Sri Mulyani menjelaskan, inflasi yang rendah sangat penting untuk mendukung daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelompok menengah bawah.

Dari segi pengeluaran, kelompok yang paling banyak menyumbang deflasi bulanan adalah makanan, minuman, dan tembakau.

Pemerintah akan mempertahankan target inflasi di angka 2,5 persen plus minus 1 persen.

Kenaikan inflasi pada sektor transportasi turut memperburuk daya beli masyarakat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komponen inti mengalami inflasi 0,16 persen dengan andil 0,10 persen.

Anindya meyakini bahwa pemerintah bisa menghadapi kondisi ekonomi saat ini yang mengalami deflasi.

Saat ini pemerintah berpandangan yang paling penting adalah pertumbuhan inflasi intinya.

Laju inflasi masih terjaga, hanya saja tren deflasi akan mengganggu daya beli masyarakat.

BPS menyatakan, deflasi September 2024 sebesar 0,12% month-to-month. Kondisi ini menyebabkan pasar-pasar menjadi sepi.

Deflasi pada periode 1999 terjadi selama tujuh bulan berturut-turut. Dalam catatannya, deflasi terjadi pada Maret hingga September.

Jumlah kelas menengah ini turun menjadi kelompok menuju ke kelas menengah

BPS mencatat Indonesia mengalami deflasi sejak bulan Mei-Agustus 2024. Tak hanya itu angka kelas menengah juga anjlok karena meningkatknya penduduk kelas bawah.

Deflasi berturut-turut terjadi sejak Mei hingga Agustus 2024. Per Agustus 2024, BPS mencatat deflasi 0,03 persen.

Deflasi rutin terjadi di Indonesia selama 5 tahun terakhir pada setiap bulan Agustus.

Dalam catatan BPS, pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia Indonesia mengalami pernah deflasi selama 7 bulan berturut-turut.

Tingkat inflasi tercatat sebesar 2,12 persen (yoy). Sedangkan, secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi 0,87 persen (yoy).

Kategori makanan, minuman dan tembakau, jadi kelompok menjadi penyumbang deflasi 4 bulan berturut-turut.

Deflasi periode ini lebih dalam ketimbang Mei dan Juni 2024.