Indonesia Punya 15 Segmen Megathrust, Ini Penjelasan BRIN Indonesia
Terdapat 15 segmen megathrus di Indonesia. Masing-masing segmen punya sejarah kegempaannya masing-masing

Saat ini, isu megathrust menjadi pembicaraan hangat di masyarakat selain kondisi carut marut politik yang sedang tidak stabil. Apalagi megathrust berpotensi bisa menyebabkan gempa besar hingga tsunami dengan ketinggian lebih dari 5 meter.
Di Indonesia, zona megathrust tersebar di sepanjang pantai barat pulau Sumatera, selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Beberapa gempa besar dan tsunami pernah terjadi di zona megathrust seperti gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, gempa Mentawai 2010, serta gempa Nias tahun 2005. Tak menutup kemungkinan di masa depan peristiwa serupa bisa terjadi.
Melalui video yang dibagikan pada 2 September 2024, pakar kegempaan dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan terkait potensi kegempaan di Indonesia serta langkah mitigasi yang dihadapi. Apalagi banyak penduduk yang belum sepenuhnya memahami potensi bahaya dari zona gempa yang ada di sekitar mereka. Berikut selengkapnya:
Segmen Megathrust di Indonesia

Nuraini menjelaskan bahwa terdapat 15 segmen megathrust di Indonesia. Keberadaannya tersebar mulai dari sepanjang pantai barat pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara di selatan, lalu ada yang di utara Pulau Sulawesi, utara Kepulauan Maluku, dan kawasan Laut Banda.
Ia mengatakan bahwa gempa megathrust merupakan peristiwa yang siklusnya terus berulang, walaupun periode waktu rentan terjadinya cukup panjang.
Saat ditanya tentang di mana lokasi ancaman paling serius, Nuraini mengatakan bahwa hal ini harus dihubungkan dengan tingkat kepadatan penduduk di masing-masing daerah.
“Artinya kalau kita mempertemukan bahaya megathrust yang besar dengan penduduk yang paling padat maka risikonya menjadi lebih tinggi di Pulau Jawa ini,” terang Nuraini.
Upaya Mitigasi

Nuraini mengatakan, megathrust sendiri merupakan sebuah fenomena alam. Ia akan menjadi sebuah bencana jika muncul banyak korban jiwa. Menurutnya, risiko bencana itu bisa dikurangi apabila masyarakat sudah siap dengan mitigasi bencana. Salah satunya adalah membangun rumah tahan gempa serta mempersiapkan jalur evakuasi untuk menghindari terkena tsunami. Maka dari itu, berbagai inovasi terkait mitigasi bencana perlu dikembangkan.
“Termasuk inovasi dalam science communication, sistem pemantauan, sensor, dan teknologi. Dan aspek science teknologi dalam mitigasi bencana itu sangat banyak sekali. Makanya kita sangat mendorong riset inovasi yang bisa dikembangkan, terutama melibatkan anak-anak muda yang dekat dengan teknologi itu sendiri,” terangnya dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Upaya Terhadap Diri Sendiri

Nuraini menjelaskan upaya mitigasi yang paling penting harus dilakukan oleh diri sendiri. Jika gempa terjadi, mitigasi pertama yang perlu dilakukan adalah melindungi bagian kepala, selanjutnya mengenali jalur evakuasi tercepat dan terdekat, dan apabila terjebak dalam reruntuhan ada baiknya menyediakan pegangan peluit.
Saat terjebak di reruntuhan, kita bisa langsung membunyikan peluit agar segera bisa diketahui oleh tim penyelamat bahwa masih ada orang yang hidup dan memerlukan pertolongan di puing-puing bangunan,” pungkas Nuraini dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.