Menilik Pulau Cingkuak, Jejak Peninggalan Portugis dalam Geliat Perdagangan Rempah di Pantai Barat Sumatera
Dinamika perdagangan lada dan rempah-rempah lainnya sudah berlangsung ketika Kompeni Belanda tiba di Nusantara. Melalui jalur laut, rempah-rempah tadi kemudian dibawa menggunakan kapal-kapal besar menuju Eropa untuk diperdagangkan.
Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah yang menjadi basis besar perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Tak heran jika Belanda serta Portugis banyak mendirikan sebuah loji yang difungsikan sebagai pendukung perdagangan rempah serta emas. (Foto: Wikipedia)
Melansir dari situs jalurrempah.kemdikbud.go.id, tahun 1663 sebuah Loji yang berada di Pulau Cingkuak sudah hampir selesai dibangun dan meminta VOC untuk memberi izin melanjutkan perdagangan emas dan lada dari pulau tersebut.
Pulau Cingkuak ini menjadi gerbang utama dalam perdagangan emas maupun lada. Selain itu, peran dari pulau ini menjadi gudang rempah-rempah milik VOC sebelum melakukan pelayaran menuju Batavia.
Kawasan Benteng Portugis
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pulau Cingkuak berada di Teluk Painan, Pesisir Selatan. Dulunya pulau ini digunakan sebagai benteng bagi tentara Portugis. Namun, seiring berjalannya waktu pulau ini digunakan sebagai gudang lada VOC.
Pulau Cingkuak sendiri memiliki beberapa nama lain, di antaranya: Chinco, Poulo Chinco, Poulo Chinko (Dalam bahasa Portugis) Poeloe Tjinko, Poelau Tjingkoek, Pulu Tjinkuk (Dalam bahasa Belanda).
Hanya perlu waktu beberapa tahun saja VOC berhasil mengalihkan fungsi Pulau Cingkuak sebagai satelit perdagangan di bagian Pesisir Selatan pantai Barat Sumatera.
Ketika di bawah pimpinan Thomas Van Kempen, benteng Portugis di Pulau Cingkuak ini sudah seperti rumah tuan tanah layaknya di Eropa. Tata ruangnya didesain sedemikian rupa layaknya pemukiman yang dikelilingi benteng dengan tembok batu.
Membangun Benteng
Pada tahun 1709, Batavia mengeluarkan master plan untuk Pulau Cingkuak. van Poele Chinco memperlihatkan gambaran peta rencana VOC. Sisi Selatan pulau tersebut akan didirikan benteng bertembok, sementara bagian landai dan lapang di sebelah Utara mencakup bangunan permanen untuk mendukung aktivitas loji.
berita untuk kamu.
VOC sudah mulai membangun benteng kokoh dengan tembok beton yang dilengkapi dengan meriam, gudang senjata, dan gudang lada. Kemudian, gudang lada beserta fasilitas perkantoran serta kamp prajurit serta penjara tahanan.
Pada bagian luar benteng, banyak dibangun rumah-rumah pemukiman Eropa yang bisa menampung kurang lebih 50 keluarga, lalu ada gereja, tempat pemandian dan juga fasilitas publik seperti rumah sakit, serta taman-taman.
Selain menjadi satelit perdagangan, pihak VOC juga sempat mewacanakan jika Cingkuak didirikan kantor pusat untuk wilayah Sumatera dan membuka perdagangan bebas serta dikenakan pembayaran bea masuk dan keluar. (Foto: Jadesta Kemenparekraf)
Pusat Perdagangan VOC
Singkat cerita, Cingkuak berubah menjadi pusat dagang VOC untuk mendapatkan lada serta menjadi pemukiman utama bagi orang-orang Belanda di Pesisir Minangkabau
Di ujung abad 18, loji di Pulau Cingkuak sudah menjadi poros inti dari perdagangan ekspor maupun impor yang membawa berbagai macam komoditas, mulai dari emas, kamper, gading gajah, budak, koin perak, kain dan sebagainya.
Melalui loji ini juga dijalankan politik dagang VOC untuk mengamankan pasokan lada, mengirim serdadu beserta senjata menggunakan kapal-kapal besar untuk membantu suatu pihak dalam berperang melawan musuh lokal.
Peninggalan Sejarah
Kini, Pulau Cingkuak sudah bagian dari Cagar Budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat. Banyak sekali jejak-jejak peninggalan yang tersisa di pulau ini dan masih bisa dilihat wujudnya.
Mulai dari bagian pintu masuk pulau, masih menyisakan bentuk-bentuk maupun sisa dari dermaga yang berada di sebelah Timur. Dermaga ini berupa susunan dari batu andesit.
- Adrian Juliano
Banyak warga pulau ini merantau ke kota-kota besar demi mendapatkan penghidupan lebih layak.
Baca SelengkapnyaSalah satu figur pahlawan legendaris dari Pulau Bintan yang berjasa melindungi tanah kelahirannya dari jajahan bangsa Portugis.
Baca SelengkapnyaPada zaman kolonial Pulau Pandan sempat digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang dari Belanda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pelabuhan Cilacap menjadi pintu satu-satunya untuk kabur dari Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca SelengkapnyaDijamin pantai ini langsung bikin pengunjung jatuh cinta dengan suasananya.
Baca Selengkapnya"KIA berbendera Malaysia tersebut diamankan di perairan Selat Malaka Kepulauan Riau," kata Brigjen Trunoyudo
Baca SelengkapnyaBea Cukai Riau kembali menangkap kapal pembawa pakai bekas impor yang masuk ke wilayah Indonesia
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Kota Pariaman begitu kaya dengan sajian olahan kuliner berbagan dasar hasil laut.
Baca Selengkapnya