Temuan Dua Mumi Berusia 7.000 Tahun Jadi Bukti Gurun Sahara Dulu Pernah Subur
Dua mumi Libya kuno memberikan perspektif baru tentang sejarah Sahara Hijau.

Sebuah studi terbaru oleh tim peneliti dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, mengidentifikasi garis keturunan manusia yang sebelumnya tidak dikenal di Afrika Utara, tepatnya di Sahara tengah lebih dari 7.000 tahun lalu.
Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang keberlanjutan genetik dan isolasi populasi purba selama Periode Lembab Afrika (Sahara Hijau).
Dikutip Arkeonews, Jumat (4/4), penelitian ini berpusat pada dua mumi Libya kuno yang memberikan perspektif baru tentang sejarah kawasan tersebut pada masa Sahara Hijau. Saat itu Sahara bukanlah hamparan gurun yang gersang seperti sekarang, tetapi adalah kawasan yang kaya akan sumber air dan kehidupan yang mendukung manusia untuk menetap dan mengembangkan praktik peternakan.
Bertentangan dengan interpretasi sebelumnya, temuan ini menantang kepercayaan lama tentang pola migrasi di wilayah tersebut. Interpretasi sebelumnya tentang genom individu purba ini mengungkapkan tidak adanya keturunan sub-Sahara yang mencolok.
Hal ini menunjukkan Sahara Hijau bukanlah koridor migrasi, melainkan ruang tempat praktik penggembalaan yang menyebar melalui pertukaran budaya. Studi ini menyoroti aliran gen yang terbatas antara populasi Afrika Utara dan sub-Sahara, menekankan warisan genetik unik dari garis keturunan Afrika Utara.
Salah satu yang paling menarik adalah susunan genetik Mumi alami berusia 7.000 tahun yang ditemukan di tempat perlindungan batu Takarkori, Libya Selatan. Mereka menunjukkan DNA Neanderthal yang jauh lebih sedikit dibanding populasi di luar Afrika. Hal ini menunjukkan mereka berasal dari populasi yang sangat terisolasi, memungkinkan mereka bertahan dalam waktu yang lama, khususnya pada Zaman Es Akhir.
Meskipun garis keturunan kuno tidak lagi dalam bentuk aslinya, warisan genetiknya terus menjadi bagian penting dari keturunan masyarakat Afrika Utara saat ini.
Studi ini menarik hubungan antara individu kuno dan para pengumpul makanan berusia 15.000 tahun dari Gua Taforalt di Maroko, yang terhubung dengan industri litik Iberomaurusian. Kedua kelompok menunjukkan jarak yang sama dari garis keturunan sub-Sahara.
Johannes Krause mencatat “Temuan kami menunjukkan bahwa sementara populasi Afrika Utara awal sebagian besar terisolasi, mereka menerima jejak DNA Neanderthal karena aliran gen dari luar Afrika.”
Sementara Nada Salem menekankan bahwa penelitian ini menantang asumsi sebelumnya tentang sejarah populasi Afrika Utara. Mengungkap garis keturunan genetik yang berakar dalam dan telah lama terisolasi.
Reporter Magang: Devina Faliza Rey