
Mengulik Keni Gayo, Kerajinan Tradisional Gerabah Khas Suku Gayo yang Multifungsi
Dalam budaya Gayo Aceh terdapat salah satu kerajinan yang dari masa ke masa begitu berguna bagi kehidupan masyarakat setempat.
Dalam budaya Gayo Aceh terdapat salah satu kerajinan yang dari masa ke masa begitu berguna bagi kehidupan masyarakat setempat.
Setiap suku di Indonesia tentunya memiliki karya budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu. Tak sedikit karya mereka begitu berpengaruh bagi kelangsungan hidupnya.
Dalam masyarakat Suku Gayo Aceh, salah satu karya budaya tradisional yang sudah ada sejak zaman pra-sejarah yaitu Keni Gayo. Benda ini merupakan hasil kerajinan tangan yang multifungsi dari perempuan Gayo. Tak hanya sebagai wadah air minum, Keni Gayo juga sebagai salah satu perlengkapan saat upacara pernikahan.
Saat ini Keni Gayo telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Direktorat Warisan Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2018.
Penasaran dengan kerajinan khas Gayo yang satu ini? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut.
Dalam masyarakat Gayo ada empat macam bentuk Keni Gayo yang disesuaikan dengan jenis kelamin yang memakainya.
Contohnya seperti Keni Rawan yang berkaki tinggi dan lebar ke bawah yang biasa digunakan oleh kaum laki-laki. Kemudian, ada model Keni Banan yang berbentuk bulat tanpa kaki yang digunakan oleh kaum perempuan.
Model Keni Ganyong yang mirip seperti buah labu berukuran kecil biasa digunakan oleh anak-anak. Secara umum, fungsi Keni Gayo sendiri adalah sebagai wadah air minum.
Mengutip dari berbagai sumber, keberadaan kerajinan Keni Gayo sudah ada sejak 8000 tahun yang lalu dan berada di tepian laut Danau Lut Tawar.
Adapun perbedaan motif yang terukir di setiap sisi Keni yang cenderung banyak motif Kerawang Gayo. Bedanya dengan Keni sekarang, motif Kerawang Gayo cenderung lebih sedikit.
Dalam proses pembuatannya, masyarakat Gayo hanya menggunakan dua bahan utama yaitu Dah atau tanah liat dan Kresik (sejenis pasir halus berwarna hitam). Untuk penggunaan Kresik sendiri adalah untuk menghasilkan warna hitam di bagian sisi Keni.
Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dalam pembuatannya, masyarakat Gayo menggunakan beberapa peralatan seperti Pelandas, Batu Penggilas, Wat atau papan gebuk, Atu Lenesan atau Batu Bulat, Sendok Makan, Batu Pipih, Munuk atau Pisau, Bulu Landak, dan Mata uang logam, pecahan piring serta lidi.
Proses pembuatan Keni ini tentunya membutuhkan keahlian yang cukup teliti terutama dalam melukis ornamen Kerawang Gayo di setiap sisi Keni. Lalu, Keni dikeringkan selama 5 hari lalu dibakar agar bisa digunakan sebagai penampung air.
Untuk mendapatkan kualitas Keni yang baik, kuncinya pada proses pembakaran yang dilakukan dari pagi hingga sore hari menggunakan sekam atau ampas padi.
Karya tradisional ala perempuan Gayo ini ternyata tak hanya sekedar wadah minum saja. Melainkan saat ini sudah mengandung nilai-nilai seni dan budaya sekaligus warisan budaya orang Gayo.
Keni pun kini sudah digunakan untuk upacara perkawinan di Gayo, hal ini berguna untuk mempertahankan eksistensi dan melestarikan karya asli Gayo agar tidak punah termakan zaman.
Keni menjadi bagian dari identitas masyarakat Gayo khususnya kaum perempuan karena sudah menjadi bagian dari identitas mereka. Selain itu, Keni Gayo sebagai bukti kreativitas mereka yang bisa memberikan kesejahteraan.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar menyampaikan tradisi Yaa Qowiyyu juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar tokoh setempat dan masyarakat.
Baca SelengkapnyaKemunculan dongkrek awalnya sebagai upaya menolak bala atas pagebluk atau wabah penyakit.
Baca SelengkapnyaTradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Jambi terdapat sebuah kesenian tradisional sebagai ungkapan rasa syukur kepada nenek moyang yang telah dilakukan turun-temurun.
Baca SelengkapnyaKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian hajad dalem Sekaten.
Baca SelengkapnyaWarga secara kompak menggotong rumah ke kampung tetangga untuk mengingat kejamnya tentara Jepang di masa penjajahan
Baca SelengkapnyaTari Sining, seni tradisional asal Gayo yang saat ini sudah hampir punah termakan oleh zaman.
Baca Selengkapnya