Mencicipi Putu Piring, Makanan Khas Melayu Riau yang Terbuat dari Tepung Beras dan Rempah-Rempah
Makanan tradisional khas Kepulauan Riau ini selalu diburu penggemarnya sebagai sajian berbuka puasa.
Makanan tradisional khas Kepulauan Riau ini selalu diburu penggemarnya sebagai sajian berbuka puasa.
Mencicipi Putu Piring, Makanan Khas Melayu Riau yang Terbuat dari Tepung Beras dan Rempah-Rempah
Bulan Ramadan menjadi momen spesial bagi masyarakat Muslim, karena mereka bisa berburu makanan untuk berbuka puasa atau biasa disebut takjil. Di Kepulauan Riau, terdapat salah satu olahan kue yang unik dan lezat bernama kue putu piring.
Putu Piring ini memiliki ciri khas yakni berwarna kuning dan berbentuk segitiga. Secara kasat mata, kue ini mirip seperti dorayaki sehingga ada tercetus istilah 'Dorayaki Melayu'.
(Foto: Liputan6.com)
-
Kue pukis khas dari mana? Kue pukis merupakan salah satu jajanan atau camilan yang khas dari tanah air, khususnya Banyumas, Jawa Tengah.
-
Makanan khas apa yang berasal dari Bukittinggi? Karupuak Sanjai, merupakan salah satu kudapan yang terbuat dari keripik singkong yang cukup populer. Bukan sekedar makanan ringan saja, camilan ini ternyata menyimpan sejarah yang cukup panjang.
-
Apa kuliner khas Sumatera Utara yang populer saat Ramadan? Bubur pedas jadi salah satu sajian kuliner yang kerap diburu masyarakat Sumatra Utara ketika Ramadan saat buka puasa.
-
Kue apa yang jadi menu takjil favorit di Minangkabau? Kue Bongko yang memiliki cita rasa manis ini telah menjadi menu takjil favorit masyarakat Minangkabau.
-
Apa makanan khas Palembang untuk berbuka? Kota Palembang bukan hanya soal pempek, namun beberapa jenis kudapannya juga tak kalah lezat dan selalu diburu umat muslim sebagai menu berbuka puasa.
-
Apa nama makanan khas Garut untuk berbuka puasa? Di Garut, Jawa Barat, terdapat satu menu takjil yang unik dan banyak diburu masyarakat sebagai makanan pendamping untuk berbuka puasa.Makanan tersebut bernama awug beras yang bentuknya mirip seperti nasi tumpeng.
Kue putu piring ini tak hanya populer di Kepulauan Riau saja, melainkan juga tersebar dan banyak dicari di Pontianak, Malaysia, dan Singapura. Perbedaannya hanya terletak di warna Putu Piring yang kebanyakan berwarna putih.
Lantas, seperti apa kelezatan dari putu piring khas Melayu Riau? Simak ulasan informasinya yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Perpaduan Beras Ketan dan Rempah
Mengutip Liputan6.com, bahan dasar dari putu piring adalah tepung beras ketan atau pulut yang berwarna kuning dan dominan dengan aroma rempah.
Selain beras ketan, putu piring juga mengandung rempah-rempah khusus, seperti halba, bunga lawang, dan halia. Yang menjadi pembeda dengan kue putu lain di Indonesia adalah penggunaan rempah tersebut.
Warna kuning yang menjadi ciri khas putu piring ini berasal dari kunyit yang digiling bersama dengan beras hingga menjadi tepung. Untuk proses ini bisa memakan waktu kurang lebih satu hari.
(Foto: Pixabay)
Cara Membuat
Proses pembuatan putu piring ini relatif mudah dan seluruh bahannya bisa ditemukan di pasar tradisional. Setelah menjadi adonan, kukus dengan penyaring kain putih dan menggunakan piring kecil dari aluminium berbentuk kerucut.
Makanan ini dapat dijumpai di pasar tradisional dan jika dalam momen Ramadan, putu piring sudah menjadi incaran masyarakat sebagai makanan pendamping bersama teh hangat.
Apabila di hari biasa, putu piring kerap menjadi menu sarapan warga setempat. Tak perlu khawatir, pedagangnya pun terkadang menjual kue ini dari pagi sampai menjelang malam hari.
Mengandung Makna
Warna kuning pada putu piring bukan hanya mempercantik sajiannya saja, melainkan juga terdapat makna yang cukup mendalam. Arti warna kuning itu adalah simbol kebesaran Melayu.
Kemudian, bentuknya yang mengerucut seperti segitiga itu diartikan sebagai simbol segala sesuatu soal kehidupan harus fokus ke satu titik. Selain itu, penggunaan rempah-rempah untuk obat. Tak heran jika setiap sajian makanan Melayu selalu ada rempah.