FOTO: Mengenang Ciuman Penuh Haru Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal yang Jadi Sorotan Dunia
Ciuman penuh haru ini menggambarkan kedekatan dan kasih persaudaraan lintas iman yang menjadi salah satu warisan moral terbesar Paus Fransiskus.

Dunia berduka atas wafatnya Pemimpin Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, pada usia 88 tahun. Kabar duka tersebut diumumkan secara resmi oleh Vatikan pada Senin (21/4/2025), mengakhiri satu dekade kepemimpinannya yang dikenal penuh welas asih, reformasi, dan dialog antaragama.
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan jejak mendalam di hati umat Katolik global, termasuk di Indonesia. Salah satu momen paling dikenang adalah kunjungan apostoliknya ke Indonesia pada 3–6 September 2024, yang menjadi kunjungan pertamanya sekaligus terakhir ke Tanah Air.
Kedatangan Paus Fransiskus itu menandai kunjungan Paus ketiga ke negara ini setelah Paus Paulus VI pada 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989.
Kunjungan empat hari tersebut disambut antusias oleh masyarakat Indonesia lintas agama dan diwarnai sejumlah agenda penting. Paus Fransiskus bertemu Presiden Joko Widodo, memimpin misa akbar yang dihadiri sekitar 87.000 umat Katolik di Stadion Utama Gelora Bung Karno, dan menyempatkan diri melakukan kunjungan bersejarah ke Masjid Istiqlal, Jakarta.
Di Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus menyampaikan pidato yang sarat pesan perdamaian, toleransi, dan persaudaraan antarumat beragama. Ia mengaku bahagia bisa berada di masjid terbesar di Asia tersebut dan menyampaikan apresiasi kepada Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.
“Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi. Saya bahagia bisa berada di sini, di masjid terbesar di Asia bersama Anda semua. Saya menyapa Imam Besar dan berterima kasih atas sambutannya,” ucap Paus Fransiskus, Kamis (5/9/2024).
Paus menekankan bahwa Masjid Istiqlal adalah simbol harmoni, ruang dialog antaragama, dan representasi budaya bangsa yang menjunjung tinggi perdamaian. Ia juga menyoroti fakta bahwa masjid tersebut dirancang oleh arsitek Kristen, Friedrich Silaban, sebagai simbol toleransi dalam sejarah bangsa.
“Masjid seperti tempat ibadah lainnya adalah ruang dialog, ruang untuk saling menghormati dan hidup bersama dalam damai di antara agama-agama dan berbagai kepekaan rohani yang berbeda," tutur Paus.
"Ini adalah sebuah anugerah besar, di mana setiap hari anda dipanggil untuk merawatnya," lanjutnya.
Momen paling mengharukan terjadi menjelang akhir kunjungan ketika Imam Besar Nasaruddin Umar mencium kening Paus Fransiskus sebagai bentuk penghormatan, yang kemudian dibalas dengan ciuman lembut di tangan Nasaruddin oleh Paus.
Gestur tersebut menggambarkan kedekatan dan kasih persaudaraan lintas iman yang menjadi salah satu warisan moral terbesar Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya.
Kini, seiring kepergiannya, Indonesia dan dunia mengenang Paus Fransiskus bukan hanya sebagai pemimpin Gereja Katolik, tetapi sebagai duta damai global yang meninggalkan jejak abadi dalam sejarah umat manusia.








