Peduli Pendidikan, Ini Kisah Inspiratif Mantan Buruh Migran di Wonosobo Dirikan Sekolah PAUD Gratis
Sepulang dari Taiwan, tergerak hatinya untuk mendirikan sebuah sekolah PAUD gratis di desanya.
Sepulang dari Taiwan, tergerak hatinya untuk mendirikan sebuah sekolah PAUD gratis di desanya.
Maizidah Salas merupakan seorang mantan buruh migran asal Desa Tracap, Kecamatan Kaliwiro, Wonosobo. Dia tergerak hatinya untuk mendirikan sebuah sekolah PAUD gratis di desanya.
Ia mendirikan sekolah gratis tersebut untuk mendidik anak-anak para pekerja migran yang pergi ke luar negeri. Selain itu, ia juga mendirikan koperasi bagi para pekerja migran sehingga saat kembali ke tanah air mereka memiliki penghasilan.
Salas mendirikan sekolah tersebut pada tahun 2017. Biaya operasional sekolah berasal dari dana pribadi Salas dan suaminya, serta koperasi yang ia dirikan untuk desa.
“Para buruh migran di luar negeri banyak sekali yang tidak bisa mengirimkan uang dan lain sebagainya, maka sekolah ini gratis tidak dipungut biaya sepeserpun,” kata Salas dikutip dari YouTube Liputan6 pada Kamis (2/5).
Selain sebagai pengajar di sekolah PAUD tersebut, Salas juga sering diundang untuk menjadi pembicara dalam berbagai acara pelatihan. Sementara alat peraga yang digunakan pada sekolah itu berasal dari bekas kegiatan workshop atau seminar.
“Alat-alat itu saya kumpulkan, saya bawa pulang, saya kumpulkan ke mereka, untuk bisa digunting-gunting, dibentuk, diwarnai, atau untuk coretan-coretan mereka belajar,” lanjut Salas.
Dalam menjalankan PAUD, Salas dibantu dua orang pengajar lainnya. Ia berharap, PAUD yang ia dirikan mampu mengatasi permasalahan para orang tua pekerja migran yang kesulitan memantau perkembangan anaknya. Apalagi mayoritas warga Desa Tracap bekerja sebagai pekerja migran.
“Wadah inilah untuk mengumpulkan anak-anak balita yang ditinggal orang tuanya agar mereka bisa belajar secara ekudatif, bisa berinteraksi satu sama lain, dan bisa tercipta karakter yang baik,” ungkap Salas dikutip kanal YouTube Liputan6.
Hadirnya PAUD milik Salas disambut baik oleh warga. Mereka terbantu tak hanya dari segi pendidikan, namun juga dari sisi ekonomi.
“Terima kasih sekali karena sudah ada sekolah gratis. Jadi anak-anak senang, tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Yang seharisnya buat bayar SPP bisa buat jajan anak-anak,” kata Imam Nur Faedah, salah seorang wali murid di PAUD itu.
Di Desa Tracap, Salas juga mendirikan kooperasi bagi anggota dan buruh migran agar aktif berwirausaha. Hal itu dilakukan sehingga buruh migran yang pulang ke rumah tidak kehilangan pekerjaannya.
“Kita juga punya kelompok buruh migran yang setiap bulan mengadakan pertemuan bergilir dengan mengadakan simpan pinjam, arisan, dan kita juga melakukan sosialisasi terkait persoalan pekerja migran, sosialisasi pencegahan tindak pidana perdagangan orang, pokoknya kita mengikuti isu yang ada di situ,” kata Salas dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Kamis (2/5).
Perhimpunan Guru mengatakan, anggaran BOS saat ini tidak bisa menutupi kebutuhan sekolah.
Baca SelengkapnyaPasutri ini selalu mengingat pesan orang tuanya untuk tidak mengukur pekerjaan dengan uang yang didapat.
Baca SelengkapnyaPlt Kadisdik DKI Purwosusilo mengaku bakal akan konsekuensi jika rencana sekolah gratis diterapkan
Baca SelengkapnyaBRI berharap pemberian apresiasi itu bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda
Baca SelengkapnyaTahun ini, Pemkab Kediri membuka peluang untuk 130 pelajar dari keluarga kurang mampu.
Baca SelengkapnyaSMA Negeri 11 menjadi sekolah pertama yang menerapkan makan siang gratis bagi siswa
Baca SelengkapnyaSimak cerita inspiratif anak pedagang gorengan yang sukses jadi peneliti di Jepang.
Baca SelengkapnyaPemerintah sendiri membuka skema kesukarelaan bagi semua Pemda yang ingin terlibat dalam simulasi program makan siang gratis.
Baca SelengkapnyaPendaftaran beasiswa dibuka secara gratis dan telah dibuka sejak 5 April dan akan berakhir pada 24 Mei mendatang.
Baca Selengkapnya