Pukulan Berat Polri Kasus Polisi Hamili-Paksa Aborsi Pramugari, Telak Disentil DPR Nasib Para Calon Jenderal
Berikut momen anggota DPR RI sentil nasib pada calon Jenderal sejalan dengan kasus polisi hamili-paksa aborsi pramugari.

Komisi III DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Kepala Kepolisian Daerah Aceh, Gubernur Akademi Kepolisian dan Vanesa Fadillah A (korban), pada Kamis (6/2).
Agenda rapat ini membahas soal kasus pelanggaran yang dilakukan oleh Ipda YF. Perwira pertama polisi di Polda Aceh ini memaksa pacarnya aborsi dan melakukan kekerasan seksual, berujung damai. Lulusan Akademi Polisi (Akpol) inisial YF dan pacarnya VF itu berdamai di salah satu kafe di Bali.
Mengetahui hal itu, anggota DPR RI langsung menyentil nasib para calon jenderal masa depan. Ia juga mengingatkan bahwa ini merupakan kasus yang menjadi pukulan berat bagi Polri.
Lantas bagaimana momen anggota DPR RI menyentil nasib pada calon jenderal sejalan dengan kasus polisi hamili-paksa aborsi pramugari tersebut? Melansir dari akun YouTube Komisi III DPR RI Channel, Jumat (7/2), simak ulasan informasinya berikut ini.
Sentil Nasib Para Calon Jenderal

Anggota Komisi III Fraksi Golkar, Benny Utama menyoroti, proses rekrutmen Akademi Kepolisian. Tak hanya itu, Benny juga menyoroti sikap para perwira polisi yang nantinya akan menjadi jenderal di institusi penegak hukum tersebut.
Hal ini disampaikan dalam rapat bersama Kapolda Aceh dan Gubernur Akpol di Gedung DPR, Kamis (6/2) terkait kasus Ipda YF yang menghamili kekasihnya dan menyuruhnya aborsi.
"Pak Gubernur Akpol, kita tidak habis pikir ini sebenarnya kalau kita lihat kasus ini terjadinya waktu masih dalam pendidikan, tingkat III kalau tidak salah," ujar Benny Utama.
"Pertama saya yang ingin bertanya barang kali juga perlu dijawab, ini proses rekrutmen untuk Akpol kita ini. Terutama mengenai mental attitude dari calon-calon jenderal kita ini," lanjutnya.
"Kalau sudah di Akpol ini kan harapannya ke depan adalah calon-calon jenderal. Masalah mental attitude ini ke depan perlu mendapat perhatian khusus bagi kita," tegasnya lagi.
Usut Rekam Jejak Pelaku
Ia juga menyinggung soal anggota DPR lainnya yang mempertanyakan rekam jejak Ipda YF selama masih berstatus Taruna. Menurutnya, perlu untuk melihat rekam jejak khususnya Ipda YF.
"Yang nanti tentu akan memperkuat proses lebih lanjut. Bisa saja dia pengulangan, barang kali ada kasus-kasus lain sebelum ini waktu dia masih Taruna," ujarnya.
"Jadi ini untuk Gubernur Akpol barang kali penajaman mengenai moral tadi ini untuk calon-calon Taruna, mental attitude ini, perlu menjadi perhatian kita ke depan," lanjutnya.
Sebut Kasus ini Jadi Pukulan Berat Polri

Lebih lanjut, Benny merasa ada keanehan pada proses penyelidikan kasus tersebut. Dikatakan bahwa ada mediasi yang diikuti Propam sampai ke Bali. PadahalA menurutnya, kasus ini sudah tergolong pidana murni dan seharusnya dilakukan tindakan hukum.
"Ini memang aneh. Kalau kita lihat kasusnya ini kan pidana murni sebenarnya. Aborsi ini pidana murni," tekan Benny Utama.
Benny juga menyetujui tindakan dari Polda Aceh yang telah menyampaikan permohonan maaf atas kasus tersebut kepada publik pada 30 Januari lalu. Polda Aceh juga berjanji untuk menindaklanjuti dengan serius.
"Nah ini sudah benar, karena ini sudah mencoreng institusi. Polri ini menjadi kebanggaan Pak Kapolda, kebanggaan kita semua, kebanggaan masyarakat. Dengan kewenangan yang begitu besar, dengan anggaran juga begitu besar, tentu saja ini pertaruhan bagi institusi kita," sambungnya.