Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal
Perkembangan industri di Tegal tak terlepas dari keberadaan pabrik-pabrik gula di sana.
history![Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2023/10/11/1696996988430-29ovn.jpeg)
Perkembangan industri di Tegal tak terlepas dari keberadaan pabrik-pabrik gula di sana.
![Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/11/1696996871068-358hhg.jpeg)
Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal
![Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/11/1696996927780-2utum.jpeg)
Tegal adalah sebuah bandar kecil di pantai utara Jawa yang menjadi persinggahan Tome Pires pada abad ke-16. Bertahun-tahun kemudian, kota itu berkembang menjadi kota industri penting pada zaman VOC.
Foto:Tegalkota.go.id
Dilansir dari Indonesia.go.id, sejarah tentang Tegal dimulai dari sebuah desa kecil yang berada di muara sebuah sungai bernama Kali Gung.
Sekitar tahun 1580, Sultan Agung dari Mataram mengutus perwakilan kekuasaannya, Ki Gede Subayu, untuk mengelola kawasan pesisir utara Jawa yang sebagian besar masih berupa rawa-rawa.
Karena saat itu wilayah pesisir Jawa masih berupa rawa dengan habitat nyamuk Malaria yang mematikan, Ki Gede Subayu memutuskan tinggal di daerah Danawarih yang berjarak 30 km dari garis pantai.
Anak keturunan Gi Gede Subayu itulah yang kemudian membuat daerah itu berkembang yang kini dikenal sebagai daerah Slawi dan Jatinegara.
Pada zaman Amangkurat I, penerus tahta Sultan Agung, wilayah Tegal mulai berkembang mendekati garis pantai.
Sejak saat itu Tegal berkembang menjadi wilayah perdikan yang memiliki otonominya sendiri.
Pabrik Gula di Tegal
Pada tahun 1832, di sebelah timur Tegal, tepatnya di Desa Pangkah, dibangunlah pabrik gula pertama di Tegal. Pendirinya adalah seorang investor swasta bernama NV Kosy dan Sucier.
Setelah itu muncul pabrik-pabrik gula lainnya. Pada tahun 1841-1842 muncul pabrik gula di Desa Kemanglen dan Dukuwringin. Kedua pabrik gula itu dilengkapi dengan teknologi paling canggih pada masa tersebut. Mesin-mesin uap didatangkan dari perusahaan baja asal Prancis, Derosne et Cail.
- Buka Peluang Pembiayaan, Menkop Teten Minta UMKM Masuk Rantai Pasok Industri
- Hasil Riset: 136 Industri Ini Penyumbang Polusi Terbesar di Jakarta
- Industri SKT di Tanah Air Serap Banyak Tenaga Kerja dan Beri Efek Ganda Bagi Perekonomian
- Menpora Harap LPDUK Makin Kredibel dan Terpercaya Mendukung Ekosistem Industri Olahraga
- Terungkap Alasan Buronan Nomor Satu Thailand Chaowalit Thongduang Pilih Nama Samaran ‘Sulaiman’
- VIDEO: Bahlil Janji Ke PBNU Kelola Tambang Batu Bara Setelah Diizinkan Jokowi
Pemilik dua pabrik gula ini adalah seorang pensiunan tentara Kerajaan Belanda, Colonel Theodore Lucassen. Dia adalah veteran perang Belanda melawan Prancis yang menikmati gaya hidup kelas atas karena prestasi dan keberaniannya.
Ia mengerahkan insinyur-insinyur muda asal Skotlandia untuk merancang pabrik-pabrik gula di Tegal dengan teknologi termaju pada saat itu.
Pabrik gula selanjutnya adalah Pabrik Gula Adiwerna. Pembuatnya adalah Otto Carel Holmberg yang merupakan salah satu pengusaha gula paling sukses asal Belanda. Kesuksesannya bahkan bisa mengalahkan Lucassen.
![Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/11/1696996963865-499tth.jpeg)
Kesuksesan Lucassen dan Holmberg kemudian membuat para investor lain mendirikan pabrik gula di kawasan Kemantran pada tahun 1868.
Menyusul kemudian pendirian Pabrik Gula Balapulang pada tahun 1890.
Lalu pada awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1928, Belanda kembali mendirikan pabrik gula di Pagongan.
Pada masa keemasan industri gula, Tegal menjadi ibukota karasidenan yang wilayahnya meliputi Brebes, Tegal, dan Pemalang. Lokasinya makin strategis karena dilalui jalur kereta api Semarang-Cirebon. Untuk mengakomodir pengiriman gula dengan kapal-kapal besar,
Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat kawasan pelabuhan yang masih eksis hingga zaman sekaran. Namun masalah pendangkalan air laut membuat kini membuat kapal-kapal besar tak bisa berlabuh di Pelabuhan Tegal.