Ketahui Dampak Pertengkaran Orangtua terhadap Mental Anak, Perlu Dihindari Sebisa Mungkin
Terjadinya pertengkaran antara orangtua bisa sangat mempengaruhi kondisi mental anak.

Terjadinya pertengkaran antara orangtua bisa sangat mempengaruhi kondisi mental anak.

Ketahui Dampak Pertengkaran Orangtua terhadap Mental Anak, Perlu Dihindari Sebisa Mungkin
Pertengkaran antara orangtua dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental anak. Cara orangtua dalam menyelesaikan perbedaan pendapat ini dapat memengaruhi anak seumur hidup.
Anak-anak dari segala usia, mulai dari bayi hingga dewasa muda, dipengaruhi oleh cara orangtua menangani perbedaan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa pernikahan dengan konflik tinggi berdampak buruk pada kesehatan mental dan harga diri anak.
Pertengkaran dapat menimbulkan rasa tidak aman, mempengaruhi hubungan antara orangtua dan anak, serta menciptakan lingkungan yang penuh stres. Dilansir dari Parents, ketahui dampak dari anak yang terbiasa melihat pertengkaran orangtua ini.
Rasa Tidak Aman
Pertengkaran orangtua merusak rasa aman anak tentang stabilitas keluarga.

Anak-anak yang sering menyaksikan pertengkaran mungkin khawatir tentang perceraian atau bertanya-tanya kapan "silent treatment" dari salah satu orangtua akan berakhir. Ketidakpastian ini membuat mereka sulit merasakan kenyamanan dan normalitas dalam keluarga.
Hubungan Orangtua-Anak
Situasi dengan konflik tinggi sangatlah menegangkan, dan orangtua yang stres mungkin tidak banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka. Kualitas hubungan juga bisa terpengaruh karena orangtua mungkin kesulitan menunjukkan kehangatan dan kasih sayang saat mereka marah satu sama lain.
Lingkungan yang Penuh Stres
Mendengar pertengkaran yang sering atau intens sangatlah menegangkan bagi anak-anak dan dapat menakutkan. Stres ini bisa berdampak pada kesejahteraan fisik dan psikologis mereka serta mengganggu perkembangan normal dan sehat.

Dampak Jangka Panjang pada Kesehatan Mental
Sebuah studi pada tahun 2012 meneliti dampak konflik orangtua terhadap anak-anak dari taman kanak-kanak hingga kelas tujuh.
Ketika anak-anak berada di taman kanak-kanak, orangtua ditanya tentang seberapa banyak konflik yang mereka alami dalam pernikahan mereka. Mereka juga diminta untuk membahas topik sulit, seperti keuangan, dan peneliti menilai seberapa kritis pasangan tersebut satu sama lain.
Tujuh tahun kemudian, peneliti mengikuti perkembangan keluarga tersebut. Baik anak-anak maupun orangtua ditanya tentang pertengkaran dalam pernikahan dan kesehatan emosional serta perilaku anak-anak. Anak-anak yang orangtuanya sering bertengkar lebih mungkin mengalami depresi, kecemasan, dan masalah perilaku pada saat mereka mencapai kelas tujuh.
Menurunnya Kondisi Kognitif
Penelitian menunjukkan bahwa ketika orangtua sering bertengkar, anak-anak kesulitan mengatur perhatian dan emosi mereka. Kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan melihat pola dalam informasi baru juga terganggu. Studi lain menemukan bahwa hidup dalam keluarga dengan konflik tinggi meningkatkan kemungkinan putus sekolah dan mendapatkan nilai buruk.

Masalah Hubungan
Anak-anak yang sering terpapar pertengkaran orangtua lebih cenderung memperlakukan orang lain dengan permusuhan.
Mereka sering menyelesaikan pertengkaran dengan saudara mereka menggunakan taktik yang sama dengan yang mereka lihat dari orangtua mereka. Anak-anak ini juga mungkin kesulitan mempertahankan hubungan yang sehat sebagai orang dewasa atau kesulitan mengidentifikasi siapa yang bisa mereka percayai dalam hidup.
Masalah Perilaku
Konflik orangtua telah dikaitkan dengan peningkatan agresi, kenakalan, dan masalah perilaku pada anak-anak. Selain itu, anak-anak lebih mungkin mengalami masalah sosial dan kesulitan menyesuaikan diri dengan sekolah.
Gangguan Makan dan Masalah Fisik
Beberapa studi telah mengaitkan gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia, dengan tingginya perselisihan orangtua. Anak juga mungkin mengalami efek fisik dari pertengkaran, seperti masalah tidur, sakit perut, atau sakit kepala.

Penggunaan Zat
Penelitian menemukan bahwa hidup dalam rumah tangga dengan tingkat konflik tinggi meningkatkan kemungkinan merokok, vaping, minum alkohol berlebihan, dan penggunaan mariyuana, dibandingkan dengan keluarga dengan konflik rendah.
Pandangan Hidup yang Negatif
Anak-anak yang dibesarkan dalam rumah dengan konflik tinggi lebih mungkin memiliki pandangan negatif terhadap hubungan keluarga mereka. Mereka juga lebih mungkin memandang diri mereka sendiri secara negatif.
Penelitian ekstensif menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar pertengkaran orangtua dapat mengalami harga diri yang rendah dan masalah kesehatan mental lainnya—dan dampak ini berlangsung hingga dewasa. Orangtua perlu memperhatikan bagaimana mereka berargumen.

Hanya karena pertengkaran tidak melibatkan fisik bukan berarti tidak berbahaya bagi anak-anak. Ada beberapa taktik yang digunakan orangtua yang bisa merusak anak-anak, seperti menghina, mengancam perceraian, atau menunjukkan agresi fisik.
Dalam keluarga, yang paling penting adalah anak-anak merasa aman, dicintai, dan didukung. Struktur keluarga yang mendukung dan harmonis akan memberikan dasar yang kuat bagi perkembangan mental dan emosional anak.