5 Ilmuwan Komputer yang Sangat Khawatir Dampak Buruk AI Bagi Umat Manusia
Berikut adalah ilmuwan yang khawatir terhadap dampak buruk AI.
Berikut adalah ilmuwan yang khawatir terhadap dampak buruk AI.
5 Ilmuwan Komputer yang Sangat Khawatir Dampak Buruk AI Bagi Umat Manusia
Investasi dalam kecerdasan buatan (AI) telah menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir dengan proyeksi menunjukkan bahwa industri ini akan mencapai nilai sebesar USD 200 miliar di 2025.
Meskipun prospek tersebut menjanjikan pertumbuhan yang pesat, banyak orang mulai mempertanyakan implikasi yang lebih dalam terhadap kehidupan mereka.
Mengutip Business Insider, Selasa (19/3), para pemimpin bisnis dan peneliti utama dalam bidang ini secara aktif membahas dampak dari pertumbuhan industri AI yang cepat ini.
-
Apa dampak buruk AI? Kehadiran hantu AI mungkin mengganggu proses berduka alami, sehingga berpotensi berdampak pada kesehatan mental masyarakat.
-
Apa potensi dampak negatif AI? Potensi terjadinya masalah sangat besar, yang dapat menyebabkan kehancuran peradaban biologis dan AI sebelum mereka berkesempatan menjadi multiplanet.
-
Siapa yang mengembangkan AI yang berbahaya? Pemerintah di seluruh dunia semakin banyak yang memasukkan AI ke dalam alat peperangan. Pemerintah AS mengumumkan pada 22 November bahwa 47 negara bagian telah mendukung deklarasi tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab di militer – yang pertama kali diluncurkan di Den Haag pada bulan Februari.
-
Bagaimana Stephen Hawking pandang bahaya AI? Sebagian dari kita mungkin meremehkan gagasan tentang mesin yang sangat cerdas sebagai sesuatu yang hanya ada dalam fiksi ilmiah, namun bagi Hawking, mengabaikan potensi ancaman ini adalah kesalahan besar.
-
Kenapa Stephen Hawking takut AI bahaya? Dalam sebuah wawancara dengan BBC di 2014, Hawking dengan tegas menyatakan, 'Perkembangan kecerdasan buatan secara penuh dapat berarti akhir dari umat manusia.' Dengan visi futuristiknya, ia mencoba menjelaskan bagaimana teknologi ini dapat berkembang dengan cepat dan mengubah paradigma kehidupan manusia, terutama jika melebihi kecerdasan manusia itu sendiri. Hal tersebut menurutnya dapat menyebabkan manusia tergantikan oleh kecerdasan buatan, karena manusia memiliki keterbatasan evolusi biologis yang lambat.
-
Apa bahaya AI di 2024? AGI adalah titik kritis hipotetis yang juga dikenal sebagai 'Singularitas,' di mana AI menjadi lebih pintar dari manusia. Generasi AI saat ini masih tertinggal dalam bidang-bidang yang menjadi keunggulan manusia, seperti penalaran berbasis konteks dan kreativitas sejati. Sebagian besar, jika tidak semua, konten yang dihasilkan AI hanya memuntahkan, dalam beberapa hal, data yang digunakan untuk melatihnya.Namun AGI berpotensi melakukan pekerjaan tertentu lebih baik daripada kebanyakan orang, kata para ilmuwan. Teknologi ini juga bisa dijadikan senjata dan digunakan, misalnya, untuk menciptakan patogen yang lebih kuat, melancarkan serangan siber besar-besaran, atau mengatur manipulasi massal.
Pandangan mereka tentang risiko dan manfaat yang terkait dengan pengembangan teknologi ini sangat bervariasi. Beberapa melihat AI sebagai katalis untuk lompatan besar dalam kualitas hidup manusia, sementara yang lain lebih berhati-hati dan menyoroti potensi risiko jangka panjang.
Penelitiannya yang mendalam tentang jaringan saraf telah membawa dia meraih Turing Award, penghargaan bergengsi dalam ilmu komputer di 2018. Meskipun Hinton telah berkontribusi besar dalam memajukan teknologi AI, dia juga menyadari risiko yang terkait dengannya.
Bahkan, Hinton telah menyuarakan keprihatinannya tentang bahaya AI dan menandatangani pernyataan yang meminta jeda enam bulan dalam pengembangan teknologi ini.
Yoshua Bengio, seorang profesor ilmu komputer di Universitas Montreal.
Dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam AI. Seperti Hinton, Bengio juga meraih Turing Award atas karya-karyanya yang berfokus pada jaringan saraf tiruan.
Meskipun dia telah berperan dalam mendirikan startup AI, Bengio juga menunjukkan keprihatinannya terhadap perkembangan AI.
Dia juga telah menandatangani perjanjian terbuka yang meminta penundaan enam bulan dalam pengembangan AI.
Sam Altman, CEO OpenAI
Ia adalah salah satu figur terkemuka di bidang kecerdasan buatan.
Altman yang sebelumnya dikenal sebagai presiden akselerator startup Y-Combinator, telah mengadvokasi manfaat AI dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Namun, dia juga tidak mengabaikan risiko yang terkait dengan teknologi tersebut dan telah memberikan kesaksian di depan kongres tentang hal tersebut.
Yann LeCun, seorang ilmuwan komputer di Universitas New York dan Kepala Ilmuwan AI di Meta
Dia adalah tokoh lain dalam dunia AI yang patut disebut. Meskipun LeCun telah berperan dalam memajukan teknologi AI, dia masih relatif lunak dalam mengenali risiko sosial yang terkait dengannya.
Fei-Fei Li, seorang profesor ilmu komputer di Universitas Stanford dan mantan Wakil Presiden Google.
Dia adalah tokoh lain yang berpengaruh dalam dunia AI. Penelitiannya yang berfokus pada pembelajaran mesin dan visi komputer telah membentuk arah perkembangan teknologi ini.
Dengan pandangan yang bervariasi dari para pemimpin utama dalam bidang AI, perdebatan tentang dampak dan risiko teknologi ini terus berlanjut. Meskipun terdapat optimisme tentang potensi manfaatnya, penting untuk memperhitungkan risiko terkait dengan kemajuan yang cepat dalam kecerdasan buatan.