Utang Masyarakat Dunia di Paylater Diprediksi Tembus Rp15.063 Triliun
Sektor BNPL telah mengalami lonjakan pesat dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 21,7 persen.

Layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater kian diminati masyarakat, baik di Indonesia maupun secara global. Kemudahan dalam penggunaan serta fleksibilitas pembayaran membuat layanan ini menjadi alternatif utama bagi banyak konsumen dalam mengelola pengeluaran, terutama di tengah naiknya kebutuhan dan perubahan pola konsumsi digital.
Menurut analisis Research and Markets yang dikutip dari laman Fintech Futures, pasar global BNPL diperkirakan akan tumbuh sebesar 13,7 persen setiap tahun dan mencapai nilai USD560,1 miliar atau Rp9.253 triliun (kurs Rp16.520) pada 2025.
Pertumbuhan ini bukan fenomena baru sejak 2021 hingga 2024, sektor BNPL telah mengalami lonjakan pesat dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 21,7 persen.
Tren ini diproyeksikan akan terus berlanjut, meskipun dengan laju yang lebih moderat. Selama periode 2025–2030, pasar BNPL diprediksi tumbuh dengan CAGR sebesar 10,2 persen dan pada akhir 2030, nilainya diperkirakan menyentuh USD911,8 miliar atau Rp15.063 triliun, naik signifikan dari USD492,8 miliar atau Rp8.141 triliun pada 2024.
Laporan tersebut menyajikan analisis mendalam terhadap dinamika industri BNPL global, mencakup lebih dari 75 indikator kinerja utama (KPI) yang mencerminkan peluang dan risiko pasar di berbagai kategori ritel, baik di tingkat regional maupun negara.
Data ini memberikan gambaran komprehensif tentang ukuran pasar, proyeksi pertumbuhan, serta distribusi pangsa pasar berdasarkan wilayah. Perkembangan pasar BNPL menunjukkan adanya perbedaan adopsi yang signifikan di berbagai belahan dunia.
Di kawasan berkembang seperti Asia Tenggara dan Afrika, BNPL menjadi alat penting untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan tradisional. Sebaliknya, di negara-negara maju seperti Amerika Utara dan Eropa, layanan ini lebih dimanfaatkan untuk mengelola anggaran dan memberi kenyamanan dalam bertransaksi.
Perluas Jangkauan Paylater
Kompetisi di sektor ini juga makin ketat. Penyedia besar seperti Klarna, Afterpay, PayPal, dan Affirm terus memperluas jangkauan mereka, sementara pemain regional seperti Kredivo (Asia Tenggara), MercadoPago (Amerika Latin), dan Tamara (Timur Tengah) memfokuskan strategi pada penawaran yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan regulasi selama 2024, lanskap BNPL mengalami transformasi signifikan. Pelaku pasar kini berlomba mengembangkan layanan yang dipersonalisasi, menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk penilaian kredit, serta mengintegrasikan inisiatif lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) guna menjaga pertumbuhan jangka panjang.
Inovasi dalam manajemen risiko dan pengalaman pengguna juga menjadi kunci utama. Dengan teknologi AI, penyedia BNPL mampu mempersonalisasi layanan sekaligus mengurangi potensi gagal bayar.
Namun, seiring ekspansi global, kepatuhan terhadap regulasi lokal menjadi tantangan penting yang harus dihadapi agar pertumbuhan tetap berkelanjutan. Perbedaan struktur ekonomi, perilaku konsumen, dan akses kredit menciptakan variasi regional dalam penggunaan BNPL.
Integrasi dengan Uang Seluler
Di Kenya, misalnya, Lipa Later mengintegrasikan BNPL dengan sistem uang seluler untuk menjangkau populasi tanpa rekening bank. Sementara di Swedia, Klarna menawarkan skema pembayaran berbasis AI yang disesuaikan dengan kebiasaan belanja konsumen digital.
Kesenjangan ekonomi dan ketimpangan infrastruktur kredit menjadi faktor pendorong adopsi BNPL di negara berkembang, di mana akses terhadap produk keuangan tradisional masih terbatas.
Di sisi lain, konsumen di negara maju memanfaatkan BNPL untuk pengeluaran diskresioner serta perencanaan anggaran yang lebih terkontrol.
Ke depan, penyedia BNPL diperkirakan akan semakin mengadopsi strategi berbasis lokal untuk menjawab kebutuhan unik di tiap kawasan. Konsolidasi akan terjadi di pasar yang telah matang, sedangkan di wilayah berkembang, pertumbuhan akan didorong oleh kemitraan dengan operator seluler dan platform teknologi finansial.
Dengan ekspektasi konsumen yang terus berkembang dan penetrasi digital yang semakin luas, BNPL diprediksi akan mengukuhkan posisinya sebagai metode pembayaran utama dalam lanskap keuangan global selama dekade mendatang.