'Aku akan Berjuang dan Mati', Warga Iran Serukan Serangan Balasan yang Setimpal ke Israel
Sejumlah warga Iran menyerukan pembalasan atas serangan Israel kemarin.

Sejumlah warga Iran kemarin menyerukan serangan balasan atas gelombang serangan udara Israel. Sebagian warga turun ke jalan dalam protes sporadis.
Serangan udara Israel kemarin menewaskan beberapa petinggi militer, menargetkan sejumlah ilmuwan terkemuka, dan menghantam situs militer serta nuklir di seluruh Iran dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Sampai kapan kita harus hidup dalam ketakutan?" tanya Ahmad Moadi, seorang pensiunan berusia 62 tahun, menggemakan narasi rezim.
"Sebagai orang Iran, saya percaya harus ada balasan yang luar biasa, balasan yang keras," kata dia, seperti dilansir AFP, Jumat (14/6).
Demo di kota-kota

Setidaknya enam ilmuwan yang terlibat dalam program nuklir Iran tewas dalam serangan Israel kemarin.
"Mereka telah membunuh begitu banyak profesor universitas dan peneliti, dan sekarang mereka ingin bernegosiasi?" seru Moadi, merujuk pada seruan agar Iran melanjutkan pembicaraan nuklir dengan sekutu Israel, AS, yang direncanakan akhir pekan ini.
Sejumlah warga berkumpul di jalan-jalan Teheran sambil meneriakkan: "Mampuslah Israel, Mampuslah Amerika," sambil mengibarkan bendera Iran dan potret pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Stasiun televisi negara melaporkan bahwa demonstrasi serupa diadakan di kota-kota di seluruh negeri.

Berakhir seperti Gaza
Serangan Israel ini mengikuti ancaman berulang dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang tampaknya akhirnya memenuhi ancaman bertahun-tahun untuk menyerang program nuklir Iran yang dianggap berbahaya.
Iran, yang secara terbuka bertekad untuk menghancurkan Israel, secara konsisten membantah berupaya memperoleh senjata nuklir.
"Kita tidak bisa membiarkan bajingan ini terus berlanjut, atau kita akan berakhir seperti Gaza," kata Abbas Ahmadi, warga Teheran berusia 52 tahun, kepada AFP dari balik kemudi mobilnya.
"Iran harus menghancurkannya, harus melakukan sesuatu."

Serangan pada hari Jumat kemarin terjadi setelah lebih dari setahun ketegangan yang melonjak saat Israel menghadapi proksi Iran—Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.
Di tengah ketegangan, Israel dan Iran saling bertukar serangan udara pada dua kesempatan terpisah tahun lalu, sambil menghindari perang skala penuh.
Namun, setelah serangan pada hari Jumat, semua spekulasi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya menjadi tidak pasti.
Nour News Iran melaporkan bahwa 78 orang tewas dan 329 terluka dalam serangan di wilayah permukiman di Teheran.
Keluarga-keluarga dengan wajah penuh air mata berkumpul di dekatnya.
"Mereka ingin menghilangkan kemampuan nuklir kami—itu tidak dapat diterima," kata Ahmad Razaghi, 56 tahun.
Bagi Farnoush Rezaei, seorang perawat berusia 45 tahun yang mengenakan jilbab berwarna-warni, serangan pada hari Jumat ini mewakili tindakan terakhir Israel—negara yang "sedang sekarat."
Para pemimpin Iran selama beberapa dekade bersikeras bahwa Israel akan "segera" lenyap.
"Jika Tuhan menghendaki, setidaknya sedikit kedamaian akan datang dari ini," kata Rezaei.
Ali, yang ayahnya terbunuh selama perang Iran-Irak yang berlangsung selama delapan tahun, mengatakan ia siap mengorbankan nyawanya demi Republik Islam.
"Saya adalah anggota (milisi relawan) Basij. Saya akan berjuang dan mati demi hak kami atas program nuklir. Israel dan sekutunya Amerika tidak dapat merampasnya dari kami dengan serangan-serangan ini," katanya dari kota suci Qom melalui telepon.