Dulu Punya Banyak Fans Kini Nyaris Ditinggalkan, Begini Kisah Seniman Ludruk Tobong Ponorogo yang Masih Bertahan
Kini para seniman harus kerja keras mencari penonton.
Kini para seniman harus kerja keras mencari penonton.
Kesenian tradisional menghadapi tantangan tersendiri untuk tetap eksis di tengah zaman modern. Meski tak menghasilkan cuan sebanyak dulu, sejumlah seniman tetap setia melakoni kerja kebudayaan tersebut. Sebagaimana yang dilakukan sejumlah seniman Ludruk Tobong di Jawa Timur.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Ludruk Tobong adalah pertunjukan teater tradisional yang pementasannya digelar di tanah lapang, dapat berpindah dari satu tempat ke wilayah lain yang didorong faktor antusiasme masyarakat untuk menonton, begitu juga faktor kontrak tanah yang disewa. Para seniman mendapatkan bayaran dari penjualan tiket penonton. Oleh karena itu, jumlah penonton sangat berpengaruh terhadap penghasilan para senimannya.
Salah satu pusat kesenian Ludruk Tobong yakni Kabupaten Ponorogo. Hingga tahun 2018 masih ada tiga kelompok ludruk yang bertahan. Kini, kelompok Ludruk Suromenggolo jadi satu-satunya yang tersisa.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Ludruk Tobong di Ponorogo menampilkan pertunjukan dengan mengurangi esensi dagelan dan
meniadakan lakon pada struktur pertunjukan. Acara utama Ludruk Tobong Ponorogo adalah monosuko, lagu-lagu yang dipesan oleh
penonton dan dinyanyikan para tandhak ludruk.
Mengutip ejournal.unesa.ac.id, sesi Monosuko membuat Ludruk Tobong dapat cuan lebih banyak. Penonton memberikan upah untuk
setiap lagu yang dinyanyikan antara Rp10.000 hingga Rp100.000.
Adapun upah jasa menyanyikan gending dipatok Rp10.000 yang wajib disetorkan kepada sekretaris dan sisanya masuk kantong pribadi
penerima pesanan gending tersebut.
Seorang seniman Ludruk Tobong Suromenggolo menceritakan kondisi yang ia dan teman-temannya tengah hadapi saat ini.
Menurut dia, menjadi seniman Ludruk Tobong bisa dikatakan memiliki penghasilan yang menjanjikan. Selain itu, dulu penampilan Ludruk Tobong dinanti-nantikan banyak orang. Sementara sekarang, sang seniman Ludruk Tobong yang harus bersusah payah mencari penggung pentas.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Para seniman Ludruk Tobong Suromenggolo mengaku kini harus banyak berbesar hati. Pasalnya, penghasilan yang mereka dapatkan dari pementasan tidak seberapa, sebagaimana mengutip trailer film dokumenter Ludruk Dahulu, Kini, dan Nanti (2022).
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Paguyuban Ludruk Suromenggolo didirikan dan dipimpin oleh
Juri Wijaya bersama warga Sukorejo
Ponorogo pada 30 Juni 2007. Pada tahun 2015, pengelolaan manajemen Paguyuban Ludruk Suromenggolo
dilanjutkan oleh Eka Sanjaya.
Seniman Ludruk Suromenggolo di dominasi oleh Tandhak/travesti ludruk. Hadirnya travesti berparas cantik dan bersuara merdu menjadikan tolok ukur eksistensi ludruk di Ponorogo.
Mahalini punya aksi unik untuk membuat konsernya dikenang di hati penggemar.
Baca SelengkapnyaRemaja bernama Ahmad Arsyad Disky (17) meninggal setelah sebelumnya pingsan di lokasi konser JKT48 di sebuah mal di Semarang.
Baca SelengkapnyaPara anak super gemas ini bahkan sudah punya banyak fans sejak dini. Siapa saja? Simak ulasan lengkapnya berikut ini:
Baca Selengkapnya5 anak angkat artis yang kini terkenal dan banyak fans
Baca SelengkapnyaEl Rumi berhasil menjadi pemenang setelah mengalahkan Jefri Nichol dalam acara bertajuk Superstar Knockout.
Baca SelengkapnyaFondrako, penetapan hukum adat masyarakat Nias yang terkenal paling ditakuti dan penuh mistis
Baca SelengkapnyaHasto Kristiyanto mengatakan, nama-nama yang muncul termasuk Mahfud MD merupakan sosok yang disuarakan publik.
Baca SelengkapnyaChelsea Islan mengajak fansnya berfoto bersama. Suami Chelsea Islan, Rob Clinton Kardinal diajak foto bareng.
Baca SelengkapnyaTissa Biani baru-baru ini menunjukan kekesalannya karena terus dibanding-bandingkan dengan Fuji.
Baca Selengkapnya