Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC
Aktivitas pertambangan di Pulau Sumatra sudah berlangsung sejak era pendudukan VOC pada abad ke-19. Tambang kemudian menjadi komoditas penting di Nusantara.
Aktivitas pertambangan di Pulau Sumatea sudah berlangsung sejak era pendudukan VOC pada abad ke-19.
Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC
Nusantara dulunya memiliki kekayaan alam yang begitu luar biasa melimpah, baik itu di bidang pertanian hingga pertambangan. Aktivitas pertambangan dulunya sudah dipelopori oleh serikat dagang Belanda, yaitu VOC.
Di samping perburuan rempah-rempah di beberapa wilayah Nusantara, rupanya tambang juga menjadi komoditas lain yang tak kalah menjanjikan. Tak heran jika pihak asing seperti VOC mengirimkan orang-orang terbaiknya untuk melakukan penelitian kandungan emas.
(Foto: Wikipedia)
-
Siapa yang mengelola tambang emas di masa penjajahan Belanda? Pada abad ke-19, Belanda mendirikan perusahaan tambang yang fokus pada penambangan emas di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Sumatera dan Kalimantan.
-
Bagaimana Belanda mengelola penambangan timah di Belitung? Pada penambangan timah di tempat ini, Belanda menggunakan para kuli-kuli tambang yang kebanyakan dari Cina yang disebut sebagai 'Singkek' atau sekarang dikenal dengan Peranakan Tionghoa.
-
Di mana perkebunan sawit Belanda pertama di Sumatra? Pada Masa kolonial Hindia Belanda, perkebunan kelapa sawit menjadi sebuah industri berskala besar dengan dibukanya perusahaan bernama Sungai Liput Cultuur Maatschappij oleh Adrien Hallet dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatra, tepatnya di Deli pada 1911.
-
Dimana VOC membangun loji perdagangan di Sumatera Barat? Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah yang menjadi basis besar perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Tak heran jika Belanda serta Portugis banyak mendirikan sebuah loji yang difungsikan sebagai pendukung perdagangan rempah serta emas.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Siapa yang menemukan tambang batu bara di Sawahlunto? Doen Penyelidikan Terkuaknya potensi tambang batu bara di Sawahlunto ini bermula dari seorang ahli geologi Belanda bernama Willem Hendrik de Greve yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menyelidiki keberadaan batu bara di kawasan tersebut.
Berbicara soal pertambangan, Pulau Sumatra merupakan salah satu daerah yang menjadi perhatian Belanda. Tambang Salido atau Tambang Gunung Arum merupakan tambang emas tertua di Indonesia yang dikelola langsung oleh VOC.
VOC sudah mengelola pertambangan emas yang berada di Desa Salido Ketek, Nagari Tambang, Sumatra Barat ini selama kurang lebih 150 tahun. Di sekitar galian emas itu terdapat 300 anak tangga yang menuju perbukitan serta terowongan sepanjang 300 meter.
Konsesi Dagang VOC
Mengutip beberapa sumber, awal mula pembukaan tambang emas Salido ini saat konsesi dagang VOC di Sumatra's Westkust melalui Perjanjian Painan. VOC kemudian berhak menguasai Pulau Cingkuak pada tahun 1662.
Dengan menguasai Pulau Cingkuak, VOC pun semakin mudah untuk menduduki Kota Padang. Bahkan, pulau ini berperan penting sebagai loji untuk keperluan perdagangan lada dan pala sekaligus mengelola tambang emas Salido.
Eksploitasi tambang emas Salido ini berada di bawah jabatan Commandeur Jacob Horizon Pitt yang menjabat pada tahun 1667 hingga 1678. Ia adalah Commandeur VOC ketiga untuk wilayah Padang.
Datangkan Budak
VOC pertama kalinya mendatangkan pakar ahli tambang ke Salido yang berasal dari Hongaria, yaitu Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf. Para pekerja tambang emas di sini sebagian besar adalah budak yang di bawa VOC dari Madagaskar serta tawanan perang.
Selain budak asal Madagaskar, beberapa ahli juga menyebut di tambang emas Salido juga mempekerjakan budak-budak yang berasal dari Pulau Nias. Dengan melakukan eksploitasi, tambang emas Salido menyumbang keuntungan yang cukup besar.
Di samping mendatangkan budak, VOC juga mendatangkan beberapa pakar ahli seperti Johann Wilhelm Vogel asal Jerman, Benjamin Olitzsch dan Elias Hesse. Benjamin pun meninggal dunia pada tahun 1682 karena sakit. Ia dimakamkan di Pulau Cingkuak.
Mengutip peragaanmuseumgeologi.wordpress.com, Elias Hesse mencatat mulai 9 November 1680 hingga 16 Juni 1681 sebanyak 32 dari 262 budak tambang di Salido meninggal dunia.
(Foto: Pixabay)
Alami Kerugian
Seiring berjalannya waktu, tambang emas Salido mulai menurun ketika di bawah arahan Gabriel Muller. Kehidupan di sana semakin memburuk serta faktor Belanda yang saat itu sedang berperang melawan Prancis sehingga berdampak ke negeri jajahannya.
Setelah sempat ditutup, tambang emas Salido kembali dibuka pada tahun 1724 serta mendatangkan ahli tambang asal Jerman, Mettenus. Namun, bertepatan dengan dibukanya Salido, rupanya VOC juga menemukan spot penambangan baru di Jawa Barat.
Alhasil, usaha membuka tambang Salido kali ini tampaknya tidak bernilai besar. VOC pun dilanda kerugian, akhirnya tambang Salido pun resmi ditutup kembali.
Kembali Meningkat
Pada tahun 1732, tambang emas Salido dibuka lagi dengan meningkatkan eksplorasi dengan membuat lubang galian bernama cloon-tunnel sepanjang 300 meter. Rentang tahun 1732-1733 penghasilan emas di daerah ini terpantau meningkat.
Kemudian, eksploitasi emas di Salido kali ini ada yang mendanai serta tergiur dengan keuntungan yang menjanjikan. Di bawah pimpinan yang baru yaitu Arthur Clay, mempekerjakan 6 orang ahli Eropa, dan 50 hingga 60 pekerja kontrak dan 200 orang kuli bebas.
Namun, di bawah kendalinya tambang emas Salido terus merugi. Setelah itu, keadaan di daerah tersebut mulai memburuk dan akhirnya tidak lagi dilanjutkan sejak tahun 1928.
Kondisi Saat ini
Setelah hampir 150 tahun dieksploitasi oleh VOC dengan pasang surutnya, kondisinya kini hanya tersisa peninggalan-peninggalan sejarah saja. Contohnya saja seperti pembangkit listrik tenaga air yang di bangun oleh Belanda dan anak tangga yang jumlahnya sekitar 300 buah.
Kemudian di bagian hulunya terdapat sebuah terowongan dengan panjang kira-kira 500 meter yang dilengkapi jembatan air di bagian atasnya. Pembuatan jembatan air itu berfungsi menyalurkan air di atas sebuah lembah di perbukitan Salido.