Ubah Impulsive Buying Jadi Kelola Aset yang Lebih Efektif dengan Obligasi dan Reksa Dana BRI
Dibandingkan dengan logika, perilaku impulsive buying ini cenderung didorong oleh faktor emosi dan perasaan semata.
impulsive buying![Ubah Impulsive Buying Jadi Kelola Aset yang Lebih Efektif dengan Obligasi dan Reksa Dana BRI](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2024/2/5/1707125310145-wyfw3h.jpeg)
![Ubah Impulsive Buying Jadi Kelola Aset yang Lebih Efektif dengan Obligasi dan Reksa Dana BRI<br>](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/5/1707125219777-20y51.jpeg)
Ubah Impulsive Buying Jadi Kelola Aset yang Lebih Efektif dengan Obligasi dan Reksa Dana BRI
Pernah dengar istilah impulsive buying? Impulsive buying adalah sebuah perilaku dimana seseorang cenderung membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan dan tanpa berpikir dua kali. Berbeda dari perilaku konsumtif yang berarti kecenderungan mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Pada umumnya, perilaku ini dipengaruhi oleh adanya tren atau maraknya diskon barang sehingga seseorang terdorong untuk melakukan pembelian tanpa mempertimbangkan apakah ia membutuhkannya atau tidak.
-
Apa itu impulsive buying? Secara umum, impulsive buying adalah perilaku membeli barang tanpa direncanakan dan tanpa memikirkan fungsi dan konsekuensinya.
-
Kenapa impulsive buying bisa mengancam keuangan? Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tapi ternyata bisa membuat kondisi keuangan pribadi jadi tidak sehat.
-
Bagaimana cara menghindari impulsive buying? Penting bagi Anda untuk menyusun skala prioritas sebelum melakukan pembelian barang. Anda bisa menggunakan skala perencanaan keuangan dengan alokasi 40% - 30% - 20% dan 10%.
-
Bagaimana cara menghindari impulsive buying ketika melihat barang menarik di mall? Begitu pun saat lagi jalan-jalan di mall, barang yang terlihat menarik hati juga selalu ingin dibeli.
Padahal, perilaku impulsive buying ini justru akan berdampak negatif bagi pelakunya. Perilaku ini membuat seseorang menjadi lebih boros karena membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan dan bukan atas dasar kebutuhan. Perilaku impulsive buying ini pun bisa berbahaya bagi kestabilan finansial.
Dampak Negatif Impulsive Buying
Ada banyak hal negatif yang bisa disebabkan karena perilaku impulsive buying. Selain mengancam kesehatan finansial, impulsive buying juga bisa menyebabkan beberapa hal sebagai berikut.
Tumpukkan Barang MenggunungSalah satu dampak yang akan terjadi karena perilaku impulsive buying atau belanja secara impulsif ini adalah menumpuknya barang yang tidak terpakai. Pada akhirnya, barang-barang yang dibeli pun akan terbuang percuma dan mubazir.
Hal ini lantaran barang-barang yang dibeli biasanya bukanlah barang yang memang sedang dibutuhkan, melainkan hanya karena tren semata. Barang-barang yang dibeli pun pada akhirnya hanya dipakai sekali dan tak akan digunakan lagi sehingga menumpuk.
- Ada Fenomena ‘Makan Tabungan’ di Masyarakat, Ini Penjelasan dan Faktor Penyebabnya
- Metode Jualan ‘Live Shopping’ Masih Jadi Primadona UMKM di 2024, Ini Sederet Alasannya
- Reasuransi Indonesia Utama Fokus Pengelolaan Kredit Macet
- Peta Persaingan E-Commerce dalam Tingkat Kepuasan Belanja, Riset IPSOS Ungkap Shopee Unggul
- VIDEO: Komandan Brimob Polri Datangi Marinir AL Usai Anak Buah Terlibat Bentrok di Sorong
- RUU Wantimpres Ubah Nomenklatur Jadi Dewan Pertimbangan Agung
Jika dilakukan terus menerus, perilaku impulsive buying ini juga bisa membuat kondisi keuangan menipis. Bukan tidak mungkin, pelaku impulsive buying ini akan memilih jalan pintas dengan mengambil pinjaman. Apalagi, saat ini ada berbagai layanan pinjaman yang ditawarkan dengan proses pengajuan yang sangat mudah.
Jika tidak disikapi dengan baik, kemudahan ini bisa menjadi petaka bagi mereka yang gemar belanja secara impulsif. Para pelaku impulsive buying ini bisa terjerat pinjaman yang semakin hari semakin menumpuk.
Perencanaan Keuangan? Masih Belum Terpikirkan Tuh
Dampak negatif perilaku impulsive buying lainnya adalah sulit dalam merencanakan keuangan dan menjaga kestabilan finansial. Kebiasaan belanja secara impulsif ini akan berdampak pada masalah-masalah finansial jangka pendek.
Banyaknya transaksi pembelian yang dilakukan membuat orang yang gemar belanja secara impulsif ini akan lebih boros sehingga sulit untuk merencanakan keuangan karena tidak memiliki tabungan.
Wealth Management BRI: Solusi Kelola Keuangan agar Terhindar dari Impulsive Buying
Perilaku impulsive buying tentunya harus dihentikan. Sebab, jika terus menerus dilakukan maka akan berdampak buruk pada keuangan Anda. Salah satu cara menghindari perilaku impulsive buying ini adalah dengan memahami kembali mana keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Dengan begitu, Anda bisa menyusun menyusun skala prioritas sebelum melakukan pembelian barang.
Anda bisa melakukan perencanaan keuangan dengan mengalokasikan dana Anda secara proporsional dengan rumus 40% - 30% - 20% dan 10%. Berikut rincian pengalokasiannya.- Porsi 40% dari dana Anda bisa dialokasikan untuk jenis kebutuhan rutin, akomodasi dan kebutuhan lainnya yang bersifat pokok.
- Porsi 30% dari Anda bisa digunakan untuk cicilan atau kredit dengan porsi kredit produktif lebih dari 15%.
- Porsi 20% dari dana Anda dapat digunakan untuk alokasi proteksi dan investasi.
- Porsi 10% sisanya bisa dimanfaatkan untuk dana sosial atau bantuan lainnya.
Sebagai salah satu lembaga keuangan tepercaya di Indonesia, BRI hadir dengan berbagai layanan dan produk yang memberikan kemudahan kepada nasabahnya dalam pengelolaan keuangan. Salah satunya yakni menyediakan instrumen investasi melalui Layanan Wealth Management BRI.
Melalui layanan ini, BRI menyediakan kemudahan dalam pengelolaan aset, termasuk konsultasi perencanaan keuangan dan investasi, proteksi, serta dana pensiun.
Berikut beberapa produk layanan Wealth Management BRI yang bisa Anda pertimbangkan untuk membantu Anda mengelola aset dan mencapai kebebasan finansial di masa depan.
Reksa Dana
Salah satu instrumen investasi yang tersedia pada Layanan Wealth Management BRI adalah Reksa Dana yang merupakan produk investasi yang dirancang untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi (MI), diantaranya Reksa Dana saham, Reksa Dana campuran, Reksa Dana pendapatan tetap, Reksa Dana pasar uang, Reksa Dana terproteksi, dan Reksa Dana penyertaan terbatas (RDPT). Anda dapat melakukan pembelian Reksa Dana pada UKER APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) BRI.
Obligasi Ritel
Selain Reksa Dana, nasabah juga bisa memilih instrumen investasi berupa Obligasi Ritel atau ORI. Obligasi Ritel (ORI) yang tersedia dalam layanan ini adalah Obligasi Ritel seri ORI025-T3 dan ORI025-T6 yang memang merupakan seri terbaru yang ditetapkan oleh pemerintah. Kedua jenis Obligasi Ritel ini mulai dibuka penawarannya sejak 29 Januari 2024 hingga 22 Februari 2024.
Anda dapat melakukan pembelian Obligasi Ritel melalui SBN di BRImo. Selain itu, untuk melakukan pembelian unit Reksa Dana, Anda bisa melakukannya di UKER APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) BRI.
Itulah beberapa penjelasan tentang Layanan Wealth Management BRI yang bisa Anda jadikan solusi dalam pengelolaan aset. Berbagai instrumen investasi menjanjikan dan tepercaya yang tersedia pada layanan ini diharapkan dapat membuat Anda tergerak untuk tidak berbelanja impulsif dan mengalokasikan dana Anda untuk merencanakan kemapanan finansial di masa depan.
Dengan demikian, Anda bisa mempercayakan alokasi investasi Anda kepada Layanan Wealth Management BRI. Jangan lupa manfaatkan QLola by BRI untuk memaksimalkan kelancaran bisnis Anda.