Benarkah Sepakan Ekor Dinosaurus Secepat Suara? Ilmuwan Temukan Jawabannya
Sebuah studi terbaru dari jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa ekor dinosaurus seperti Diplodocus tak mampu bergerak secepat suara.

Klaim bahwa ekor dinosaurus dapat bergerak dengan kecepatan melebihi suara akhirnya dibantah oleh penelitian ilmiah terbaru.
Dalam studi yang diterbitkan oleh jurnal Scientific Reports milik Nature Publishing Group, para ilmuwan menyimpulkan bahwa struktur anatomi dinosaurus jenis Diplodocus tidak memungkinkan ekornya bergerak secepat 1.200 kilometer per jam seperti yang sempat diyakini sebelumnya.
Studi ini dilakukan oleh tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Simone Conti, Diego Pol, dan Octávio Mateus.
Penelitian dilakukan melalui simulasi biomekanik berbasis model tiga dimensi dari kerangka fosil Diplodocus. Dari simulasi tersebut, diketahui bahwa upaya menciptakan kecepatan setara suara akan menghasilkan tekanan struktural yang sangat besar, bahkan bisa mencapai lebih dari 2.000 megapascal.
Gaya sebesar itu diperkirakan akan menyebabkan tulang ekor retak atau patah sebelum mencapai kecepatan maksimal, membuat teori "ledakan sonik" dari ekor dinosaurus menjadi tidak realistis secara anatomi.
Teori lama menyebutkan bahwa ekor panjang dinosaurus sauropoda seperti Diplodocus dapat bergerak seperti cambuk, menghasilkan suara keras sebagai alat pertahanan atau bahkan untuk berburu.
Namun, menurut hasil penelitian terbaru ini, struktur tulang ekor tidak cukup kuat untuk menahan beban dan gaya yang diperlukan untuk mencapai kecepatan suara. Dengan kata lain, ekor Diplodocus bukanlah senjata sonik seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Simone Conti dan tim menyatakan bahwa kemungkinan besar ekor tersebut lebih berfungsi sebagai alat komunikasi visual atau suara antarindividu, bukan sebagai senjata mematikan.
Gerakan ekor yang cepat namun tidak ekstrem bisa digunakan untuk memberi sinyal peringatan kepada kawanan atau untuk menarik perhatian pasangan.
Hal ini sejalan dengan perilaku banyak hewan modern yang menggunakan bagian tubuh tertentu untuk tujuan sosial atau reproduktif, bukan semata-mata pertahanan diri.
Penemuan ini sekaligus menyempurnakan pemahaman para ilmuwan tentang perilaku dan anatomi sauropoda, kelompok dinosaurus berleher panjang yang hidup di era Jura akhir.
Dengan memanfaatkan teknologi digital dan pemodelan fisik yang semakin canggih, para peneliti mampu membongkar mitos-mitos lama yang selama ini berkembang tanpa dukungan data biomekanik yang kuat.
Meskipun hasil studi ini mematahkan gagasan populer yang telah berkembang selama puluhan tahun, perdebatan di kalangan ilmuwan masih terus berlangsung.
Sebagian masih membuka kemungkinan adanya spesies lain dengan struktur tulang ekor yang berbeda, meskipun bukti arkeologis belum mendukung klaim tersebut.
Untuk sementara, penelitian ini menjadi rujukan paling mutakhir dalam memahami batas kekuatan alami tubuh dinosaurus dan membentuk gambaran yang lebih akurat tentang cara mereka hidup dan berinteraksi jutaan tahun yang lalu.