Menguak Jejak Benteng Lohayong yang Diduga Hancur Akibat Gempa, Jadi Saksi Kejayaan VOC di Timur Nusantara
Untuk memperkuat pertahanan di Solor, VOC membangun ulang dan memperkuat benteng yang sebelumnya sudah dibangun Portugis.

Untuk memperkuat pertahanan di Solor, VOC membangun ulang dan memperkuat benteng yang sebelumnya sudah dibangun Portugis.

Menguak Jejak Benteng Lohayong yang Diduga Hancur Akibat Gempa, Jadi Saksi Kejayaan VOC di Timur Nusantara
Pada awal abad ke-17, Belanda pertama kali menjajah Indonesia melalui perusahaan dagang mereka, Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC. Setelah didirikan pada 20 Maret 1602, perusahaan itu berusaha untuk menguasai beberapa pelabuhan di Nusantara.

Salah satu pelabuhan yang hendak mereka kuasai adalah Pulau Solor, karena letaknya dekat dengan Pulau Timor yang menjadi tujuan utama mereka.
Dikutip dari Kemdikbud.go.id, VOC pertama kali menyerang Solor pada tahun 1613. Penyerangan ini dipimpin oleh Kapten Apollonius Schotte.
Untuk memperkuat pertahanan di Solor, VOC membangun ulang dan memperkuat benteng yang sebelumnya sudah dibangun Portugis. Benteng itu kemudian dikenal dengan nama Benteng Henricus atau Lohayong.
Benteng Lohayong memiliki empat bastion dengan dua pintu masuk. Benteng tersebut berbentuk bujur sangkar dan dapat menampung 23 tentara Eropa, 80 penduduk Solor, dan 17 orang Cina.
Persaingan antara VOC dan Portugis di Pulau Solor begitu sengit. Pada tahun 1629, VOC meninggalkan Solor karena kalah bersaing dengan Portugis. Akan tetapi pada tahun 1649 VOC menyerang balik Solor dan kembali menguasai pulau tersebut. Namun pada 2 Februari 1948 VOC harus kembali meninggalkan Solor karena dampak gempa bumi yang menghancurkan sebagian benteng.
Dikutip dari Goodnewsfromindonesia, guncangan gempa yang kuat membuat dinding-dinding benteng runtuh dan ada meriam yang terlempar dari tempatnya. Karena gempa tersebut, ada empat korban jiwa termasuk anak dari komandan benteng, Hendrik ter Horst.
Gempa susulan yang sering terjadi di Solor membuat usaha VOC untuk memperbaiki benteng terasa sia-sia. Oleh karena itu VOC memilih meninggalkan Solor dan menelantarkan benteng ini.

Saat ini, lokasi situs Benteng Lohayong menjadi wisata sejarah. Walaupun telah lama ditinggalkan, di situs tersebut masih terlihat jelas batu-batu yang tersusun sebagai tembok.
Benteng itu letaknya berada di atas bukit dan berhadapan langsung dengan Laut Flores. Lokasinya yang strategi membuat Benteng Lohayong menjadi keuntungan bagi VOC untuk melihat dan memantau kehadiran musuh.
“Bukit ini sangat strategis dalam memantau kehadiran musuh sehingga di setiap penjuru benteng dipasang meriam untuk mengusir bahkan menghancurkan musuh,” ungkap salah seorang warga setempat, Abdulah Djou, dikutip dari Kemenag.go.id.
Saat ini banyak orang mengunjungi situs Benteng Lohayong untuk berwisata. Sesuai peraturan Desa Lohayong, untuk masuk ke situs tersebut pengunjung dikenai biaya Rp25 ribu per orang untuk pengunjung lokal dan Rp100 ribu per orang untuk turis asing.
