Studi Global Mengungkapkan Bukti Bahaya Tersembunyi Makanan Ultra-Proses yang Mengkhawatirkan
Simak fakta mengejutkan peningkatan risiko kematian dari mengonsumsi makanan ultra-proses dan cara menghindarinya pada artikel di bawah ini.

Kehadiran makanan ultra-proses dalam kehidupan modern nyaris tak terhindarkan. Dari rak-rak minimarket hingga etalase toko swalayan besar, produk-produk seperti soda, camilan kemasan, dan makanan beku siap saji telah menjadi bagian dari kebiasaan makan harian banyak orang. Namun, di balik kepraktisannya, jenis makanan ini menyimpan risiko kesehatan yang tidak bisa disepelekan.
Dilansir dari webmd.com, ilmuwan kesehatan masyarakat selama bertahun-tahun telah memperingatkan bahaya dari makanan ultra-proses. Kini, sebuah studi berskala global yang menganalisis data dari delapan negara — termasuk Amerika Serikat — memperkuat peringatan tersebut dengan temuan yang lebih mencemaskan. Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan konsumsi makanan ultra-proses secara langsung berkaitan dengan risiko kematian dini.
Kematian dini dalam studi ini didefinisikan sebagai kematian yang terjadi antara usia 30 hingga 69 tahun. Dengan kata lain, ini menyangkut mereka yang masih berada dalam usia produktif. Fakta bahwa jenis makanan tertentu dapat mempercepat akhir hayat seseorang menjadi peringatan serius bagi masyarakat global, termasuk Indonesia yang konsumsi makanan olahan juga terus meningkat.
Risiko Kematian Meningkat Seiring Konsumsi Makanan Ultra-Proses

Salah satu temuan paling mencolok dalam studi ini adalah bahwa setiap peningkatan 10% dalam konsumsi makanan ultra-proses dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini sebesar 3%. Ini menunjukkan adanya hubungan yang bersifat linier dan dosis-respons: semakin tinggi proporsi makanan ultra-proses dalam pola makan seseorang, semakin besar pula risikonya. Sebaliknya, semakin sedikit konsumsi jenis makanan ini, semakin kecil risikonya.
Penelitian ini memperluas pemahaman yang sebelumnya hanya mengaitkan makanan ultra-proses dengan penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, bahkan gangguan mental seperti depresi. Kini, temuan terbaru tersebut mengaitkan konsumsi makanan ultra-proses dengan kematian dini dari semua penyebab, menjadikannya ancaman kesehatan yang lebih luas daripada yang diduga sebelumnya.
Di Amerika Serikat, data menunjukkan bahwa sekitar 124.000 orang meninggal secara dini setiap dua tahun akibat konsumsi makanan ultra-proses. Angka ini setara dengan dua dari setiap 100 kematian yang terjadi setiap tahunnya — angka yang mengejutkan sekaligus mengindikasikan bahwa penyebabnya dapat dicegah.
Makanan Praktis, Tapi Penuh Risiko

Salah satu alasan utama di balik maraknya konsumsi makanan ultra-proses adalah kemudahan dan harganya yang lebih murah. Makanan jenis ini umumnya tinggi kalori, rendah serat dan nutrisi, serta kaya akan zat aditif seperti pengawet, pemanis buatan, pewarna, dan perisa sintetis. Ini menjadikannya pilihan favorit bagi masyarakat modern yang ingin serba cepat, tetapi tidak ingin merogoh kocek dalam.
Sayangnya, pilihan ini sering kali berdampak jangka panjang. Studi mengungkapkan bahwa di Amerika Serikat saja, lebih dari 50% asupan kalori harian rata-rata berasal dari makanan ultra-proses, dengan sekitar 70% produk di toko kelontong termasuk dalam kategori ini. Lorong-lorong bagian dalam toko, tempat makanan ultra-proses biasanya dipajang, menjadi ladang tersembunyi risiko kesehatan.
Sementara itu, banyak konsumen yang mengira mereka telah beralih ke pilihan yang lebih sehat, seperti roti gandum, biskuit rendah lemak, atau makanan bebas gula, padahal produk-produk ini tetap termasuk dalam kategori ultra-proses jika mengandung berbagai bahan tambahan dan melewati proses industri yang kompleks.
Jenis Produk dan Tempat Belanja Memengaruhi Risiko
Penelitian juga menyoroti bahwa jenis produk yang dipilih serta tempat konsumen berbelanja dapat sangat memengaruhi asupan makanan ultra-proses. Misalnya, berdasarkan laporan jurnal Nature Food, toko seperti Whole Foods cenderung menjual lebih banyak makanan minim proses, sementara toko seperti Target memiliki proporsi tinggi makanan ultra-proses.
Beberapa kategori makanan yang paling berisiko termasuk: dendeng (jerky), keripik, popcorn, biskuit, makaroni keju, dan roti kemasan. Namun, masih ada harapan — jenis makanan seperti sereal, susu dan alternatifnya, pasta, dan snack bar tetap bisa ditemukan dalam versi minim proses jika konsumen bersedia meluangkan waktu untuk membaca label dan melakukan riset.
Untuk membantu konsumen membuat keputusan yang lebih baik, tersedia berbagai aplikasi gratis seperti Processed, yang memungkinkan pengguna memindai barcode produk dan mengetahui tingkat pemrosesannya. Kesadaran digital ini diharapkan dapat menjadi senjata tambahan dalam menghadapi tantangan konsumsi makanan modern.
Langkah Sederhana untuk Menurunkan Risiko Kematian Dini

Mengurangi konsumsi makanan ultra-proses bukanlah hal yang mudah, terutama bagi mereka yang telah terbiasa dengan kenyamanan dan rasa dari makanan tersebut. Namun, langkah-langkah kecil dapat membawa dampak besar. Mulailah dengan memasak makanan sendiri di rumah, memperbanyak konsumsi makanan utuh seperti buah, sayur, biji-bijian, serta mengurangi ketergantungan pada makanan siap saji.
Lebih lanjut, membaca label komposisi produk secara cermat dan menghindari produk dengan daftar bahan yang panjang dan sulit dikenali juga dapat menjadi strategi penting. Konsumen juga disarankan untuk berbelanja di area pinggir toko, di mana biasanya terletak produk segar seperti sayuran, buah, dan daging mentah, dibanding area tengah yang dipenuhi makanan kemasan.
Meningkatkan kualitas asupan makanan tidak hanya berdampak pada harapan hidup, tetapi juga memperbaiki kualitas hidup secara keseluruhan. Lebih banyak energi, fungsi tubuh yang lebih baik, hingga pengurangan risiko penyakit kronis adalah manfaat yang langsung terasa.
Kembali ke Makanan Alami, Panjang Umur Lebih Terjamin

Konsumsi makanan ultra-proses telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern. Namun, temuan ilmiah terbaru menegaskan bahwa harga yang dibayar untuk kenyamanan tersebut bisa sangat mahal — bahkan setara dengan nyawa. Studi global yang menghubungkan peningkatan konsumsi makanan ultra-proses dengan risiko kematian dini hingga 3% menjadi peringatan keras bagi semua pihak, dari individu hingga pembuat kebijakan.
Dengan lebih dari 124.000 kematian dini di Amerika Serikat setiap dua tahun yang diduga disebabkan oleh makanan ultra-proses, sudah saatnya masyarakat dunia lebih kritis terhadap apa yang mereka makan. Langkah sederhana seperti mengurangi konsumsi makanan kemasan, memilih produk minim proses, dan meningkatkan kesadaran saat berbelanja dapat menjadi penyelamat hidup jangka panjang.
Kesehatan bukanlah hasil dari satu keputusan besar, tetapi dari pilihan-pilihan kecil yang dilakukan setiap hari. Dan salah satu pilihan terpenting yang bisa kita ambil mulai hari ini adalah: makan lebih alami, hidup lebih lama.