Mengenang Pujian Paus Pransiskus untuk Terowongan Katedral dan Istiqlal
Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia pada 2024 lalu.

Sosok pemimpin Gereja Katolik dunia, Paus Fransiskus selalu dikenang meski sudah tutup usia pada hari ini, Senin (21/4). Kunjungannya ke Indonesia pada 2024 lalu menjadi momen terakhir umat Kristiani di Tanah Air bertatap langsung dengannya.
Saat kunjungan itu, Paus Fransiskus melihat langsung terowongan silaturahmi, penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Meskipun, Paus dan rombongan tidak masuk ke dalam terowongan karena waktu yang terbatas.
Paus memuji pembangunan terowongan tersebut. Dia analogikan seperti sebuah tempat yang akan mengeluarkan manusia dari lorong gelap menuju tempat yang terang benderang.
"Kita kaum beriman yang berasal dari tradisi keagamaan yang berbeda-beda memiliki sebuah tugas untuk dilakukan, membantu semua orang untuk melewati terowongan ini dengan pandangan yang diarahkan menuju terang," jelas Paus pada Kamis (5/9).
Dengan demikian, lanjutnya, di akhir perjalanan, kita akan mampu saling mengenal sebagai saudara. Persaudaraan yang berujung pada saling berbagi kehidupan dan saling mendukung satu sama lain.
Pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu juga menyampaikan, persaudaran antar umat beragama dapat melawan berbagai ancaman dan juga menjadi penguat satu sama lain di masa-masa gelap.
"Terhadap tanda-tanda ancaman, terhadap masa-masa gelap, kita lawan dengan tanda persaudaraan yang dengan menyambut yang lain dan menghargai indentitasnya, mendorongnya menuju perjalanan bersama, yang dilakukan dalam persahabatan dan yang mengantar kita menuju terang," pesannya.
Paus juga menyampaikan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam pembangunan terowongan ini. Mereka, lanjutnya, bekerja dengan keyakinan agar kita bisa hidup dalam kerukunan dan damai serta menyadari perlunya dunia yang lebih bersaudara.
"Saya berharap, komunitas-komunitas kita dapat semakin terbuka bagi dialog antarumat beragama dan semoga menjadi simbol kehidupan bersama yang damai dam mencirikan Indonesia," jelasnya.
"Saya berdoa kepada Allah, sang pencipta segala sesuatu, agar Ia memberkati semua mereka yang melewati terowongan ini dalam semangat persahabatan,kerukunan, dan persaudaraan," ujar dia.
Pesan Terakhir Paus
Paus Fransiskus meninggal dunia hari ini pada usia 88 tahun. Belum diketahui penyebab Paus Fransiskus tutup usia. Namun, dia sempat mengalami pneumonia berat. Sebelum mengembuskan napas terakhir, Paus Fransiskus menyampaikan pesan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus.
Pesan itu disampaikan pada Minggu Paskah, 20 April 2025.Kondisi kesehatannya yang lemah membuat Paus Fransiskus menyampaikan pesan tersebut sambil duduk dan dibantu ajudan. Dia menekankan pentingnya harapan akan perdamaian dan menyerukan diakhirinya konflik bersenjata di berbagai belahan dunia.
Pesan tersebut secara khusus menyoroti situasi di Ukraina serta keprihatinan mendalam atas penderitaan umat Kristiani di Palestina dan Israel.
"Saya ingin kita semua memperbarui harapan bahwa perdamaian itu mungkin! Dari Makam Kudus, Gereja Kebangkitan, tempat umat Katholik dan Ortodoks merayakan Paskah pada hari yang sama tahun ini, semoga cahaya perdamaian memancar ke seluruh Tanah Suci dan ke seluruh dunia," demikian isi pesan Paus Fransiskus.
Terkait konflik di Ukraina, Paus menyampaikan harapan agar perdamaian segera tercapai dan mendorong semua pihak untuk terus berupaya mengakhiri perang tersebut.
Dalam pesannya, Paus juga menyampaikan rasa prihatin terhadap penderitaan umat Kristiani di Palestina dan Israel, serta kepada seluruh rakyat Israel dan Palestina.
Dukungan juga disampaikan kepada umat Kristiani di Timur Tengah, serta rakyat di Yaman, Myanmar, Republik Demokratik Kongo, Sudan, dan Sudan Selatan.
Paus turut menyinggung situasi sulit yang masih berlangsung di kawasan Kaukasus Selatan, seraya mendoakan agar Armenia dan Azerbaijan dapat segera menandatangani dan mewujudkan perjanjian damai.
Dia menekankan bahwa perdamaian tidak akan mungkin terwujud di tempat-tempat yang tidak menjunjung tinggi kebebasan beragama, kebebasan berpikir dan berpendapat, serta tidak adanya rasa saling menghormati dan komitmen terhadap perlucutan senjata.
"Cahaya Paskah mendorong kita untuk meruntuhkan tembok-tembok pemisah yang menciptakan perpecahan dan menimbulkan konsekuensi politik serta ekonomi yang serius. Cahaya ini mengajak kita untuk saling peduli, memperkuat solidaritas, dan bekerja demi pengembangan manusia seutuhnya," lanjut pesan tersebut.