bentuk aktivitas besar—bahkan percakapan sebelum tidur atau melakukan hobi bersama bisa sangat berarti bagi mereka. Yang terpenting, tunjukkan bahwa mereka semua mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama.
4. Mengabaikan Kebutuhan Emosional Anak: “Ah, ini hanya fase biasa.”
Orangtua sering kali menganggap pertengkaran antar saudara sebagai hal yang normal dan mengabaikan emosi anak-anak mereka. Namun, membiarkan konflik berlarut-larut tanpa solusi dapat menyebabkan rasa sakit hati yang bertahan lama dan menghambat hubungan mereka di masa depan.
Narayan menegaskan bahwa perasaan anak, sekecil apa pun, harus tetap dihargai. “Ketika konflik terjadi, dengarkan sudut pandang kedua anak. Biarkan mereka mengungkapkan perasaan mereka, dan validasi emosi mereka, meskipun Anda tidak sepenuhnya setuju,” sarannya.
Cara menghindarinya: Gunakan pendekatan empati saat menghadapi pertengkaran anak. Kalimat seperti “Ibu paham kalau kamu merasa marah” atau “Ayah mengerti kalau ini membuatmu kesal” dapat membantu anak merasa didengar dan dihargai. Dengan demikian, mereka akan lebih terbuka untuk mencari solusi yang sehat dalam menghadapi konflik.
5. Memihak: 'Dia selalu dapat apa yang dia mau'
Ketika anak-anak bertengkar, wajar jika orangtua ingin segera turun tangan dan menyelesaikan masalah. Namun, memihak pada satu anak terlalu cepat—terutama tanpa mendengar cerita lengkap—bisa merusak hubungan antar saudara dan menciptakan perasaan tidak adil. "Anak-anak yang merasa selalu disalahkan atau diperlakukan tidak adil mungkin akan menginternalisasi pengalaman ini, yang bisa memperburuk rasa tidak suka," jelas Lauren.
Cara menghindarinya: Cobalah untuk tetap netral dan adil saat menangani konflik antar saudara. Sebelum mengambil kesimpulan, dengarkan kedua sisi cerita. Biarkan mereka mencari solusi sendiri daripada langsung memaksakan pendapat Anda. Lauren menambahkan, jika satu anak merasa diperlakukan tidak adil, luangkan waktu untuk membahas masalah tersebut dengan tenang dan penuh pertimbangan, sehingga kedua anak merasa dihormati dan didengar.
Pertengkaran antar saudara adalah hal yang wajar, tetapi bagaimana orangtua menanggapi konflik tersebut bisa membuat perbedaan besar. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan seperti membanding-bandingkan, tidak menetapkan batasan yang jelas, bermain favorit, mengabaikan kebutuhan emosional, atau terlalu cepat memihak, Anda tidak hanya membantu meredakan persaingan, tetapi juga membangun hubungan yang lebih harmonis antar anak. Setiap konflik yang ditangani dengan bijaksana dapat menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak dalam mengelola emosi dan menyelesaikan masalah di masa depan.
Ingatlah bahwa setiap anak adalah individu yang unik, dan mereka membutuhkan dukungan serta pengertian yang sama besarnya dari orangtua. Seperti kata Lauren, "Kata-kata dan tindakan Anda memiliki kekuatan untuk membentuk hubungan mereka di masa depan. Gunakan kekuatan itu dengan bijak." Dengan memberikan perhatian yang seimbang, mendengarkan dengan empati, dan menciptakan lingkungan yang adil, Anda tidak hanya membantu anak-anak tumbuh dengan rasa percaya diri, tetapi juga memperkuat ikatan persaudaraan mereka. Pada akhirnya, peran orangtua adalah menjadi penengah yang bijaksana, bukan hanya untuk meredakan pertengkaran, tetapi juga untuk membimbing anak-anak menuju hubungan yang lebih sehat dan penuh kasih sayang.