Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi
Tradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Tradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Ribuan warga lereng Gunung Merapi mengikuti ritual Sedekah Merapi dengan melabuhkan kepala kerbau untuk menyambut malam 1 Suro (kalender Jawa) atau 1 Muharram 1445 Hijriyah di Joglo Merapi 1, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng.
Kegiatan yang diadakan setiap tahun itu bertujuan untuk memohon perlindungan dari segala penyakit dan bencana yang timbul dari dampak Merapi, serta bentuk rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang menyejahterakan masyarakat sekitar.
Prosesi upacara tradisional Sedekah Merapi diawali dengan menyediakan satu kepala kerbau yang dibalut kain mori, serta sesajen tumpeng gunung dari nasi jagung yang dibuat menyerupai gunung atau gunungan yang diarak keliling kampung oleh puluhan warga menuju Joglo Merapi 1.
Setelah itu mereka memanjatkan doa bersama-sama agar warga kawasan Merapi diberi perlindungan dari bencana maupun wabah penyakit serta hasil pertanian yang melimpah. Setelah doa bersama selesai, kepala kerbau dan sesaji dibawa oleh sejumlah warga diiringi barisan pembawa penerangan obor menuju puncak Merapi.
Selanjutnya, kepala kerbau tersebut dilabuhkan di Puncak Merapi, tepatnya di lokasi Pasar Bubrah atau empat kilometer dari Joglo Merapi. Namun karena status Gunung Merapi masih siaga maka ritual itu dilaksanakan hanya dua kilometer dari Joglo Merapi.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Boyolali, Budi Prasetyaningsih, mengatakan bahwa upacara Sedekah Merapi perlu dilakukan sebagai bentuk nguri-uri budaya serta menarik wisatawan untuk hadir di daerah itu.
Sementara itu Bupati Boyolali M. Said Hidayat mengatakan bahwa kegiatan itu dilakukan dalam rangka pengajaran nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan lokal untuk terus dilestarikan. Warga Merapi dengan kearifan lokal diajarkan bagaimana harus selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, dan alam.
Tradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar.
Baca SelengkapnyaWalau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam
Baca SelengkapnyaTradisi Solu Bolon menjadi salah satu budaya unik milik masyarakat Danau Toba yang sampai saat ini masih dilestarikan.
Baca SelengkapnyaTarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.
Baca SelengkapnyaPanitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaSalah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat.
Baca SelengkapnyaSaking serunya, tradisi Ngubyag sampai diikuti oleh warga luar kota.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela
Baca SelengkapnyaTradisi nadran yang dilakukan masyarakat pesisir Indramayu menyimpan makna khusus.
Baca Selengkapnya