Spastisitas Tangan Pascastroke dan Penanganannya
Stroke bisa menyerang siapa saja. Bukan hanya orang tua saja, pasien usia muda dan produktif juga rentan terhadap serangan stroke. Setelah serangan stroke, pemulihan harus dioptimalkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalisasi cacat fungsi.
Spastisitas (spastik : kaku, mengejang – KBBI daring) adalah gejala sisa pascastroke yang dapat dialami sebagian penyintas stroke. Bagaimana cara mengatasinya? dr. Margareta Arianni, Sp.OT (K) Hand Surgery, konsultan bedah tangan dari RS EMC Alam Sutera memberikan penjelasannya.
Apa Penyebab Stroke?
Stroke terjadi saat jaringan otak mengalami kekurangan oksigen, karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Gejala stroke akut yang klasik sudah kita kenal, seperti bicara pelo, sulit mengeluarkan kata-kata, mata atau mulut tidak simetris (turun sebelah), dan kelemahan pada tangan kaki yang biasanya 1 sisi. Gejala-gejala tersebut timbul saat serangan stroke, sedangkan spastisitas baru timbul beberapa bulan setelah serangan stroke.
Bagaimana Kondisi Spastisitas Bisa Terjadi
Akibat kerusakan area-area otak tertentu pascastroke, terjadi ketidakseimbangan sinyal-sinyal otak yang diteruskan ke otot. Sinyal yang merangsang kontraksi otot melebihi sinyal yang menghambat kontraksi, sehingga terjadi spastisitas otot.
Otot yang spastik kontraksi berlebihan, dan di kemudian hari menjadi kaku, tegang, sulit meregang, dan tidak fleksibel.
Contohnya, spastisitas pada otot biseps membuat siku cenderung menekuk (fleksi), sehingga pasien sulit meluruskan (ekstensi) siku untuk mengambil barang atau bersalaman.
Spastisitas pada otot-otot bahu menyebabkan pasien sulit mengangkat tangan dan membuka ketiaknya, sehingga ia sulit mengenakan pakaian, keramas dan aktivitas-aktivitas lain yang memerlukan gerakan bahu. Otot yang spastik sering terasa nyeri dan pegal. Emosi, stress, konstipasi, suara keras, konstipasi, rasa nyeri adalah faktor-faktor yang dapat memperberat spastisitas.
berita untuk kamu.
Apakah Semua Pasien Stroke Mengalami Spastisitas?
Menurut American Stroke Association, sekitar 25-43% penyintas stroke mengalami spastisitas di tahun pertama pascastroke. Spastisitas cenderung terjadi pada penderita stroke usia muda yang disebabkan oleh perdarahan.
Bagaimana Penanganan Spastisitas yang Tepat?
Ada beberapa tahap cara penanganan spastisitas yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi masing-masing pasien, antara lain:
1. Rehabilitasi (fisioterapi, terapi bicara, terapi okupasi, pemasangan orthosis atau bidai)
Rehabilitasi adalah tatalaksana pertama dan utama untuk penyintas stroke. Rehabilitasi yang baik dan rutin tentunya akan meningkatkan (atau bahkan memulihkan) fungsi tangan yang terdampak oleh serangan stroke. Fisioterapi juga dapat meregangkan otot yang kaku, mencegah kekakuan sendi dan menguatkan otot yang lemah.
2. Suntikan Toksin Botulinum
Toksin botulinum pada dasarnya adalah pelumpuh otot yang dapat melemaskan otot yang spastik. Suntikan toksin botulinum cukup efektif, namun harus diulang dalam 4-6 bulan karena efektivitasnya akan berkurang setelah beberapa bulan.
3. Operasi
Operasi untuk tangan yang spastik bertujuan untuk mengurangi spastisitas, meregangkan sendi yang sudah kontraktur, dan koreksi deformitas sendi akibat spastisitas jangka panjang. Operasi diindikasikan untuk pasien dengan spastisitas berat, kekakuan sendi, deformitas sendi, yang tidak responsif terhadap fisioterapi. Dengan operasi, diharapkan spastisitas berkurang, sehingga otot lebih mudah meregang dan sendi yang berkaitan lebih mudah digerakkan.
Contohnya, spastisitas otot-otot jari tangan menyebabkan tangan selalu mengepal, sehingga telapak tangan selalu berkeringat, bau dan terinfeksi jamur atau bakteri. Dengan dilakukan pemanjangan muscle-tendon junction, jari-jari bisa lebih terbuka sehingga pasien bisa lebih mudah membersihkan tangan dan menggenggam benda-benda seperti gelas.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang tatalaksana spastisitas pascastroke, silakan berkonsultasi dengan dr. Margareta Arianni, Sp.OT (K) Hand Surgery, Spesialis Ortopedi & Traumatologi, Konsultan Bedah Tangan RS EMC Alam Sutera.
- Wuri Anggarini
Kondisi ini menyebabkan sensasi tidak nyaman atau hilangnya perasaan pada tangan.
Baca SelengkapnyaStroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah.
Baca SelengkapnyaBadan pegal dan sakit yang muncul ini menandakan sejumlah kondisi yang sedang dialami tubuh.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banyak orang memanfaatkan momen puasa untuk menurunkan berat badan, namun sejumlah kondisi justru bisa membuat berat badan bertambah saat puasa.
Baca SelengkapnyaSembelit adalah kondisi yang rentan terjadi saat puasa.
Baca SelengkapnyaRasa panas di tangan usai memegang cabai adalah hal yang umum terjadi. Tak perlu panik, hilangkan dengan cara ini.
Baca SelengkapnyaJika Anda sedang mengalami kondisi ini, penting untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi batuk saat puasa dengan baik dan efektif.
Baca SelengkapnyaStroke pada anak adalah kejadian yang relatif jarang terjadi, tetapi dapat memiliki dampak serius pada kesehatan dan perkembangan anak.
Baca SelengkapnyaSakit kepala saat bangun tidur bisa membuat kita merasa tidak nyaman dan sulit untuk memulai aktivitas sehari-hari.
Baca Selengkapnya