Mengenal Teknologi Pengendali Banjir Era Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit memiliki sistem pengendalian banjir yang kompleks dan terintegrasi, menjamin ketersediaan air untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari.

Kerajaan Majapahit, yang berdiri pada abad ke-13 hingga ke-16, dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Salah satu aspek yang membuat Majapahit menonjol adalah sistem pengendalian banjir yang sangat canggih untuk zamannya.
Sistem ini tidak hanya berfungsi untuk mengatasi masalah banjir, tetapi juga memastikan ketersediaan air bagi pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Bukti arkeologis menunjukkan adanya berbagai teknologi yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya air di wilayah kerajaan ini.
Salah satu inovasi utama dalam teknologi pengendalian banjir Majapahit adalah adanya jaringan kanal yang luas. Kanal-kanal ini terbentang di sekitar Trowulan, yang merupakan ibu kota Majapahit. Dengan lebar mencapai 80 meter dan kedalaman antara 6 hingga 9 meter.
kanal-kanal ini menunjukkan skala proyek yang besar dan perencanaan yang matang. Selain berfungsi sebagai sistem drainase untuk mencegah genangan air dan banjir, kanal-kanal ini juga digunakan sebagai jalur transportasi dan irigasi yang penting bagi pertanian.
Kolam Penampung Air: Solusi untuk Kekeringan
Salah satu contoh teknologi pengendalian banjir yang menonjol adalah kolam penampung air, seperti Kolam Segaran di Trowulan. Kolam ini berfungsi sebagai penampung air hujan dan reservoir untuk mengatasi kekeringan di musim kemarau. Dengan luas sekitar 6,5 hektar, Kolam Segaran terhubung dengan sistem kanal dan waduk lain, membentuk sistem yang terintegrasi dan efisien. Kolam ini tidak hanya mengatur aliran air, tetapi juga menyediakan sumber air yang vital bagi pertanian dan kehidupan masyarakat.
Waduk juga memainkan peran penting dalam sistem pengendalian air Majapahit. Bendungan Jiwu dan Bendungan Trailokyapuri, yang disebutkan dalam prasasti dan relief candi, adalah contoh waduk yang digunakan untuk mengairi sawah. Kedua waduk ini, bersama dengan kolam-kolam, berfungsi untuk mengatur aliran air dan mencegah terjadinya banjir. Dengan adanya waduk, Majapahit mampu mengelola sumber daya air secara efektif, menjaga keseimbangan antara kebutuhan air untuk pertanian dan mencegah terjadinya banjir.
Inovasi Saluran Air Bawah Tanah
Selain kanal dan waduk, sistem drainase Majapahit juga mencakup saluran air bawah tanah, yang mirip dengan selokan modern. Saluran ini ditemukan di beberapa lokasi dan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari pemukiman penduduk, sehingga mencegah genangan air. Salah satu contoh yang menarik adalah terowongan air bawah tanah di Dukuh Surowono, Desa Canggu, Kabupaten Kediri. Inovasi ini menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang hidrologi dan teknik sipil yang dimiliki oleh masyarakat Majapahit.
Di samping itu, ditemukan pula struktur bangunan dari susunan batu bata yang menyerupai bak kontrol di Desa Watesumpak, Trowulan. Meskipun fungsi pasti dari struktur ini masih dalam penelitian, diperkirakan bahwa bangunan tersebut berperan dalam mengatur aliran air dalam sistem irigasi. Hal ini menunjukkan bahwa Majapahit memiliki pendekatan yang sistematis dalam pengelolaan sumber daya air.
Sistem Terintegrasi yang Canggih
Sistem pengendalian banjir Majapahit merupakan suatu sistem terintegrasi yang melibatkan berbagai infrastruktur yang saling berkaitan. Keberhasilan sistem ini mencerminkan kemampuan manajemen proyek berskala besar yang dimiliki oleh kerajaan tersebut. Meskipun banyak dari infrastruktur tersebut telah mengalami kerusakan atau perubahan fungsi seiring berjalannya waktu, sisa-sisa yang masih ada hingga kini menjadi bukti kecanggihan teknologi pengairan Kerajaan Majapahit.
Dengan adanya teknologi pengendalian banjir yang canggih, Kerajaan Majapahit tidak hanya mampu mengatasi masalah banjir, tetapi juga menjamin ketersediaan air bagi pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran teknologi dalam pengembangan peradaban di masa lalu. Melalui sistem yang terencana dan terintegrasi, Majapahit berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung pertanian dan kehidupan sosial yang seimbang.