Segini Gaji Karyawan Microsoft, Bikin Iri CEO di Indonesia
Kebocoran dokumen gaji karyawan membuat gaduh internal perusahaan. Ada kesenjangan di antara para pegawai.

Selama beberapa tahun terakhir, muncul petunjuk-petunjuk dan perkiraan kasar mengenai skala gaji karyawan Microsoft.
Dikutip dari WindowsCentral, Selasa (27/8), misalnya, berdasarkan panduan pembayaran yang bocor, karyawan tertinggi di Microsoft menerima gaji pokok antara USD231.700 (Rp 3,6 miliar) hingga USD361.500 (Rp 5,6 miliar), bonus perekrutan hingga USD1,2 juta (Rp 18,6 miliar), dan USD1 juta (Rp 15,5 miliar) dalam bentuk penghargaan saham tahunan.
Namun ironisnya, karyawan dengan pangkat terendah di perusahaan teknologi tersebut hanya menerima USD42.500 (Rp 659 juta) tanpa kompensasi tambahan.
Menariknya, beberapa bulan sebelum kebocoran dokumen itu, sebuah bisik-bisik di internal Microsoft mengungkapkan bahwa lebih dari separuh karyawan bersedia meninggalkan pekerjaannya jika ada tawaran yang lebih baik. Karyawan menyebut kurangnya kenaikan gaji berdampak negatif pada kinerja dan moral mereka, akibatnya mendorong mereka untuk mencari peluang yang lebih baik di tempat lain.
Namun lain hal dengan karyawan di divisi AI Microsoft. Mereka membawa pulang gaji yang lebih besar. Informasi itu diperoleh dari laporan Business Insider. Media massa itu menampilkan rincian gaji karyawan Microsoft.
Hal ini barangkali tak mengherankan, sebab Microsoft terus berinovasi di bidang AI, terutama setelah melakukan investasi multi-miliar dolar dalam teknologi OpenAI dan mengintegrasikannya ke dalam produk-produknya.
Menurut dokumen itu, seorang engineer software di departemen AI Microsoft bisa digaji hingga USD377.611 (Rp 5,8 miliar). Angka ini setidaknya USD120.000 (Rp 1,8 miliar) lebih tinggi daripada rata-rata gaji seorang karyawan di divisi Azure dan Cloud Microsoft.
Sebagaimana diketahui, Microsoft merekrut salah satu pendiri DeepMind dan Inflection, Mustafa Suleyman, untuk memimpin divisi AI barunya sebagai bagian dari strategi reorganisasi internal perusahaan untuk memimpin lebih awal di lanskap AI, dengan produk-produk seperti Bing, Edge, dan Copilot sebagai ujung tombaknya.
Meski keaslian dokumen ini masih diragukan, data tersebut memberikan gambaran tentang visi Microsoft untuk masa depannya terhadap AI. Sudah barang tentu, dokumen ini dapat memicu ketegangan di antara karyawan karena beberapa mungkin merasa tidak dihargai atas usaha mereka yang pada akhirnya dapat memengaruhi kinerja mereka.