Peringati Hari Pahlawan Nasional, Ini 6 Tokoh Pahlawan Asal Sumatra
Berikut nama-nama pahlawan nasional dari Pulau Sumatra.
Berikut nama-nama pahlawan nasional dari Pulau Sumatra.
Peringati Hari Pahlawan Nasional, Ini 6 Tokoh Pahlawan Asal Sumatra
Tanah Sumatra banyak melahirkan sosok pahlawan yang tak gentar melawan para penjajah demi tercapainya kemerdekaan Indonesia. Tak sedikit pahlawan dari Sumatra turut ikut andil dalam dinamika pemerintahan Indonesia pasca kemerdekaan.
Mengenang jasa pahlawan sekaligus memperingati Hari Pahlawan Nasional 10 November, berikut nama-nama tokoh pahlawan nasional asal Pulau Sumatra yang perlu diketahui.
1. Tuanku Tambusai
Sosok pahlawan asal Sumatra yang pertama yaitu Tuanku Tambusai. Mungkin, namanya jarang tersorot sebagai salah satu pahlawan Indonesia. Lahir di Tambusai, Rokan Hulu, ia memiliki julukan atau nama lain yang bernama Harimau Paderi dari Rokan.
Perjuangannya dimulai ketika melawan penjajah di tanah kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan perlawanan hingga ke wilayah Natal pada 1923. Kemudian, ia pernah memimpin pasukan gabungan Daludalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal melawan Belanda.
Seni berperang Tuanku Tambusai tidak main-main. Selama berperang, ia cukup membuat kewalahan para tentara Belanda di Rokan Hulu hingga meminta bantuan ke Batavia. Salah satu hasil kecerdikannya yaitu menghancurkan benteng Fort Amerogen.
2. Raja Ali Haji
Raja Ali Haji terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa melayu dan dinobatkan menjadi bapak Bahasa Indonesia.
Lahir di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau pada tahun 1808, kontribusinya dalam pencatatan dasar-dasar bahasa Melayu ini kemudian menjadi bahasa Melayu standar yang juga disebut bahasa Melayu baku. Bahasa tersebut yang ditetapkan dalam kongres Sumpah Pemuda dan ditetapkan sebagai bahasa Indonesia.
Beberapa karya Raja Ali Haji dalam dunia pujangga yaitu Gurindam Dua Belas yang menjadi pembaruan sastra pada saat itu. Lalu ada kamus bahasa Melayu Riau-Lingga pertama yang menjadi kamus ekabahasa pertama di Nusantara.
3. Sultan Mahmud Badaruddin II
Ketika menjabat sebagai Sultan Palembang, Mahmud Badaruddin II kerap memimpin pasukannya untuk melawan penjajah Belanda dan Inggris. Salah satunya saat Perang Menteng.
Perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II tidaklah mudah, para penjajah begitu tertarik untuk menguasai Palembang dan seisinya. Saat itu, pria kelahiran Palembang tahun 1767 ini berhadapan langsung dengan orang Eropa bernama Sir Thomas Stamford Raffles.
Ia bersama dengan keluarganya juga pernah diasingkan ke Ternate ketika memperjuangkan tanahnya. Namanya kini diabadikan menjadi Bandara Internasional di Palembang.
4. A.M Thalib
A.M Thalib adalah seorang tokoh militer Indonesia dan juga pengusaha. Semasa hidupnya, ia pernah berprofesi sebagai jurnalis dan ikut andil dalam perjuangan bersama rakyat dalam Agresi Militer Belanda pada tahun 1948.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Penerangan Gubernur Militer Sumatra Selatan dan merangkap menjadi Intel. Pada tahun 1955, A.M Thalib terjun di dunia politik dan bergabung menjadi anggota PSI.
Selama berkiprah di dunia politik, ia aktif di gerakan daerah Sumsel dalam perjuangan membangun otonomi daerah dan menentang PKI. Kemudian, tahun 1968 ia mendirikan Indonesia Business Centre (IBC) di Sumatra Selatan.
5. Depati Amir
Pahlawan nasional dari Sumatra selanjutnya adalah Depati Amir yang merupakan salah satu tokoh pahlawan Indonesia dari Bangka. Lahir pada tahun 1805, Depati Amir begitu aktif dalam melawan penjajah Belanda di Bangka terkait aktivitas tambang timah.
Dalam perjuangan melawan kolonial, Depati Amir selalu berkutat dalam tuntutan kepada perusahaan Belanda untuk memenuhi kewajibannya yaitu membayarkan hasil tambangnya. Inisiatifnya itu membuahkan hasil yang mendapat dukungan langsung dari masyarakat Bangka.
Belanda pun berusaha untuk menangkap Depati Amir atas tuntutan tersebut namun berujung kegagalan. Semakin hari, Depati Amir mendapat sokongan dari warga Bangka hingga etnis Tionghoa Bangka. Selain itu, para pemimpin lokal juga berpihak kepadanya.
6. Raden Inten II
Terakhir ada nama Raden Inten atau disebut Radin Intan II. Lahir pada 1 Januari 1834 di Lampung, namanya diabadikan sebagai nama Bandara dan Perguruan Tinggi.
Perjuangan Raden Inten melawan Belanda ketika dirinya memperkuat benteng-benteng yang sudah ada dengan meriam, lila, dan senjata tradisional. Bahkan, stok bahan makanan di benteng tersebut juga disiapkan mengantisipasi durasi perang yang berlangsung lama.
Benteng-benteng yang berada di kaki gunung itu memang menyulitkan musuh untuk mencapainya. Belanda pun yang ingin menaklukan Lampung itu mengirim pasukan dari Batavia sebanyak 400 orang. Namun, upaya mereka digagalkan oleh pasukan Raden Inten II.