Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
robot ai![Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2023/8/9/1691564909617-sxu18.jpeg)
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
![Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691563776202-x6jbm.jpeg)
Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Artificial Intelligence (AI) kini mulai masuk pada ruang-ruang sakral. Ia ingin menggantikan posisi yang ‘dikultuskan’ bagi umat beragama. Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad pernah meneliti bahwa tidak dimungkiri robot-robot berbasis AI akan mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun. Namun diyakininya tidak pada pemimpin agama. "Sepertinya robot mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun, tapi saya tidak yakin bahwa pemimpin agama akan sepenuhnya otomatis karena pemimpin agama membutuhkan kredibilitas dan robot tidak kredibel," kata dia.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Siapa pencetus agama Kapitayan? Sejarah Penganjur pertama agama Kapitayan disebut Hyang Semar.
-
Apa itu Pemilu? Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat pemilu adalah suatu proses atau mekanisme demokratis yang digunakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan dengan cara memberikan suara kepada calon-calon yang bersaing.
![Hal senada juga diungkapkan oleh Hershael York, pendeta dan professor teologi dari Kentucky menyebut ada sesuatu yang hilang ketika sebuah doa dipanjatkan oleh robot AI.](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691563883373-e1m8q.jpeg)
Hal senada juga diungkapkan oleh Hershael York, pendeta dan professor teologi dari Kentucky menyebut ada sesuatu yang hilang ketika sebuah doa dipanjatkan oleh robot AI.
“Itu tidak memiliki jiwa. Saya tidak tahu bagaimana lagi mengatakannya,” kata dia.
![Alih-alih menyambut gegap gempita keunggulan AI, sebuah kuil di Jepang “nekat” melengkapi keberadaan pemuka agama dengan robot. Adalah Kuil Buddha Kodai-Ji di Kyoto yang melakukannya.](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691564109586-lexwi.png)
Alih-alih menyambut gegap gempita keunggulan AI, sebuah kuil di Jepang “nekat” melengkapi keberadaan pemuka agama dengan robot. Adalah Kuil Buddha Kodai-Ji di Kyoto yang melakukannya.
Robot tersebut memiliki wajah silikon mirip manusia dengan bibir bergerak dan mata berkedip pada badan logam. Ini memberikan khotbah Sutra Hati 25 menit tentang prinsip-prinsip Buddha dengan suara surround dan proyeksi multi-media. Nama robot itu Mindar.
![Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691564199470-035um.jpeg)
- Robot AI ini Bisa Tiru Perilaku Manusia, Segini Biaya Pembuatannya
- 90 Tahun Lalu Ilmuwan Pernah Buat Robot yang Benar-benar Persis Gajah, Ini Wujudnya
- Dunia Makin Canggih! Robot Kembaran Ini Bisa Jadi Solusi Bantu Selesaikan Pekerjaan yang Numpuk
- Pertama di Dunia Ada Robot Pakai Otak Manusia
- INFOGRAFIS: Rekayasa Lalu Lintas Arus Balik Lebaran 2024
- VIDEO: PPATK Bongkar Habis 1.000 Lebih Anggota Dewan Main Judi Online
![Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691564239541-jlrd7.jpeg)
Mindar dibuat pada tahun 2019 oleh tim robotika Jepang yang bermitra dengan kuil tersebut. Biaya untuk mengembangkan robot itu hampir USD 1 juta, tetapi ada dampak yang kurang menyenangkan pada penerapannya.
Kuil Buddha Kodai-Ji ini menerapkan robot sebagai pembaca khotbah lantaran ingin mengajak remaja untuk kembali memeluk agama. Pasalnya, sebuah survei dari Pew Research Center yang diterbitkan pada 2018 menemukan bahwa para remaja cenderung tidak mengidentifikasi diri dengan kelompok agama apa pun daripada orang-orang dewasa yang usianya di atas mereka di 41 negara.
Sayangnya, niat baiknya itu berujung Jemaah mulai meninggalkan kuil.
Menurut riset yang dilakukan Joshua Concrad, Asisten Profesor dari Universitas Chicaga bersama tim melakukan riset pada 398 jemaah yang meninggalkan kuil setelah mendengar khotbah yang disampaikan oleh Mindar atau seorang pendeta Buddha.
Jemaah memandang robot Mindar kurang kredibel. Hal itu berimbas terhadap sumbangan Jemaah kepada kuil lebih kecil daripada mereka yang mendengar khotbah dari manusia.
![Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691564507527-w7l1h.jpeg)
![Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691564716101-3usjj.jpeg)
Pada sksperimen ketiga melibatkan 274 peserta Kristen dari Amerika Serikat yang membaca khotbah online. Separuh dari peserta diberi tahu bahwa itu ditulis oleh pengkhotbah manusia sementara separuh lainnya diberi tahu bahwa khotbah itu dihasilkan oleh program AI yang sangat canggih.
Peserta dalam kelompok khotbah AI melaporkan bahwa khotbah tersebut kurang kredibel karena mereka merasa program AI kurang memiliki kapasitas untuk berpikir atau merasa seperti manusia.
![Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/9/1691564797993-wm4rql.jpeg)
"Robot dan program AI tidak dapat benar-benar menganut keyakinan agama apa pun sehingga organisasi keagamaan mungkin akan mengalami penurunan komitmen dari jemaahnya jika mereka lebih mengandalkan teknologi daripada pemimpin manusia yang dapat menunjukkan keyakinan mereka,"
Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad.