Tagar 'Kabur Aja Dulu' Viral di Medsos, Anak Muda di Sederet Negara Ini Ternyata Pernah Alami Fenomena Serupa
Siapa sangka, tren ini rupanya bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga pernah dan masih terjadi di berbagai negara berkembang lainnya.

Fenomena "KaburAjaDulu", yang tengah ramai dibicarakan di Indonesia melalui media sosial, menggambarkan keinginan sebagian anak muda untuk meninggalkan negara demi mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.
Namun siapa sangka, tren ini rupanya bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga pernah dan masih terjadi di berbagai negara berkembang lainnya. Peristiwa ini terjadi di berbagai negara, melibatkan berbagai faktor pendorong, dan memiliki dampak yang kompleks bagi negara asal maupun negara tujuan.
Lantas, negara mana saja sebenarnya yang generasi mudanya pernah mengalami fenomena serupa? Melansir dari berbagai sumber, Selasa (18/2), berikut ulasan selengkapnya untuk Anda.
Kisah Serupa dari Negara Lain
Fenomena sosial serupa dengan tagar #KaburAjaDulu nyatanya pernah terjadi di sejumlah negara. Hal ini menandakan jika fenomena yang melibatkan anak muda itu merupakan suatu hal yang cukup lumrah.
India, misalnya, telah mengalami gelombang migrasi besar-besaran selama beberapa dekade terakhir. Banyak warga India yang mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik di negara-negara Teluk, Amerika Serikat, dan Inggris.
Motivasi mereka beragam, mulai dari faktor ekonomi hingga keinginan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. Sama halnya dengan Vietnam, yang juga mengalami arus migrasi yang signifikan, terutama setelah berakhirnya perang. Banyak warga Vietnam yang mencari pekerjaan di luar negeri, terutama di negara-negara Asia Tenggara dan Eropa.
Di beberapa negara di Afrika, migrasi juga menjadi fenomena yang umum terjadi. Banyak warga negara Afrika yang meninggalkan negara asal mereka karena faktor kemiskinan, konflik, dan kurangnya kesempatan kerja.
Mereka seringkali mencari suaka politik atau pekerjaan di negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil menjadi pendorong utama migrasi ini. Namun, kini motivasi generasi muda di negara-negara ini pun semakin beragam, tak hanya ekonomi, tetapi juga kesempatan pendidikan dan pengembangan diri.
Persamaan antara fenomena di Indonesia dengan negara-negara tersebut terletak pada motivasi mendasarnya: keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Perbedaannya mungkin terletak pada intensitas dan cara penyampaiannya.
Di era digital, media sosial mempercepat penyebaran informasi dan opini, memungkinkan terbentuknya komunitas online seperti yang terlihat pada tagar #KaburAjaDulu.

Faktornya Lebih dari Sekadar Ekonomi
Meskipun faktor ekonomi tetap menjadi pendorong utama, "KaburAjaDulu" juga didorong oleh faktor-faktor lain. Paparan budaya luar negeri melalui media sosial dan hiburan telah menciptakan keinginan untuk merasakan langsung kehidupan di negara lain. Anak muda Indonesia terpapar gaya hidup, teknologi, dan kesempatan yang mungkin tidak tersedia di dalam negeri.
Selain itu, kualitas hidup juga menjadi pertimbangan penting. Akses terhadap pendidikan berkualitas, sistem kesehatan yang lebih baik, dan lingkungan yang lebih aman menjadi daya tarik negara-negara maju. Kebebasan berekspresi dan kesempatan untuk mengejar minat dan bakat juga menjadi faktor penting yang mendorong keinginan untuk pergi ke luar negeri.
Perlu dicatat bahwa fenomena ini tidak hanya menggambarkan kekecewaan terhadap kondisi di dalam negeri, tetapi juga ambisi dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Generasi muda Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain, memiliki mimpi dan aspirasi yang ingin mereka wujudkan, dan mereka mencari tempat yang memungkinkan mereka untuk mencapai impian tersebut.

Tagar Kabur Aja Dulu Viral di Medsos
Belum lama ini, agar #KaburAjaDulu tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan anak muda Indonesia. Ungkapan ini mencerminkan keresahan mereka terhadap kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan di Tanah Air.
Munculnya tagar ini adalah bentuk ungkapan kekecewaan terhadap keadaan ekonomi dan politik yang ada. Banyak individu merasa masa depan mereka di Indonesia tidak jelas, sehingga mereka terdorong untuk mencari peluang di luar negeri.
Banyak yang merasa bahwa mencari peluang di luar negeri lebih menjanjikan dibandingkan tetap bertahan di Indonesia. Salah satu faktor utama yang mendorong anak muda untuk "kabur" adalah ketimpangan gaji. Banyak perbincangan di media sosial X (sebelumnya Twitter) yang menyoroti rendahnya gaji di Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Tak hanya soal gaji, anak muda juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan pekerjaan akibat persyaratan yang dinilai tidak masuk akal.
Sementara itu di sisi pemerintah, Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, memberikan tanggapan yang santai terhadap kemunculan tren tagar tersebut.
Noel, panggilan akrab Immanuel, tidak menganggap hal ini sebagai isu yang serius.
"Mau pergi, ya silakan saja. Kalau memang tidak ingin kembali, juga tidak masalah, hi hi hi," tutur Noel di Jakarta pada hari Senin, 17 Februari 2025.
Noel menegaskan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan tidak akan mempermasalahkan fenomena ini. Ia berpendapat bahwa tren di media sosial, termasuk tagar #KaburAjaDulu, bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan.