Sisi Lain Soeharsikin Istri HOS Tjokroaminoto, Pawang Ular Andal hingga Jago Bermain Piano
Ia adalah sosok penting di balik kehidupan sang guru bangsa

Ia adalah sosok penting di balik kehidupan sang guru bangsa

Sisi Lain Soeharsikin Istri HOS Tjokroaminoto, Mahir Memainkan Piano hingga Pawang Ular Andal

Seperti kata pepatah, di balik kesuksesan suami ada istri yang hebat. Hal ini juga tergambar dari kehidupan HOS Tjokroaminoto dan Soeharsikin. Tanpa keberadaan Soeharsikin, HOS Tjokroaminoto mungkin tak bakal kita kenal sebagai guru bangsa.
Anak Bangsawan
Soeharsikin lahir pada tahun 1885 dari keluarga Patih Ponorogo. Sejak kecil, ia dikenal patuh kepada kedua orang tuanya. Kepatuhan itu jugalah yang membuat dirinya menerima pinangan HOS Tjokroaminoto, pria pilihan orang tuanya.
Setelah menikah, putri bangsawan dan suaminya sepakat untuk hidup sederhana. Keputusan ini sempat ditentang sang ayah. Patih Ponorogo itu keberatan karena putrinya hidup penuh perjuangan dalam rumah tangganya dengan HOS Tjokroaminoto.
"Ayahanda! Dahulu anakanda dikawinkan oleh ayah-bunda, sedangkan anakanda pada waktu itu tidak kenal dengan mas Tjokro. Anakanda taati! Kini anakanda pun tetap taat, kalaupun ayahbunda ceraikan anakanda dari Mas Tjokro, baiklah tetapi seumur hidup anakanda tidak akan kawin lagi. Oleh karena dunia akhirat, suami anakanda hanyalah Mas Tjokro itu semata," tegasnya, dikutip dari situs journal.rumahpeneleh.or.id.

Perjuangan
Keberadaan indekos fenomenal di Jalan Peneleh merupakan ide Soeharsikin. Saat itu, ia bertekad meringankan beban ekonomi keluarga, karena HOS Tjokroaminoto juga sibuk berpolitik.

Sisi Lain
Mengutip buku Menelusuri Jejak Ayahku karya Harsono, Soeharsikin mahir berpiano. Berbeda dengan suaminya yang menyukai kesenian tradisional, Soeharsikin justru tak begitu suka dengan menari dan dan gamelan. Adapun keunikan lain yang dimiliki Soeharsikin yakni pandai beternak ular serta pawang ular yang andal.
Sosoknya di Mata Soekarno
Presiden Soekarno yang pernah indekos di rumah HOS Tjokroaminoto memiliki kesan mendalam terhadap sosok Soeharsikin.
Bagi Soekarno, sosok yang ia palnggil Bu Tjokro memberi ingatan tak terlupakan dan kesan mendalam. Kesan mendalam itu berkenaan dengan budi pekerti halus, baik hati, suka memaafkan, dekat pada Islam.
Hal ini tampak dari rutinitas mengaji, salat lima waktu tanpa jeda, hingga rutin salat tahajud.

Akhir Hayat
Soeharsikin meninggal saat usianya masih muda, yakni 35 tahun. Ia mengembuskan napas terakhir pada 22 Februari 1921 akibat tertular penyakit tifus dari anak kelimanya, Siti Islamiyah.
Sebelum meninggal dunia, setiap hari Soeharsikin menemani anak bungsunya yang sakit. Saat itu, belum ada obat untuk penyakit tifus. Jenazah ibu kos Bung Karno itu kemudian dikubur di Makam Botoputih, Kota Surabaya.Kepergian Soeharsikin untuk selama-lamanya menjadi duka mendalam bagi HOS Tjokroaminoto dan kelima anaknya. HOS Tjokroaminoto sendiri sangat patah hati dan terpukul.