Melihat Keseharian Para Lansia di Kampung Terpencil Tengah Hutan Banyumas, Hidup Serba Sulit
Sebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?

Di Desa Watuagung, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, ada sebuah kampung terpencil. Kampung itu lokasinya benar-benar berada di tengah hutan. Akses jalan menuju kampung itu hanya berupa jalan setapak berukuran sempit yang kira-kira hanya bisa dilewati satu motor. Jalan setapak itu seutuhnya berupa jalan tanah dan menanjak cukup terjal.
Melalui sebuah video yang diunggah pada Rabu (28/8), pemilik kanal YouTube BG Channel berkesempatan untuk mengunjungi kampung terpencil itu. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, akhirnya BG Channel sampai di kampung terpencil itu. Seperti apa kondisinya?
Suasana Kampung Terpencil Tengah Hutan

Saat pertama kali menginjakkan kaki di kampung terpencil itu, suasana sangat sepi. Kampung itu seperti tak berpenghuni. Di halaman salah satu rumah warga ada kandang kambing beserta kambingnya. Walaupun berada di tengah hutan, rumah-rumah di kampung itu merupakan bangunan permanen.
Setelah cukup lama berkeliling kampung, akhirnya pemilik kanal YouTube BG Channel bertemu dengan seorang ibu-ibu yang sedang turun dari tangga portabel yang terbuat dari bambu.
“Di sini cuma ada empat rumah,” kata ibu itu.
Kehidupan Sehari-Hari Warga

Untuk bertahan hidup, warga di kampung terpencil itu berprofesi sebagai petani. Saat itu BG Channel sudah bertemu empat orang warga penghuni dari kampung terpencil itu. Kebanyakan dari mereka sudah berusia lanjut. Salah satu warga menunjukkan hasil tani dari kampung itu, yaitu pisang jaran.
Dalam kesempatan itu, BG Channel sempat masuk ke dapur pada salah satu rumah warga. Tampak salah satu warga kampung terpencil itu, Bu Sakiyem (60), sedang menumbuk biji kopi yang terbuat dari batu. Kemudian BG Chanel menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang dengan Ibu Sukini yang juga merupakan warga di kampung terpencil itu.
“Kalau di sini mau ke mana-mana jauh mas. Apalagi kalau ke pasar, lebih jauh lagi,” kata Ibu Sukini.
Warisan Turun-Temurun

Ibu Sukini bercerita, orang yang tidak pernah pergi ke kampung itu biasanya akan takut duluan melihat medan jalan tanah yang curam. Bahkan para pedagang tak ada yang berani masuk ke kampung itu.
“Kalau ada orang di sini yang sakit, dia biasanya langsung jalan digendong. Akses kendaraan ke kampung ini sulit. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah bisa dilewati motor,” kata Ibu Sukini.
Rumah yang ia tempati sudah diwariskan secara turun-temurun. Mereka pun harus tinggal di sana sesulit apapun kondisinya demi menjaga warisan orang tua mereka.