Kandidat Kuat Pengganti Paus Fransiskus Dikabarkan Berasal dari Asia dan Afrika, Ini Alasannya
Dua kandidat yang juga memiliki potensi besar setelah Asia dan Afrika berasal dari Benua Eropa.

Paus yang akan datang diharapkan memimpin Gereja Katolik Roma, yang keanggotaannya mengalami penurunan di Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Latin, tetapi justru berkembang pesat di Asia dan Afrika. Perubahan ini menjadi salah satu alasan utama mengapa dua kardinal yang dianggap sebagai kandidat terkuat untuk memimpin gereja dengan 1,4 miliar pengikut setelah Paus Fransiskus berasal dari Asia dan Afrika, wilayah yang menjadi perhatian gereja dalam memperluas pengaruhnya.
Menurut Ketua Bidang Studi Katolik Walter F. Sullivan dari Virginia Commonwealth University, Andrew Chesnut, dua nama yang paling mungkin menjadi paus berikutnya adalah Kardinal Luis Tagle dari Filipina dan Kardinal Peter Turkson dari Ghana. Jika salah satu dari mereka terpilih dalam konklaf, momen tersebut akan menjadi tonggak sejarah bagi Gereja Katolik Roma, karena sudah lebih dari 12 abad tidak ada paus keturunan Asia, dan lebih lama lagi sejak paus terakhir yang berasal dari Afrika.
Fransiskus, yang terpilih dua belas tahun lalu, merupakan paus pertama dari Benua Amerika. "Tagle, yang berasal dari keluarga kaya di Filipina dan Tionghoa, berasal dari kawasan yang dianggap sebagai pintu gerbang menuju China—negara yang sangat ingin dijangkau oleh gereja," ujar Chesnut. Di sisi lain, Turkson, yang dibesarkan dalam keluarga dengan sepuluh anak di Ghana Barat, berasal dari wilayah yang pertumbuhan umat Katoliknya sedang meningkat pesat.
Apabila Tagle atau Turkson terpilih sebagai paus selanjutnya, keduanya diperkirakan akan membawa arah yang lebih moderat, tidak terlalu konservatif, tetapi juga tidak seprogresif Paus Fransiskus. "Namun, baik Tagle maupun Turkson pernah menyatakan dukungan mereka terhadap para migran dan individu yang hidup dalam kemiskinan," kata Chesnut, yang sebelumnya berhasil memprediksi terpilihnya Paus Fransiskus pada tahun 2013. Selain itu, kandidat lain yang juga bersaing adalah Kardinal Pietro Parolin dari Italia, yang dianggap moderat, dan Kardinal Peter Erdo dari Hongaria, yang merupakan pilihan dari sayap konservatif gereja.
Tugas yang dihadapi oleh Paus yang akan datang

Lonjakan jumlah umat Katolik di Asia dan Afrika, ditambah dengan kekurangan imam di Amerika Serikat, telah mendorong gereja untuk mengirim lebih banyak pastor dari kedua benua tersebut ke AS. Di Nebraska, New Mexico, Texas, dan Colorado, kehadiran pastor dari Afrika semakin meningkat, sedangkan di Massachusetts dan California, terdapat sejumlah pastor asal Asia yang semakin banyak bertugas.
"Siapapun paus berikutnya, dia harus fokus menarik evangelis untuk mengimbangi penurunan jumlah umat Katolik global," ujar Chesnut. "Ini salah satu kegagalan terbesar Paus Fransiskus ... Dia tidak fokus pada evangelisasi. Dia bahkan tidak mengunjungi tanah kelahirannya, Argentina." Selama masa kepemimpinannya, jumlah umat Katolik di Amerika Latin mengalami penurunan sebesar 7-8 persen.
Kematian Paus Fransiskus akan memicu proses yang rumit bernama konklaf, di mana para pemimpin gereja dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan untuk memilih pemimpin baru. Umumnya, konklaf berlangsung antara 15 hingga 20 hari setelah kematian paus, dan durasinya tergantung pada seberapa cepat satu kandidat dapat memperoleh dua pertiga suara dari para kardinal.