Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting Berbasis AI, Begini Cara Kerjanya

Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting Berbasis AI, Begini Cara Kerjanya

Alat ini diharapkan dapat membantu pemerintah mempercepat penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia menjadi 14 persen.

Stunting merupakan permasalahan yang jadi perhatian negara terutama dalam menyambut Indonesia Emas 2045.

Terkait hal ini, mahasiswa UGM mengembangkan alat untuk membantu program pemerintah tersebut.
Alat itu bernama Electronic Stunting Detection System (ESDS).

Alat yang bekerja untuk mendeteksi stunting itu dirancang terintegrasi dengan sistem informasi dan aplikasi smartphone.

Ketua tim pengembang ESDS, AA. Gde Yogi Pramana menjelaskan, alat tersebut dapat melakukan pengukuran massa dan panjang tubuh pada bayi secara cepat. Tak hanya itu, alat tersebut juga dapat menyimpan hasil pengukuran secara otomatis sebagai data di aplikasi yang telah terintegrasi.

Dengan begitu, pertumbuhan dan perkembangannya dapat dipantau secara berkala untuk mendeteksi secara dini gejala stunting pada anak di bawah umur dua tahun dengan bantuan machine learning.

“Alat ini juga dirancang agar dapat menghemat waktu serta meminimalkan kesalahan pengukuran karena faktor kesalahan manusia yang masih menggunakan alat ukur secara konvensional,” kata Yogi, mengutip dari Ugm.ac.id pada Senin (20/11).

Yogi mengatakan bahwa pengembangan ESDS tersebut berawal dari keprihatinan mereka terhadap tingginya kasus stunting di Tanah Air. Deteksi dini stunting pada anak di bawah usia dua tahun sebenarnya telah banyak dilakukan kader kesehatan di masyarakat melalui posyandu.

Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting Berbasis AI, Begini Cara Kerjanya

Hanya saja masih sering terjadi kesalahan terhadap keakuratan dalam mengukur dan mengevaluasi pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kurangnya keterampilan kader dan tidak sesuainya alat pengukur dengan standar antropometri.

“Saat memakai timbangan dacin yang berbasis manual dengan model ayunan seringkali dalam proses penimbangan pengukurannya tidak akurat karena bayi merasa tidak nyaman dan banyak bergerak,” terang Yogi.


Yogi mengatakan bahwa ESDS merupakan hasil pengembangan dari produk yang telah ada sebelumnya.

Produk ini terintegrasi dengan sistem informasi yang tersedia dalam bentuk website application dan mobile application yang menampilkan informasi tumbuh kembang anak, status gizi pada bayi dua tahun, indikasi stunting atau tidak pada anak, edukasi sederhana terkait gizi anak, serta riwayat tumbuh kembang anak.

“Alat ini terintegrasi dengan web-application untuk mengendalikan alat ukur bagi kader yang melakukan atropometri dan menampilkan laman untuk registrasi bayi,” kata Yogi.

Sementara itu anggota kelompok lainnya, Faiz Ihza Permana, memaparkan cara kerja ESDS.

Jadi saat balita ditimbang pada permukaan alat atau area yang telah disediakan, maka sensor high precision cell yang akan membaca besaran yang diukur atau ditimbang. Selanjutnya hasil pembacaan tersebut akan dikalibrasi dengan metode regresi linear untuk mendapatkan calibration factor.

Lalu LCD akan menampilkan hasil pengukuran berupa data kuantitatif yang merupakan interpretasi dari massa dan panjang tubuh bayi yang diukur.

Sedangkan anggota tim lain, Salsa Novalimah, mengatakan hadirnya ESDS ke depan akan memudahkan pengguna dalam melakukan deteksi dini stunting dan pemantauan mandiri bagi orang tua yang punya bayi dua tahun.

Deteksi dini stunting dan pemantauan mandiri diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mempercepat penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia menjadi 14 persen.

“Dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022, prevalensi stunting pada anak di bawah 5 tahun masih tinggi yakni sebesar 21,6 persen. Harapannya kehadiran alat ini bisa membantu deteksi dini stunting sehingga mendorong percepatan penurunan stunting di tanah air,” ujar Salsa.

Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting Berbasis AI, Begini Cara Kerjanya

Artikel ini ditulis oleh
Nisa Mutia sari

Editor Nisa Mutia sari

Reporter
  • Shani Rasyid

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Stunting Jadi Ancaman Kualitas Masyarakat Indonesia, Apa Solusinya?

Stunting Jadi Ancaman Kualitas Masyarakat Indonesia, Apa Solusinya?

Berdasarkan RPJMN 2020- 2024, prevalensi stunting ditargetkan turun hingga 14 persen pada 2023.

Baca Selengkapnya icon-hand
Stunting Turun jadi 7 Persen, Bupati Klungkung Diberi Penghargaan Wapres Ma'ruf Amin

Stunting Turun jadi 7 Persen, Bupati Klungkung Diberi Penghargaan Wapres Ma'ruf Amin

Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting nasional rata rata masih 21,6 persen.

Baca Selengkapnya icon-hand
Gelar Rembuk Stunting, Pemkot Pasuruan Percepat Penurunan Stunting

Gelar Rembuk Stunting, Pemkot Pasuruan Percepat Penurunan Stunting

Gus Ipul juga menegaskan bahwa target penurunan untuk 14 persen tahun 2024 harus dicapai.

Baca Selengkapnya icon-hand
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menko PMK Minta Para Pejabat Jadi Bapak Asuh Anak-Anak Stunting

Menko PMK Minta Para Pejabat Jadi Bapak Asuh Anak-Anak Stunting

Ketua Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak bicara dukungan para ulama 212 jelang Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya icon-hand
Lewat Pertunjukan Seni Kemenkominfo Ajak Remaja Cegah Stunting

Lewat Pertunjukan Seni Kemenkominfo Ajak Remaja Cegah Stunting

Kemenkominfo menggelar sosialisasi cegah stunting melalui pertunjukan seni bertajuk Genbestival

Baca Selengkapnya icon-hand
Mau menikah? Calon Pengantin Harus Paham Stunting

Mau menikah? Calon Pengantin Harus Paham Stunting

Sejak 2019 Kemenkominfo telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting

Baca Selengkapnya icon-hand
Edukasi Pencegahan Stunting via Pameran Seni

Edukasi Pencegahan Stunting via Pameran Seni

Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di 2022.

Baca Selengkapnya icon-hand