Ilmuwan Ngebet Bangun Teleskop Super Besar di Bulan, Tapi Ini Masalahnya
Sebuah gagasan untuk menempatkan teleskop super besar di Bulan kembali menyeruak. Konsep ini pada dasarnya adalah wacana yang sudah lama namun belum terlaksana.
Banyak kendala yang dihadapi salah satunya adalah mengatasi lingkungan permukaan bulan yang sulit. Namun beberapa ilmuwan mengklaim hal itu bisa diatasi.
Namun pertanyaannya yang muncul adalah apa yang bisa didapatkan ketika menempatkan teleskop di Bulan? Dan bagaimana tepatnya hal itu bisa dilakukan?
Tentu saja hasil yang didapatkan untuk meneliti luar angkasa dan seisinya dapat terlihat jelas.
Mengutip SlashGear, Selasa (19/9), teleskop di Bulan menjadi solusi masalah yang kerap dihadapi para peneliti ketika menggunakan teleskop di Bumi. Seperti halnya tipisnya atmosfer di Bulan menjadikan pengamatan lebih jelas.
Foto: ESO.org
Tidak seperti di Bumi. Karena tebalnya atmosfer di Bumi, dapat memantulkan, menghamburkan, bahkan menyerap foton yang datang dari spektrum elektromagnetik yang luas. Imbasnya adalah pada hasil jenis pengamatan menjadi mustahil dilakukan.
Tidak hanya itu, mekanika orbital dan dinamika gravitasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan menghasilkan beberapa kondisi.
Sehari di Bulan saja adalah waktu sebulan di Bumi. Artinya, malam hari di titik mana pun di Bulan berlangsung selama beberapa minggu.
Foto: NASA
Selain itu, teleskop juga dapat terlindung dari gangguan radio yang terus-menerus dipancarkan oleh teknologi manusia. Perlu juga dicatat bahwa gravitasi bulan yang lebih rendah memungkinkan adanya struktur stabil.
berita untuk kamu.
Sementara di Bumi, puncak gunung merupakan tempat yang bagus untuk membuat teleskop dari sudut pandang teknis, tetapi hal ini dapat menyebabkan masalah budaya yang tidak mungkin terjadi. Sayangnya masalah budaya seperti apa tak disebutkan secara detail.
Foto: Unsplash/Benjamin Voros
Walaupun punya kans untuk melihat seisi luar angkasa bisa lebih jelas, untuk bisa membangun teleskop super besar di Bulan tak mudah.
Pertama adalah tempat itu tertutup debu. Debu bulan lebih buruk. Jauh lebih buruk. Bahan butiran halus ini memiliki konsistensi yang mendekati pecahan kaca bubuk.
Ia juga bermuatan elektromagnetik dari pemboman radiasi matahari tanpa pelindung.
Kombinasi ukurannya yang kecil, bentuk bergerigi, dan muatan listrik menyebabkan debu bulan menempel pada segala sesuatu, mengganggu peralatan, dan menyebabkan kerusakan abrasif.
Bulan juga mengalami rentang suhu sekitar -200°F hingga 250°F.
Kurangnya atmosfer menciptakan perbedaan suhu yang ekstrim antara sinar matahari langsung dan bayangan.
Foto: NASA/Unsplash
Banyak bahan yang tidak tahan terhadap perbedaan semacam ini dan membeku, meleleh, retak, atau hancur. Belum lagi semua bahan-bahan infrastrukturnya harus diangkut dari Bumi dan pada akhirnya, upaya ini masih memerlukan biaya yang mahal.
- Fauzan Jamaludin
Harus diakui ilmuwan saat itu gajinya kecil. Maka itu ia harus berpikir mencari penghasilan lain.
Baca Selengkapnya"Tangan hantu" ini adalah istilah astronomi yang ditangkap dengan menggunakan teleskop.
Baca SelengkapnyaSelama ini ilmuwan astronomi masih bingung dan bertanya-tanya tentang konsep energi gelap. Energi yang misterius mengelilingi alam semesta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berikut adalah hasil bidikan teleskop canggih milik China yang merekam galaksi Andromeda.
Baca SelengkapnyaSupernova Kepler adalah supernova tipe Ia yang muncul di langit malam pada tahun 1604, dan tampak lebih terang dari bintang dan planet lainnya pada puncaknya.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar teknologi yang bikin heboh karena ketakutan umat manusia.
Baca SelengkapnyaDemi keamanan dari plagiarisme, Galielo mengirim pesan teks acara kepada ilmuwan yang ia percaya.
Baca SelengkapnyaTemuan Mengejutkan, Ilmuwan Ungkap Ada Bongkahan Planet Alien di Dalam Bumi
Baca SelengkapnyaSelama sembilan misi Apollo, sebanyak 24 astronot telah mencapai Bulan. Kesuksesan ini ingin diulang.
Baca Selengkapnya