5 Cara Ampuh Hentikan Kebiasaan Belanja Impulsif
Tidak jarang seseorang pernah merasakan bahwa gaji hanya sekadar "numpang lewat".

Tidak jarang seseorang pernah merasakan bahwa gaji hanya sekadar "numpang lewat". Perasaan ini bisa jadi karena kebiasaan belanja yang impulsife sehingga, pendapatan setiap bulan yang sedianya cukup, terasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut pemilik situs web keuangan pribadi, Andrew Schrage pembelian impulsif yang tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai konsekuensi finansial yang berbahaya.
Jika terus mengabaikan pentingnya mengelola anggaran dan selalu tergoda oleh penawaran menarik, seseorang bisa berisiko masuk ke dalam jerat utang kartu kredit, atau bahkan gagal menabung untuk kebutuhan penting seperti dana darurat dan tabungan pensiun.
Jika merasa sering terjebak dalam kebiasaan ini, saatnya bertanya pada diri sendiri, bagaimana cara menghentikan pembelian impulsif ini? seorang pakar keuangan pribadi Clare Dubé menegaskan pembelian impulsif bukanlah tanda kurangnya kecerdasan, tetapi lebih kepada pola tindakan yang diambil seseorang.
Berikut ini adalah lima langkah praktis untuk mengendalikan pengeluaran impulsif:
Pahami Akar Masalah: Mengapa Sering Berbelanja Secara Impulsif?
Sebelum menemukan solusi, perlu diketahui terlebih dahulu alasan di balik kebiasaan belanja impulsif. Menurut Dubé, setiap pembelian sebenarnya memenuhi suatu kebutuhan, dan sering kali kebutuhan itu bersifat emosional.
Jika ingin membeli suatu barang karena merasa stress atau ingin mengubah suasana hati, sebaiknya pertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar memberikan kebahagiaan jangka panjang atau hanya sekadar kepuasan sesaat.
Cara terbaik untuk menghindari godaan ini adalah dengan mengarahkan uang ke hal-hal yang benar-benar memiliki nilai. Dubé menyarankan untuk mencatat tiga nilai utama dalam hidup dan menggunakan nilai-nilai tersebut sebagai panduan setiap kali ingin berbelanja.
Misalnya, jika sangat peduli dengan bisnis lokal, Anda akan berpikir dua kali sebelum membeli pakaian yang diproduksi secara massal hanya karena harganya lebih murah.
Masukkan Pengeluaran Hiburan ke Dalam Anggaran
Mengontrol pembelian impulsif bukan berarti harus sepenuhnya menghilangkan kesenangan dari hidup. Justru, memberi diri sedikit ruang untuk pengeluaran diskresioner bisa menjadi kunci keberhasilan.
Menurut Schrage, anggaran yang terlalu ketat justru bisa membuat seseorang merasa terkekang dan akhirnya malah gagal mematuhinya. Sebagai solusinya, tentukan jumlah tertentu setiap bulan yang bisa digunakan untuk membeli barang atau pengalaman yang diinginkan.
Misalnya, jika mengalokasikan Rp1 juta untuk pengeluaran hiburan, maka akan lebih sadar akan batasan dan tidak mudah tergoda untuk berbelanja di luar anggaran. Dengan begitu, bisa secara tetap bisa menikmati hidup tanpa merasa bersalah atau mengorbankan stabilitas finansial.
Perhatikan Metode Pembayaran
Pembayaran secara non tunai sering kali menjadi musuh dalam selimut ketika berbicara tentang pembelian impulsif. Menggesek kartu atau men-scan barcode terasa lebih ringan dibandingkan membayar dengan uang tunai, tetapi saldo yang menipis di akhir bulan bisa menjadi mimpi buruk.
Coba periksa laporan uang keluar beberapa bulan terakhir. Apakah sering menggunakan pembayaran non tunai untuk pembelian yang sebenarnya tidak perlu? Jika ya, pertimbangkan untuk beralih ke metode pembayaran yang lebih terkontrol.
Dengan metode ini, Anda menarik uang tunai sesuai anggaran setiap bulan dan membaginya ke dalam "amplop" dengan kategori tertentu, misalnya hiburan yang mencakup makan di luar, atau belanja pribadi. Ketika uang di amplop habis, Anda tidak bisa mengeluarkan lebih banyak lagi, sehingga kebiasaan belanja impulsif pun bisa lebih terkendali.
Tetapkan Aturan Sebelum Berbelanja
Banyak orang terjebak dalam pembelian impulsif karena tidak memiliki aturan yang jelas sebelum berbelanja. Schrage menyarankan untuk menerapkan aturan 24 jam, sebelum membeli sesuatu yang tidak direncanakan, tunggu selama 24 jam dan lihat apakah masih benar-benar menginginkannya.
Jika setelah sehari penuh masih memikirkan barang tersebut dan yakin bahwa itu sejalan dengan nilai dan anggaran, maka pembelian itu bisa dipertimbangkan. Namun, jika barang itu terlupakan begitu saja, berarti memang tidak membutuhkannya.
Selain itu, hindari kebiasaan window shopping tanpa tujuan jelas, baik secara langsung maupun online. Jika memang perlu membeli sesuatu, buat daftar belanja sebelum pergi dan patuhi daftar tersebut agar tidak tergoda oleh promosi yang menggiurkan.
Jangan Terlalu Keras pada Diri Sendiri
Apa yang terjadi jika sudah berusaha mengontrol pengeluaran, tetapi tetap tergoda membeli sesuatu yang tidak direncanakan? Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri.
Dubé menekankan perasaan bersalah tidak akan membantu memperbaiki kesalahan. Sebaliknya, cobalah untuk melihat apakah ada cara untuk memperbaiki situasi. Jika barang yang dibeli masih memiliki tag dan belum digunakan, pertimbangkan untuk mengembalikannya. Jika tidak bisa dikembalikan, jadikan pengalaman ini sebagai pelajaran untuk lebih berhati-hati di masa depan.
Yang terpenting, jangan biarkan satu kesalahan kecil membuat kehilangan kendali sepenuhnya. Kembali ke langkah-langkah di atas dan terus perbaiki kebiasaan belanja agar keuangan tetap sehat.