Mulai dari Temanggung hingga Kudus, Begini Sejarah Peradaban Tembakau di Jawa Tengah
Masyarakat Jawa percaya tembakau sudah hadir jauh masa sebelum kedatangan Penjajah Portugis.
Masyarakat Jawa percaya tembakau sudah hadir jauh masa sebelum kedatangan Penjajah Portugis.
Nicotiana Tabacum atau lebih dikenal dengan nama tembakau adalah tanaman yang dipuja dalam peradaban suku asli Amerika.
Tanaman ini dibawa ke Eropa setelah ekspedisi Christopher Colombus ke Amerika pada akhir tahun 1480-an. Sejak saat itu tembakau menjadi komoditas paling berharga di Eropa.
Para penjajah bangsa Eropa membawa benih tembakau pada wilayah yang dijajahnya. Salah satunya adalah kawasan Nusantara. Diduga benih tembakau pertama kali dibawa ke Nusantara oleh bangsa Portugis.
Sementara itu masyarakat di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah, percaya bahwa tembakau sudah ada di sana jauh sebelum kedatangan Portugis. Saat itu masyarakat memanfaatkan tembakau sebagai tanaman obat-obatan.
Terlepas dari perdebatan mengenai asal sejarahnya di Indonesia, saat ini tembakau sudah menjadi bagian yang kuat dalam tradisi Jawa. Masyarakat Temanggung percaya bahwa tembakau merupakan warisan peradaban mereka.
Mereka pun menjaga tradisi menanam tembakau secara turun-temurun. Berdasarkan cerita tutur masyarakat, tradisi ini dimulai oleh seorang tokoh setempat bernama Ki Ageng Makukuhan.
“Suatu ketika Ki Ageng Makukuhan ini sakit. Dalam sakit itu ia mendapat wahyu untuk memetik daun yang ditanam dari hasil butiran benih itu. Setelah itu dipetik dan digunakan untuk pengobatan beliau,” kata Budayawan Temanggung, Sutopo.
Setelah mengonsumsi tanaman itu, Ki Ageng Makukuhan langsung sembuh dari sakitnya. Saat itulah ia berucap,"Oh ini godong tambaku (obatku).”
Kata “tambaku” ini seiring waktu lebih dikenal dengan nama “tembakau”.
Dikutip dari kanal YouTube Espos Indonesia, penanaman tembakau dalam skala yang lebih luas di Pulau Jawa baru dimulai pada era Kolonialisme Belanda. Pada tahun 1650, VOC mengalihfungsikan beberapa kawasan untuk perkebunan tembakau. Beberapa kawasan itu seperti Kedu, Bagelen, Malang, dan Priangan.
Saat penerapan kebijakan Sistem Tanam Paksa pada pemerintahan Raffles, penanaman tembakau semakin masif dilakukan. Pada saat itu, tembakau digunakan untuk bahan baku cerutu.
Tren kapitalisasi tanaman tembakau mulai bergeser pada akhir era Kolonialisme. Pada tahun 1870, produksi lintingan rokok kretek berskala rumahan berkembang di Kudus, Jawa Tengah. Puluhan tahun kemudian, pabrik rokok kretek besar pertama kali didirikan.
Pada tahun 1908 seorang saudagar bernama Nitisemito mendaftarkan merek rokok kretek Tjap Bal 3. Mulai saat itu, merek-merek rokok legendaris mulai bermunculan. Kondisi itu membuat pertanian tembakau di Jateng berkembang secara signifikan.
Setiap daerah di Jateng bahkan punya karakteristik tembakau yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Hal inilah yang ditemukan di daerah dataran tinggi Kedu yang meliputi Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Bahkan jauh di Blora, terdapat varietas tembakau dengan fisiologi dan cita rasa yang khas.
Tak heran tembakau Jawa menjadi salah satu varietas paling kompleks dalam khasanah pertembakauan internasional. Sekitar seratusan jenis tembakau Jawa punya rasa dan aroma yang beragam.
Demak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Baca SelengkapnyaDengan menahan haru, Ganjar menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaKorban berangkat dari rumah bersama temannya ke lapang voli lalu jajan di salah satu warung. Sejak itu tak pulang.
Baca SelengkapnyaAda teori yang mengatakan singkong pertama kali dibawa oleh Portugis ke bumi Nusantara
Baca SelengkapnyaMertua yang bunuh menantu dan cucunya di Pasuruan Jawa Timur ternyata memiliki tabiat buruk
Baca SelengkapnyaPeristiwa penganiayaan dan pengeroyokan itu bermula ketika kelompok para pelaku dan korban sepakat untuk melakukan tawuran.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah cara agar masyarakat bisa melunasi utang pinjol.
Baca SelengkapnyaSejauh ini, dari pemeriksaan luar tubuh korban, tidak ditemukan tanda-tanda adanya kekerasan.
Baca SelengkapnyaMenurut sejarahnya, makanan ini menjadi penyelamat warga di masa paceklik karena jagung bisa bertahan di kondisi cuaca apapun.
Baca Selengkapnya