Fakta Menarik Film Legendaris "Resia Boroboedoer", Kontrak Bintang Film Panas Tapi Gagal di Pasaran
Film ini menyebabkan produsen bangkrut karena tak mampu menutup biaya produksi
Film ini menyebabkan produsen bangkrut karena tak mampu menutup biaya produksi
Unsur seksualitas dalam dunia perfilman Indonesia itu sesungguhnya sudah ada sejak lama. Pada tahun 1928, Nancing Film Corporation, sebuah perusahaan kongsi China di Batavia, memproduksi sebah film bisu berjudul “Resia Boroboedoer” (baca: Rahasia Borobudur).
Film Resia Boroboedoer bergenre petualangan dan misteri. Nancing Film dengan berani mengontrak bintang film asal Shanghai yang terkenal berani dan sensasional bernama Olive Young.
Waktu itu Olive Young berusia 26 tahun. Ia cukup terkenal di dunia perfilman karena berani memainkan adegan yang pada saat itu dianggap sangat fulgar.
Saat itu, Olive Young berani beradegan ciuman dengan lawan mainnya. Selain itu, dia juga berani tampil dengan pose-pose menggairahkan di majalah-majalah.
Dalam film Resia Boroboedoer, Olive Young berani menampilkan kemolekan tubuh dengan kostum mirip bikini. Adegan tersebut merupakan adegan paling terbuka yang pernah ada dalam sebuah film Hindia Belanda pada masanya.
Film Resia Boroboedoer menceritakan tentang seorang gadis bernama Young Pei Fen datang dari Negeri Cina ke Jawa demi mencari benda berharga yang tersimpan di Candi Borobudur. Benda itu adalah sebuah toples berisi abu Budha Gautama.
Penjaga Candi bernama Gandha Soewasti, gagal melarang Young mencari benda itu. Saat itu, Young berselisih paham dengan Gandha. Bahkan teman Gandha sempat menyerang Young dengan ilmu hitam.
Di dalam candi, Young menemukan ruangan bawah tanah dan memasukinya. Tapi ternyata di dalam ruangan tersebut terdapat gas beracun.
Gandha pun menyelamatkan Young dan mengaku dulu berutang nyawa dengan ayah Young. Hal itu lantaran ayah Young telah menyelamatkan nyawa Gandha dari serangan bandit 30 tahun lalu.
Young kemudian membatalkan pencarian abu dan menjalani hidup sebagai seorang penjaga candi bersama Ganda.
Pada film tersebut Olive Young dibayar sebesar 2.000 gulden per bulan. Jumlah itu sangat besar pada masanya. Namun jumlah itu berbanding terbalik dengan kesuksesan filmnya.
Film ini gagal di pasaran dianggap tidak logis dan kualitas gambarnya sangat buruk. Para penontonnya juga mengecap buruk film itu karena dipenuhi adegan sensual.
Seorang kritikus film saat itu, Kwee Tek Hoy, menyebut banyak adegan yang tidak realistis dan masuk akal dalam film tersebut.
Dia mempertanyakan bagaimana seorang Young bisa berkomunikasi dengan orang Jawa yang tidak bisa berbahasa mandarin.
Film Resia Borobudur menjadi yang pertama dan terakhir bagi Nancing Film Corp. Setelah rilis film tersebut, perusahaan itu bangkrut karena hasil pendapatan film tidak mampu menutupi biaya produksi.
Honor Olive yang sangat besar begitu memberatkan. Belum lagi perusahaan itu juga membangun sebuah studio film yang sangat besar di Mangga Besar, Batavia.
Film produksi era Kolonial Belanda ini tuai pujian saat ditayangkan di luar negeri, namun masyarakat Pribumi merasa kecewa dengan hasilnya.
Baca SelengkapnyaLokasi syuting film ini salah satunya di gedung BAT, Lemahwungkuk Cirebon yang legendaris.
Baca SelengkapnyaBima Prawira mengungkapkan kekecewaan ke produser film
Baca SelengkapnyaFaktanya popularitas saja tidak cukup menjadi modal lolos ke Senayan
Baca SelengkapnyaPecah rekor, film Indonesia tahun 2024 tembus 55 juta penonton. Terbanyak sepanjang sejarah.
Baca SelengkapnyaAda cerita unik di balik penamaan tahu siksa yang menggiurkan lidah ini.
Baca SelengkapnyaInilah Fakta Unik Asri Welas, Masih Ada Keturunan dari Pangeran Diponegoro. Yuk, Intip Faktanya!
Baca SelengkapnyaDulu gambar toong sempat viral di masanya, anak-anak yang ingin menonton diharuskan membayar sebesar Rp5 sampai Rp10 rupiah
Baca SelengkapnyaTak ada yang tahu pasti kapan ia meninggal atau sebenarnya ia masih hidup sampai sekarang.
Baca Selengkapnya